Share

5. MUALLAF

"Asyhadu an La Ilaha Illa Allah, wa Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah,"

Seumur hidup inilah pertama kalinya Katrina menitikkan air mata dengan bangga.

Bangga pada dirinya sendiri, ketika dia berhasil mengucapkan kalimat syahadat. Kalimat yang telah lama tersimpan dalam hati dan menunggu untuk terealisasi. Tak ada lagi keraguan. Katrina sadar, bahwa ini adalah sebuah fitrah, janji seorang hamba terhadap Rabb-Nya, Allah Swt yang Esa.

Proses itu berlangsung dengan sangat lancar yang di tuntun oleh Bapak Kiyai Haji Abdullah, selaku pemuka Agama di daerah tempat Aki dan Nini tinggal.

Nini dengan deraian air mata dan ucapan Hamdalah yang tidak putus menghambur memeluk Katrina.

"Allah Swt akan selalu menjagamu, Nak." bisiknya lirih. Nini mengusap air matanya dan kembali duduk ke tempatnya semula.

Pak Abdullah memberikan sedikit arahan pada Katrina. Apa-apa kewajiban yang harus dia lakukan sebagai seorang muallaf. Salah satunya adalah menutup aurat dan shalat lima waktu.

Selama hampir lima tahun Katrina tinggal di Surabaya bersama sang Bunda, Katrina sudah mulai sedikit demi sedikit mempelajari Islam. Tentu tanpa sepengetahuan sang Bunda. Katrina membeli Al-Qur'an secara diam-diam. Ikut acara kajian secara sembunyi-sembunyi. Tak terhitung kebohongan-kebohongan yang telah dia lakukan pada Bunda.

Perlahan-lahan, lambat laun, sedikit demi sedikit seperti ada sebuah cahaya terang yang membuka pikiran Katrina, sesuatu yang menentramkan jiwanya. Itulah Islam. Satu-satunya agama yang di ridhoi Allah SWT.

Sejak lima tahun yang lalu Katrina memutuskan untuk datang ke Bandung mencari alamat keluarga sang Bunda. Berbekal informasi yang didapatnya dari Om Rudi yang tinggal di Jakarta.

Hanya saja sebuah musibah mengenaskan menimpanya. Dia terkena hipnotis saat ada seorang wanita di stasiun yang meminta bantuannya, lalu wanita itu memberinya sebuah minuman sebagai imbalan balas jasa. Katrina yang memang lugu tidak pernah berfikir jika wanita itu adalah orang yang jahat. Dengan hati senang dia menerima minuman itu dan meminumnya saat itu juga. Sebab dia memang kehausan. Tak lama setelah itu Katrina mengantuk lalu dia tertidur di bangku tunggu stasiun Bandung. Dan saat dia terbangun, dia kaget luar biasa karena semua barang-barangnya sudah menghilang tanpa ada yang tersisa. Hanya sebuah uang sepuluh ribu yang terselip di saku celananya. Katrina pun sadar kalau dia baru saja tertipu. Dia sempat menangis lama di sana. Dia bingung, dia takut, dia khawatir.

Tapi sebuah kalimat seseorang yang tiba-tiba saja terlintas di benaknya, membuatnya memiliki secercah harapan untuk tetap bangkit dan tidak berputus asa.

*

"Kalau kamu merasa hidup itu sulit untuk di jalani, ada baiknya, kamu itu berfikir dari sisi orang-orang yang jauh sebelum hari ini, hidupnya memang sudah susah. Coba liat, pemulung-pemulung itu, mereka mungkin mengeluh atas takdirnya, tapi mereka nggak menyerahkan, karena mereka sadar, hidup harus terus berjalan. Makanya mereka berusaha. Terus liat deh tukang sol sepatu itu, dia cuma punya satu tangan, tapi dia nggak meminta-mintakan? Karena dia tahu meminta dan mengemis itu adalah sebuah hal yang dilarang dalam agama selagi kita masih bisa untuk berusaha. Terus satu lagi, coba liat diri kamu, kamu itu sempurna. Jadi, apa pantas kamu masih mengeluh? Banyak loh anak-anak di luar sana yang terlahir tanpa keluarga. Seperti aku, yang harus berjuang hidup sendiri sejak umurku masih sepuluh tahun. Kebayang nggak sih sama kamu, aku, di umur yang sekecil itu harus bertahan hidup sendirian tanpa siapapun. Uang nggak punya. Tempat tinggal nggak punya. Sanak saudara juga nggak ada. Tapi, aku nggak menyerah. Buktinya aku bisa bertahan sampai sekarang. Bahkan aku bisa melanjutkan sekolah. Jadi, kamu jangan pernah bilang kalau hidup kamu itu nggak sempurna. Kamu masih punya Ibu, punya rumah, bisa sekolah, bisa hidup dengan segala fasilitas mewah yang belum tentu dimiliki orang lain. Jangan mengeluh lagi ya? Boleh sih mengeluh, tapi dalem hati aja,"

