Share

7. SANG CEO

Reyhan masih berkutat dengan dzikir-dzikirnya di atas sajadah saat dia baru saja selesai menunaikan shalat isya. Dia hendak mengambil sebuah Al-Quran di rak lemari bajunya saat ponselnya tiba-tiba berdering.

Hardin Calling...

"Halo, assalamualaikum, ada apaan?" tanya Reyhan saat dia sudah mengangkat panggilan itu. Dia menutup pintu lemarinya kembali.

"...."

"Apa? Lo ngomong apaan sih? Gue nggak denger, berisik banget di situ," teriak Reyhan seraya memicingkan sebelah matanya.

"..."

"Hah? Jemput? Emang lo nggak bawa mobil?" Reyhan bangkit dari atas sajadah dan menggulung sajadahnya dengan sebelah tangan.

"...."

"Ah, dasar! Bisanya ngerepotin gue mulu! Ya udah gue ke sana sekarang,"

Reyhan melepas kain sarung yang melekat dipinggangnya dan menggantinya dengan celana panjang. Dia mengambil salah satu kemeja flanel polos di lemari dan mulai mengenakannya. Setelah memastikan pakaiannya sudah rapi, Reyhan pun keluar dari kontrakan sederhananya.

Malam ini, si Bos Hardin meminta Reyhan menjemputnya ke sebuah Club malam di daerah Dago. Sebab Hardin tidak bawa mobil.

Reyhan mulai melajukan Grand Livinanya menelusuri jalan raya cicadas yang cukup lengang malam itu. Hanya membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam, Reyhan sampai di tempat tujuan. Mobilnya sudah terparkir rapi di pelataran parkir Club.

Sebenarnya Reyhan sendiri tidak pernah berminat mendatangi tempat-tempat seperti ini. Ini bukan gayanya. Jauh dari kepribadiannya yang sederhana dan taat akan norma-norma agama. Meski dia tidak memungkiri, jika dia pun bukan tipe laki-laki sempurna dalam hal agama, dia bukan seorang ustadz ataupun ulama. Reyhan hanya seorang laki-laki biasa yang ingin kehidupannya berjalan sesuai apa yang diperintahkan Allah Swt dan Rasulnya. Tapi sayang, terkadang langkah syaiton selalu bisa menyesatkannya jika dirinya dalam keadaan terdesak.

Ya, seperti malam ini. Saat dia harus terpaksa memasuki sebuah Club Malam hanya untuk menjemput sang Bos besar Company Grup yang kini terlihat asik menikmati suasana di sekitarnya. Hardin yang saat itu sedang asik bergumul dengan seorang wanita yang duduk di pangkuannya.

Hardin menyudahi acara ciumannya saat dia mendengar suara seorang laki-laki berdehem di sampingnya. Tanpa di komando si wanita itu pun beringsut dari duduknya dan mengambil posisi di samping Hardin.

"Eh lo, Han? Udah dateng aja, cepet banget?" sapa Hardin seraya tersenyum manis. Dia mengelap sudut bibirnya yang basah. "Minum Han? Mau minum apa? Gue pesenin," Hardin bicara dengan kepala yang sedikit berat. Dia sudah kebanyakan minum. Kini otaknya jadi tidak bisa berpikir dengan baik. Bahkan dia lupa kalau Reyhan tidak suka minuman keras.

"Nggak deh, makasih. Kita pulang sekarang?" ajak Reyhan yang mulai gelisah. Pasalnya kini ada seorang wanita lain yang duduk di sebelahnya. Entah dari mana datangnya wanita itu, padahal Reyhan tidak menyuruhnya untuk duduk, dia sendiri yang berinisiatif untuk duduk di sisi Reyhan.

"Yaelah, santai aja kali. Nikmatin aja dulu. Iya nggak Tha?" Hardin melirik mesum ke arah Metha. Wanita seksi nan aduhai yang kini duduk di samping Reyhan. Wanita itu tersenyum manja. Dia mulai merapatkan tubuhnya sejengkal lebih dekat dengan laki-laki tampan di sampingnya. Reyhan yang mulai dilanda perasaan cemas akut. Sebab dia tidak terbiasa berdekatan dengan wanita manapun selama ini, selain Katrina.

"Jadi itu, Bos, yang namanya Reyhan?" ucap Kayla. Wanita jalang yang tadi berciuman dengan Hardin. Dia tidak henti menatap Reyhan yang seolah menghipnotisnya saking tampannya wajah laki-laki itu.

