"Pokoknya Gia mau langsung ke Surabaya nemuin Kak Reyhan begitu pulang dari Jerman. Supaya nanti Kak Reyhan yang antar Gia ke Bandung, ke tempat Omah," suara cempreng Anggia terdengar menyakitkan di telinga Hardin. Membuatnya sesekali menjauhkan ponselnya dari telinga.
"Ngomong sama lo tuh percuma, kayak ngomong sama tembok! Keras kepala! Lo bilang sendiri sana sama Omah kalau berani! Gue nggak mau ikut campur! Lagian mulai minggu depan gue stay di Jakarta, mungkin agak lama, jadi gue nggak bakal bisa jemput lo di bandara," balas Hardin setengah berteriak. Suara di seberang sana terdengar begitu berisik. Hardin berjalan menuruni tangga menuju ruang keluarga di lantai satu. Dimana Umi Tantri dan Abi Syamsul biasa menghabiskan waktu malam mereka di depan Televisi.
"Idih, lagian siapa juga yang mau dijemput sama Aa? Gia sih ogah! Mending naik taksi daripada harus semobil sama Aa! Bawel! Rese! Galak!"
"Ih, dasar bocah ingusan! Gue bawel juga demi kebaikan lo, tau! Itu btw, lo lagi dimana sih? Kok berisik banget?"
"Lagi di rumah temen. Party," jawab Anggia santai.
"Yaelah, anak kecil kayak lo, ngerti-ngertian party. Awas lo ya sampe mabok, gue bilangin Omah baru tau rasa lo!" ancam Hardin galak.
"Awas aja kalau berani, nanti tinggal Gia bilangin ke Kak Gabriella, kalau Aa itu playboy, biar dia nggak jadi ikut pulang ke Indonesia," ancam Anggia balik. Dia mencibir sang Kakak.
"Bilangin sana, gue nggak perduli. Stok gue disini banyak yang bahkan lebih bohay dari senior lo itu," tantang Hardin sambil tersenyum penuh kemenangan. Dia mulai memasuki ruang keluarga. Tapi tak menemukan satu pun orang di sana.
"Ih dasar nyebelin!"
Klik!
Kesal, Anggia pun memutus teleponnya. Sementara Hardin malah tertawa setiap kali berhasil membuat adiknya emosi. Lucu banget pasti ekspresinya. Pikir Hardin, geli.
"Kenapa kamu tertawa-tawa sendiri begitu?" tanya Tantri yang tiba-tiba datang dari arah belakang.
"Anggia Omah, barusan telepon," jawab Hardin disisa tawanya.
Tantri hanya ber-oh sambil mengangguk-anggukan kepalanya. "Kamu di panggil Opah tuh di teras, ada yang mau di bicarakan katanya,"
"Oke siap," sambut Hardin cepat.
Hardin berjalan sambil memeluk Tantri dari belakang menuju teras belakang tempat di mana sang Opah, Syamsul sedang menikmati secangkir kopi hangat.
"Ada apa Opah?" tanya Hardin sambil menyesap kopi sang Opah dan duduk di kursi sebelah.
"Tadi di rumah Ustadz Maulana, Opah sama Omah diperkenalkan dengan seorang wanita anggota baru keluarga mereka. Rencananya malam ini wanita itu akan bersyahadat. Dia akan menjadi seorang muallaf. Jujur, Opah langsung tertarik padanya. Dia cantik, pintar dan sepertinya dia wanita yang baik,"
Hardin merasa ada yang aneh di sini. Mendadak dia jadi tidak menyukai situasi ini. Di mana pada akhirnya sang Opah akan mulai menjodoh-jodohkan dirinya lagi. Seperti yang sudah-sudah.
"Kamu juga sudah melihat wanita itu bukan? Namanya Katrina. Bagaimana menurutmu?" tanya Syamsul dengan penuh antusias, berharap kali ini cucu laki-lakinya itu tergerak hatinya untuk memulai hubungan serius dengan seorang wanita.
Hardin menarik nafas. Ogah-ogahan dia menjawab pertanyaan sang Opah tercinta. "Biasa aja, Opah. Jutek kayaknya,"
"Barusan Opah ditelepon oleh Kang Rudi di Jakarta, akhir bulan ini Katrina mau ke Jakarta dan dia berniat mencari pekerjaan. Opah sudah bilang pada Kang Rudi supaya menyuruh Katrina melamar di perusahaan kita. Perusahaan kita di Jakarta sedang membutuhkan banyak karyawankan?"
"Iya Opah," jawab Hardin singkat.
"Opah harap kamu bisa memperlakukan dia dengan baik. Supaya dia betah bekerja di perusahaan kita,"
"Iya Opah,"
Lagi dan lagi, Hardin hanya menjawab tanpa minat.
*****
Malam ini, Katrina merasa benar-benar gelisah sampai dia tak nyenyak tidur. Bahkan sesekali dia bermimpi aneh lalu kemudian terbangun. Begitu seterusnya hingga dia terbangun saat waktu menunjukkan pukul 03.15 WIB dini hari. Katrina pun memutuskan untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat tahajud.