*

Itulah kalimat yang diucapkan oleh Reyhan pada Katrina saat mereka masih berpacaran dulu.

Sejak hari itu, Katrina menjalani kehidupannya di Bandung seorang diri. Dia berjuang. Berjuang. Dan terus berjuang. Hingga akhirnya tangan-tangan Tuhan pun menghampirinya dengan segala rencana istimewa yang di rancang-Nya.

Tiga hari yang lalu, Katrina dipertemukan dengan Om Rudi tanpa sengaja di sebuah toko baju tempat Katrina bekerja di dekat stasiun Bandung.

Dan sejak hari itulah penantian Katrina pun akhirnya berujung, saat Om Rudi langsung mengantarnya ke kediaman keluarga Arini di Cimahi, Bandung.

Kedatangan Katrina saat itu di iringi dengan tangis haru seluruh keluarganya. Katrina mendapat sambutan yang sangat baik dari seluruh keluarga besar Arini, terlebih lagi oleh orang tua Bunda Katrina sendiri, Kakek dan Nenek Katrina. Mereka yang biasa menyebut diri mereka dengan sebutan Aki dan Nini.

Seperti yang sudah diceritakan Om Rudi, keluarga Arini di Bandung merupakan keluarga besar. Mereka termasuk keluarga Islam yang taat. Bahkan seluruh wanita dewasa di keluarga tersebut memakai cadar.

Lantas, hal besar apa yang membuat sang Bunda justru murtad?

Pertanyaan itu pun akhirnya terjawab setelah Nini menceritakan semua kejadian yang sebenarnya kepada Katrina.

"Sejak awal, Arini tidak pernah setuju ketika Aki dan Nini mengirimnya masuk pesantren. Sampai akhirnya dia kabur dari pesantren dan menghilang tak ada kabar untuk waktu yang cukup lama. Padahal kami sekeluarga di sini sudah mencoba segala cara untuk mencarinya. Hingga suatu hari Arini tiba-tiba kembali bersama seorang laki-laki berkewarganegaraan asing bernama Woong Yeon Jin, dalam keadaan hamil. Kami sekeluarga benar-benar terpukul saat itu. Tak pernah menyangka perbuatannya akan sejauh itu. Hal itu menyebabkan penyakit Jantung Aki kumat. Hingga dia harus dirawat berminggu-minggu di rumah sakit. Sementara Nini dan keluarga yang lain mencoba mencari jalan keluar atas musibah yang memalukan ini. Sampai akhirnya kami berencana untuk menikahi mereka dengan satu syarat, laki-laki itu harus masuk Islam. Tapi Ayahmu menolak dan pergi. Ibumu, Arini justru menyalahkan Nini dan keluarga yang lain. Sampai akhirnya dia yang hatinya sudah dibutakan oleh cinta, memilih pergi menyusul laki-laki itu dan Arini pindah agama mengikuti agama Ayahmu, katolik. Dan sejak saat itu, kami tak pernah lagi mendengar kabarnya. Bahkan setelah kami terus mencoba menghubunginya, mendatangi kediamannya, hanya kalimat sumpah serapah yang kami terima dari mulut Arini. Sampai kami mendapat kabar Arini pindah ke Surabaya. Dan sejak itu kami kesulitan menghubungi Arini,"

Penjelasan panjang Nini benar-benar membuat Katrina terpukul.

