Senyum terus mengembang di wajah tampan nan menggemaskan Gibran Adhyatama Sastro Sudiro.
Malam itu Gibran merasa hidupnya sempurna. Bahkan seperti di negeri dongeng. Dia berjalan di gandeng oleh Papa di tangan kanannya dan Mama di tangan kirinya. Bermain sepuas hatinya dan membeli apa saja yang ingin dibelinya. Semua permintaan Gibran dikabulkan oleh sang Papa tercinta. Meski Mamanya berulang kali melarang apa-apa yang diminta Gibran tapi Gibran tidak perduli, toh dia meminta pada Papanya bukan Mamanya.
"Kakak jangan terlalu memanjakan Gibran, nanti dia jadi kebiasaan. Sekali permintaannya tidak dituruti dia langsung ngambek. Aku tidak mau Gibran tumbuh jadi anak yang manja," keluh Luwi pada Hardin. Gibran sedang asyik bermain di Time Zone saat itu.
"Kamu i
Pagi ini, saat hendak berangkat ke kantor, Reyhan justru dikejutkan oleh kedatangan Luwi ke apartemennya.Luwi yang wajahnya terlihat sangat kusut dengan mata sembab dan lelah. Bahkan dia langsung menghambur memeluk Reyhan detik itu juga.Luwi hanya butuh bahu untuk bersandar. Dia hanya butuh kekuatan dan semangat untuk tetap melanjutkan hari-harinya, yang dia anggap sempurna setelah pernikahannya dengan Hardin. Tapi kenyataannya sekarang, hari-harinya kian sulit dan runyam. Bahkan kini Gibranpun tidak ada disini menemaninya.Luwi sengaja tidak mengajak Gibran, karena jika Luwi tetap memaksakan diri untuk mengajak anak itu, yang ada Luwi akan semakin merasa kehilangan, karena dia yakin, Gibran pasti tidak akan mau dia ajak pergi dari sana.
Luwi sedang memasak di dapur saat pintu bel apartemennya berbunyi. Pasti Kak Reyhan, pikirnya.Luwi berjalan menuju pintu masuk dan membukanya.Seorang laki-laki dengan style machonya, terlihat berdiri di depan pintu.Kak Hardin? Pekik Luwi membatin.Luwi yang masih merasa kesal langsung buru-buru menutup kembali pintu itu, tapi Hardin menahannya dari luar."Luwi, aku minta maaf, aku bisa jelaskan semuanya, jangan seperti ini," ucap Hardin dari luar. Laki-laki itu mendorong sekuat tenaga pintu itu hingga akhirnya Luwipun terkalahkan. Luwi terdorong kebelakang dan terjatuh terduduk di lantai apartemen.
Sudah hampir tengah malam dan Katrina belum mendapat pesan juga dari Hardin mengenai kondisi Luwi. Katrina benar-benar khawatir dan sangat merasa bersalah. Dia tidak tahu menahu tentang perjanjian yang dilakukan Hardin pada Luwi malam itu. Sampai akhirnya Hardin sendiri yang memberitahukannya pada Katrina.Hardin habis kena semptrot Katrina pagi itu.Karena selepas waktu shubuh tiba Katrina hendak membangunkan Luwi untuk menunaikan shalat shubuh bersama, tapi Luwi sudah tidak ada di kamar. Dan Katrina mendapat info dari security rumah mereka kalau Luwi pergi dari rumah itu sebelum shubuh. Bahkan saat security menahannya Luwi malah berlari keluar dan tidak perduli.Hingga akhirnya Katrina nekad pergi keluar malam itu saat Omah, Opah dan seluruh asisten rumah
"Kak, kita harus menolong Mba Katrina sekarang. Ada yang menyekap dia, Kak. Dia dalam bahaya sekarang. Ayo kita tolong dia!""Apa kamu bilang?" tanya Reyhan memastikan, berharap pendengarannya kali ini salah."Tadi ada yang mengirim pesan video ke ponsel Kak Hardin, di video itu aku liat Mba Katrina lagi di ikat kaki dan tangannya dan sepertinya dia sudah tidak sadarkan diri, Kak." Luwi menjelaskan apa adanya masih dengan tangisnya yang merebak."Terus Hardin kemana sekarang?" Reyhan mulai panik."Tadi Kak Hardin sempat mendapat telepon dari nomor yang di private, terus terakhir dia bilang mau kesana, tapi aku tidak tahu kesananya itu kemana. Sepertinya itu telepon dari orang yang sudah meny
Tubuh wanita berbalut busana serba hitam yang menutupi seluruh tubuhnya dari atas sampai kaki di tambah sebuah khimar yang menutupi kepalanya hingga sebatas pinggang terlihat mulai menggeliat pelan.Kelopak matanya perlahan terbuka. Arah pandangnya masih kabur. Kepalanya terasa berat dan sedikit pening.Dia mendapati sebuah ruangan asing tertangkap oleh indra penglihatannya yang kian menjadi jelas. Ruangan bernuansa putih ke abu-abuan. Ruangan yang sepertinya luas. Tapi tak terdapat cukup banyak barang yang berarti.Dia menangkap bayangan seseorang di ujung ruangan yang terduduk di sebuah kursi kayu, dengan tangan yang terikat di belakang tubuhnya. Bahkan kedua kakinyapun terikat juga.Katri
"BAJINGAAAAN!!!" teriak seseorang kepada Dimas yang masih berada di atas tempat tidur!Dia menarik tubuh Dimas yang sedang menindihi tubuh seorang wanita yang jelas-jelas sangat dia kenal."LO BERANI SENTUH KATRINA? LO BAKAL MATI DITANGAN GUE, DIMAS!" teriaknya lagi dengan wajah penuh amarah yang tiada tertahankan.Tubuh Dimas yang yang sudah setengah telanjang, hanya menyisakan underwear bermerk crocodile yang masih melekat menutupi bagian sensitif miliknya, kini terhempas ke lantai kamar dengan sangat keras, setelah beberapa pukulan bertubi-tubi menghantam wajahnya. Tubuhnya jatuh tersungkur dalam posisi tengkurap.Belum sempat dia bangkit laki-laki berkemeja Cardinal putih itu langsung me
Sebelas Tahun yang Lalu.Jakarta.Taman Belakang Sekolah.Jakarta,01 Desember 2007Teruntuk kamu calon kekasih halalku.Aku tau Tuhan kita berbeda. Tapi aku percaya perbedaan bukanlah akhir dari segalanya.Terima kasih sudah bersedia menjadi putri bulanku.Terima kasih sudah menerimaku apa adanya.Terima kasih sudah
Katrina keguguran. Untuk yang ke dua kalinya.PLAK!!!Satu tamparan hebat mendarat di pipi Hardin dari sebuah tangan laki-laki yang selama ini dia panggil dengan sebutan Opah.Bahkan Opah sudah tidak perduli dengan wajah sang cucu yang kini penuh luka dan terbalut perban di kepalanya. Opah sudah merasa sangat muak dengan kejadian demi kejadian buruk yang selama ini terus menerus menimpa keluarga mereka akibat kelakuan buruk Hardin."Opah benar-benar kecewa padamu, Hardin! Memang apa saja sih yang kamu lakukan dulu? Berapa banyak wanita yang sudah kamu zinahi? Lihat sekarang? Akibat ulahmu di masa lalu yang sudah menzinahi istri orang, sekarang justru istrimu sendiri dizinahi orang bahkan sam