Entah mengapa, setiap kali Katrina mencoba untuk mengusir bayang-bayang Reyhan, tapi yang terjadi justru malah sebaliknya. Bayang-bayang itu seolah semakin nyata. Datang, mendekat, pergi dan menghilang. Begitu saja setiap waktu. Membuatnya frustasi. Kenangan masa lalu itu terus menerus berputar bagaikan siluet-siluet cahaya yang terekam jelas oleh pikiran. Tak bisa terhapus.
Katrina telah mencintai begitu dalam hingga perasaan itu berubah menjadi candu, bahkan tanpa tanda seru.
"Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, hidayah yang Kau berikan pada hamba begitu indah. Melalui dia sebagai perantaranya. Kini hamba hanya ingin memohon pada-Mu seperti doa yang dipanjatkan Zulaikha untuk Yusuf. Hamba sudah menunggu begitu lama, hamba tidak ingin pikiran-pikiran tentangnya justru menjadi penghalang terkabulnya doa hamba. Tapi hamba hanya seorang makhluk yang tak berdaya, yang ingin kehidupannya menjadi lengkap. Jika memang Engkau mentakdirkan hamba untuk berjodoh dengannya, maka persatukanlah kami dalam ikatan suci yang Kau ridhoi. Tapi jika sebaliknya, hamba mohon beri hamba petunjuk bagaimana caranya agar hamba bisa melupakan dia. Engkau sebaik-baik penolong dan pemberi petunjuk. Juga hanya Engkau maha pembolak-balik hati. Hamba percaya rencana-Mu adalah yang terbaik untuk seluruh makhluk ciptaan-Mu. Amin."
Katrina mengusap air matanya. Perasaan itu datang lagi. Ketika dia merasa ada getaran yang begitu hebat di dalam hatinya. Seolah ada sesuatu yang begitu dahsyat yang membuatnya yakin akan keberadaan Allah SWT. Dan inilah jawaban yang selama ini selalu dia pertanyakan. Ketika kamu bisa merasakan kehadiran Tuhanmu di dalam hatimu. Bahkan tanpa kamu bisa membayangkan seperti apa wujud dari Zat yang maha kuasa itu. Tapi dengan hati yang tulus dan bersih, Insha Allah, kamu akan mampu merasakan kehadiran-Nya tanpa bisa mengutarakannya dengan kata-kata. Karena perasaan itu sungguh luar biasa.
Untuk kesekian kalinya Katrina kembali menangis. Hingga dia lelah sendiri dan perlahan, mata itu kembali terpejam.
*****
Katrina mengernyitkan dahi ketika sinar matahari menerobos kelopak matanya yang masih tertutup sempurna. Dia mencoba mengintip lewat celah mata. Sinar itu terang sekali. Membuatnya silau.
Dimana aku berada sekarang? Pikirnya dalam hati.
Sejauh mata memandang hanya terlihat hamparan pepohonan hijau dan bunga warna-warni yang begitu indah. Sangat indah, bahkan.
Sungai-sungai yang mengalir diiringi suara gemericik yang menentramkan hati. Katrina bisa menghirup wangi tumbuh-tumbuhan yang segar. Berlarian kesana dan kemari tanpa perlu rasa segan. Di sini begitu damai. Disini dia seperti hidup tanpa beban.
"Katrina,"
Dan sebuah suara yang memanggil namanya dari arah yang berlawanan. Katrina pun menoleh. Mendapati seorang laki-laki berdiri dihadapannya.
"Aku hanya ingin memberikan ini untukmu. Ini hadiah dari Allah SWT, untukmu. Terimalah,"
Laki-laki itu kembali bersuara. Tangannya menyodorkan sebuah kain berwarna hitam pada Katrina. Katrina hendak berbicara, tapi anehnya mulutnya seperti terkunci. Jangankan untuk berbicara, membuka mulut pun dia tidak bisa.
"Aku menunggumu, Katrina."
*****
Dalam sekejap, Katrina membuka mata dan mendapati dirinya tertidur di atas sajadah. Bahkan mukena yang dia kenakan untuk shalat tahajud masih lengkap sempurna membalut tubuhnya.
Katrina melirik jam dinding, ternyata sudah masuk waktu shalat Shubuh. Katrina berniat mencopot mukena untuk kembali mengambil air wudhu ketika tanpa dia sadari telah menjatuhkan sesuatu dari genggaman tangannya. Katrina mengambil kain hitam yang terjatuh itu.
Lalu dia seperti teringat sesuatu. Bukankah ini kain yang diberikan oleh laki-laki di dalam mimpinya tadi? Laki-laki yang tak lain dan tak bukan adalah sosok laki-laki yang sangat dia cintai. Masa lalunya. Cinta pertamanya.
Reyhan...
Ketika Katrina melihatnya lebih jelas, ternyata ini adalah cadar pemberian Kyai Abdullah untuknya.
Lantas, apa arti semua ini?
Ini cerita religi herofah... Semoga suka dan bermanfaat ya... Jangan lupa untuk beri vote dan ulasannya... Terima kasih...