Ternyata Bundanya yang selama ini menyembunyikan fakta. Bundanya yang telah berbohong pada Katrina. Arini yang selalu mengatakan ketika dia bilang tak ada satupun keluarganya yang perduli padanya tapi justru Arini sendirilah yang menutup seluruh akses komunikasi dengan anggota keluarganya termasuk ke dua orang tuanya sendiri. Bunda benar-benar keterlaluan, pekik batin Katrina, pedih.

Dan satu fakta lagi yang Katrina dapatkan dari mulut Atiqah, justru membuat Katrina semakin terpukul. Bahwa ternyata Arini adalah anak angkat Aki dan Nini. Dia adalah seorang anak yatim piatu yang di urus sejak bayi oleh Aki dan Nini. Dan naasnya Arini sendiri tidak tahu hal itu. Sampai detik ini, hal itu telah dirahasiakan dengan baik oleh Aki dan Nini, juga Atiqah.

"Kedatanganmu ke sini tak lain karena hidayah dari Allah SWT. Hal ini sudah cukup membuat kami sekeluarga disini percaya bahwa doa kami selama bertahun-tahun tidak sia-sia." Begitulah kurang lebihnya kalimat Aki waktu itu. Membuat perasaan Katrina menjadi lebih baik. Dan inilah malam pertama dimana Katrina terlahir kembali.

Terlahir kembali sebagai seorang wanita muslim.

Katrina memandangi isi kotak pemberian Kyai Abdullah cukup lama. Tangannya bergerak mengambil salah satu khimar di dalam kotak itu.

Dengan kalimat Basmalah, Katrina mulai menggerakkan ke dua tangannya dan mulai memakai khimar itu dikepalanya.

Untuk sejenak dia terdiam. Memandangi bayangannya di cermin. Dia yang kini memakai khimar. Kain panjang dan lebar yang menutupi kepala dan leher sampai ke bawah dada. Dan Katrinapun tersenyum.

Sepertinya dia menyukai dirinya yang sekarang.

*****

"Mencintai itu, bukan tentang bagaimana kita mencari cara untuk memiliki, tapi tentang bagaimana kita bisa mengikhlaskan apa yang kita rasakan untuk seterusnya menyerahkan semua itu kepada-Nya. Ingatlah, bahwa Allah SWT selalu memiliki kejutan bagi setiap hambanya yang taat. Bukankah seindah apapun kita berencana, tapi pada akhirnya hanya Allah SWT yang maha menentukan jalan ceritanya? Karena hanya Allahlah sebaik-baiknya perencana,"

Suara lembut Zaenab dengan tutur katanya yang menenangkan membuat kegelisahan dihati Katrina sedikit berkurang.

Memendam seluruh perasaan yang kamu rasakan dalam kurun waktu yang cukup lama ternyata tidak baik bagi perkembangan fisik dan jiwamu. Itulah yang kini tengah dirasakan oleh Katrina.

"Kamu sudah berusaha menjaga perasaanmu kepada Reyhan dengan sangat baik sampai kamu sendiri lupa bahwa perasaan itu belum menjadi hak laki-laki itu sepenuhnya. Sesungguhnya perasaanmu itu hanya berhak dimiliki oleh Imammu kelak. Laki-laki yang telah ditentukan Allah SWT untuk menjadi mahrammu, suamimu." lanjut Zaenab menjelaskan.

Satu titik air jatuh membasahi telapak tangan Katrina. Matanya sudah basah sejak tadi.

Zaenab merengkuh tubuh mungil itu ke dalam pelukannya. Mengusap-usap punggung Katrina dan sesekali dia menyeka air mata yang menetes di pipi Katrina. Rasanya sangat nyaman. Berada di pelukan Zaenab membuat Katrina merasa tidak sendirian lagi. Bahkan selama puluhan tahun hidup dengan sang Bunda, Katrina sudah lupa kapan terakhir kali Bundanya memperlakukan dia seperti ini.