Jakarta. Bandara Soekarno Hatta. "Take care, Brother." ucap seorang laki-laki seraya memeluk tubuh laki-laki jangkung dihadapannya. "Lo juga ya, jangan cemburuan lagi. Kalau ada masalah diomongin dulu baik-baik berdua jangan main cerai-cerai aja," ucap laki-laki jangkung itu. Mereka tertawa bersamaan. "Kalau lo butuh sesuatu, langsung kontak gue. Jangan sungkan, gue pasti bantu," "Gue udah biasa hidup merantau di negeri antah berantah, jadi lo nggak usah khawatir, buktinya gue bisa hidup sampe sekarangkan walau cuma sebatang kara?"
Bandung.Kediaman Ustadz Maulana.Satu Minggu kemudian.Hari-hari yang Hardin lalui benar-benar buruk tanpa Katrina.Hardin sudah mencoba mendatangi kediaman Ustadz Maulana di Bandung, dia ingin bertemu dengan Katrina, tapi Katrina selalu menolaknya. Katrina terus mengunci dirinya di dalam kamar bahkan ketika Hardin sudah berusaha mengetuk pintu itu dan mengajaknya bicara dari balik pintu. Namun lagi-lagi usahanya gagal. Katrina tetap menolak bertemu dengannya. Bahkan hanya sekedar menjawab salam yang dia teriakan dari luarpun tetap tak terdengar suara Katrina. Padahal Katrina tetap menjawab salam itu dari dalam, hanya saja dia menjawabnya tanpa suara. Tentunya dengan deraian air mata yan
Ini adalah malam minggu. Hardin mengajak Katrina untuk makan malam di luar. Yumna tidak ikut, karena Yumna sedang berada di Bandung. Omah sendiri yang meminta kepada Hardin dan Katrina untuk menjaga Yumna. Sepertinya wanita paruh baya itu sangat kesepian jika tak ada Yumna di sampingnya.Senyum terus mengembang di wajah Katrina. Dia berpikir Hardin mulai kembali. Setelah sebelumnya dia merasa bahwa suaminya itu banyak berubah. Tepatnya sejak kepergian Anggia. Sepertinya Hardin sangat terpukul. Dan hal itulah yang membuatnya jadi lebih banyak diam akhir-akhir ini. Bahkan sikapnya terkesan dingin pada Katrina. Dia sama sekali tidak menyentuh Katrina. Dia seringkali pulang telat dari kantor. Sementara Katrina mencoba untuk tidak mempermasalahkan hal itu. Dia tidak ingin membuat hati suaminya menjadi lebih terbebani oleh sikapnya. Dia hanya tidak ingin menyulitkan suaminya. Itu saja.
Beberapa bulan kemudian...Di Sebuah desa terpencil di ujung pulau Jawa.Seorang laki-laki jangkung keluar dari grand Livina putih dengan memegang sebuah buket bunga yang berukuran sedang.Dia berjalan memasuki area pemakaman umum. Beberapa warga sekitar yang berjualan di sekitar pemakaman seolah berbisik-bisik tetangga. Sebab jarang ada orang asing dengan wajah yang menurut mereka sangat tampan, gayanya yang sangat keren ditambah dengan fasilitas mewah yang dia miliki datang ke areal pemakaman di desa tersebut. Dan hal itu langsung menjadi buah bibir di daerah itu.Reyhan berhenti di sebuah makam yang bertuliskan nama Jihan Fadila pada batu nisannya. Dan itulah m
Tim dokter dengan segala kepintarannya serta kemajuan tekhnologinya tetap tak bisa menentang takdir yang sudah ditentukan.Masih dua minggu dari prediksi, tapi Anggia sudah merasakan perutnya mulas sejak sore tadi.Awalnya dia berpikir bahwa dia hanya mulas karena ingin buang air besar. Tapi tidak kunjung keluar juga setelah dia berjalan bulak-balik keluar masuk toilet.Hingga akhirnya Anggia mendapati kemaluannya menghangat. Dia seperti seorang anak kecil yang pipis di celana, namun ketika melihat ke bagian selangkangannya, ternyata darah yang merembes dari sana dan turun mengalir ke bawah kakinya. Anggia panik dan berteriak. Membuat Omah terkaget-kaget.Saat itu juga Anggia langsung di baw
Satu Bulan Kemudian.Hari ini Reyhan diberi mandat oleh Opah untuk menangani masalah pekerjaan di Jakarta. Sebab Hardin sedang ada urusan pekerjaan di luar kota.Sore ini usai menyelesaikan urusan kantor, Reyhan berencana untuk membelikan sebuah hadiah untuk sang calon bayi di perut Anggia yang diprediksikan akan keluar dalam minggu-minggu ini. Dan sobatnya Nindra pun istrinya baru saja melahirkan, jadi Reyhan sekalian berbelanja di satu toko yang sama. Mumpung dia sedang berada di Jakarta. Karena besok Reyhan sudah harus kembali ke Bandung.Reyhan melihat-lihat jejeran stroller bayi dan pakaian bayi yang menurutnya sangat lucu. Kebetulan, dari hasil USG anak di perut Anggia itu berjenis kelamin perempuan. Jadi Reyhan memutuskan membelikan sebuah pakaian bayi peremp