"Teteh juga tidak mau munafik. Teteh pernah merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. Tapi, ketika Teteh menyerahkan semuanya pada Allah SWT, belajar mencintai karena Allah SWT, bukan mencintai karena pandangan mata sesaat yang seringkali lebih banyak menipu. Buktinya, sekarang kehidupan Teteh dengan Kang Fuad benar-benar bahagia,"

"Apa salah kalau Trina berharap bisa bertemu dia lagi? Setidaknya, Trina cuma mau tau bagaimana keadaan dia sekarang. Apa dia masih menunggu Trina atau malah sebaliknya?" Katrina masih berharap, meski harapannya itu kini kian meredup.

Jauh sebelum hari ini, Reyhan pernah berjanji pada Katrina, tepat satu hari sebelum Katrina berangkat ke Surabaya.

"Tunggu aku ya di Surabaya? Begitu menyelesaikan pendidikanku di Jakarta, aku akan menyusulmu ke Surabaya. Aku tidak perduli lagi jika Ibumu tetap menentang hubungan kita. Aku pasti datang, Trina. Aku berjanji."

Itulah janji Reyhan kepadanya. Dia percaya Reyhan tidak mungkin ingkar janji. Kini, Reyhan pasti masih mencarinya di Surabaya. Sungguh sangat di sayangkan, kenyataan hidup justru malah membuat Katrina kini harus melanjutkan kehidupannya di Bandung. Katrina telah ingkar janji. Atau mungkin memang takdir yang belum mengizinkan mereka untuk bertemu.

Katrina berpikir, jika memang Reyhan kini sedang berjuang mencarinya di Surabaya, lantas haruskah Katrina berdiam diri di sini? Tidak, Katrina tidak bisa. Dia harus melakukan sesuatu.

Dan satu-satunya cara adalah, dengan hijrah kembali ke Jakarta untuk menemui orang-orang terdekat Reyhan sewaktu di Jakarta dulu, mungkin dengan begitu, Katrina bisa mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai keberadaan Reyhan. Atau, bisa saja, takdir Allah justru mempertemukan Katrina dan Reyhan kembali di Jakarta.

Bukankah, tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini jika memang Allah Swt telah berkehendak?

Zaenab tersenyum pada Katrina, sebelum dia menjawab pertanyaan Katrina. Senyumnya manis sekali.

"Tidak salah. Itu hal wajar. Dan kalau pun memang kenyataannya dia masih menunggumu, lalu kamu yang mengutarakannya duluan pun itu tak jadi masalah. Dulu, Khadijah r.a yang melamar Rasullullah terlebih dahulu untuk menjadi suaminya. Hanya saja, pesan Teteh, jangan jadi pengemis cinta. Jika nanti kamu sudah tahu bagaimana keadaan dia sekarang, jika nanti kenyataannya tidak sesuai dengan yang kamu harapkan, maka segeralah pulang. Segera kembali ke sini. Dan lupakan dia. Mengertikan Trina?"

Katrina mengangguk tanda mengerti. Dia tersenyum pada Zaenab seraya mengucapkan terima kasih. Berkat Zaenab Katrina merasa hatinya bisa sedikit lega. Ada bagian-bagian yang tadinya memenuhi ruang di dalam hatinya yang kini terkikis separuh dan menyisakan ruang kosong yang tak lagi membuatnya terasa sesak.

"Nanti malam shalat tahajud, ya? Supaya urusanmu lebih dimudahkan," saran Zaenab kemudian.

Tak lama setelah itu, Zaenab pamit dari kamar Katrina. Katrina merebahkan diri di atas tempat tidur. Kata-kata Zaenab masih jelas dalam ingatannya. Belajar mencintai karena Allah SWT, itu salah satunya. Kalimat yang membuatnya gagal paham. Mungkin bagi mereka itu mudah, tapi bagi Katrina, hal itu sulit. Harapan yang dia miliki begitu besar. Cinta yang dia miliki kepada seseorang di masa lalunya jelas tak terlupakan. Hingga mampu membuatnya lupa, bahwa harapan itu sama halnya seperti sayap. Semakin dia membawamu terbang tinggi ke atas, maka kamu harus siap ketika dia menjatuhkanmu ke bawah.

Rasa sakitnya mungkin tak mampu terbayangkan olehmu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status