"Iya, sayang..." Hardin menenggak kembali botol minuman kerasnya. Sebelah tangannya melingkar di punggung Kayla. Dia ingin mencium wanita itu lagi, tapi kalimat Reyhan membuatnya urung melakukan hal itu.

"Gue anter lo balik sekarang kalau lo mau, kalau nggak juga nggak apa-apa. Biar gue pesenin taksi buat lo. Lo udah mabuk berat Hardin," Reyhan sudah benar-benar jengah berada di sini. Sebuah tempat maksiat, ladang usaha bagi Syaitan dan jin jahat yang berhasil menguasai manusia dengan segala tipu dayanya.

"Sebentar, gue masih mau abisin minuman gue dulu, oke?" ucap Hardin yang mulai merasakan pening hebat menyerang kepalanya. Dia kembali menenggak minumannya.

Reyhan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk beranjak dari sana.

"Gue tunggu di parkiran,"

*****

Reyhan masih setia menunggu Hardin di parkiran. Tapi sayangnya, Hardin tak kunjung datang. Sampai akhirnya dia mendengar lamat-lamat suara seseorang berteriak. Sepertinya tak jauh dari lokasinya berada sekarang.

Reyhan pun mencari sumber suara dan jadi terperangah hebat saat dia melihat seorang laki-laki tengah memukuli Hardin secara membabi buta. Reyhan pun langsung mengambil tindakan.

"Lo siapa? Lo nggak usah ikut campur urusan gue sama si Jahanam ini! Dia udah nidurin istri gue! An****!" bentak seorang laki-laki kepada Reyhan yang datang secara tiba-tiba dan menggagalkan aksinya untuk membuat Hardin lebih babak belur.

Hardin yang saat itu dalam posisi mabuk berat jelas tidak dapat merasakan apapun bahkan di saat tubuhnya sudah lebam dan terluka akibat hantaman bertubi-tubi yang dilayangkan oleh laki-laki tadi terhadap dirinya. Hardin hanya bergumam tidak jelas seraya tertawa-tawa kecil. Bahkan dia sudah tidak sanggup lagi berdiri saking telernya.

"Tahan, Bro. Tolong ini tempat umum. Lo bisa kena masalah hukum kalau lo berbuat onar disini." ucap Reyhan mencoba menenangkan laki-laki itu. Meski saat itu kondisi di daerah sekitar sedang sepi.

"Kita bisa bicarakan masalah ini baik-baik," lanjut Reyhan lagi.

"Semenjak kenal sama dia, sikap Angel jadi berubah. Bahkan Angel udah nggak perduli lagi sama anaknya yang sekarang sekarat di rumah sakit! Dan semua itu gara-gara laki-laki biadab ini!" laki-laki itu kembali menendang Hardin yang masih terkapar di aspal jalanan.

"Kalau lo udah punya istri dan lo tahu istri lo tidur sama laki-laki lain dibelakang lo, lo juga pasti bakal ngelakuin hal yang sama kayak gue! Lo inget baik-baik! Kalau nanti sampai terjadi sesuatu sama anak gue, gue nggak akan tinggal diam! Si bajingan ini udah merusak ketentraman rumah tangga gue! Dan dia akan menanggung akibatnya nanti!"

Dan laki-laki itupun pergi meninggalkan Reyhan dan Hardin di pelataran parkir Club itu.

Reyhan hanya bisa menatap prihatin pada sosok laki-laki yang masih dalam keadaan setengah sadar di bawah kakinya. Untuk kemudian, lagi dan lagi Reyhan pula yang harus mengantar pulang Hardin ke kediamannya di Podomoro dalam keadaan mabuk berat bahkan dengan luka-luka disekujur tubuhnya.

Dan hebatnya, ini adalah hal yang sangat biasa bagi Reyhan.

Mendapati sahabatnya dalam keadaan seperti itu.

*****

Katrina mantap bernikab. Hal yang biasa lebih dikenal dengan sebutan cadar.

Katrina telah menceritakan mimpinya semalam pada Aki dan Nini. Mereka bilang itu mungkin isyarat dari Allah SWT agar Katrina memakai Nikab seperti yang disunahkan oleh Rasullullah Saw. Katrina jelas tidak mau melewati kesempatan baik itu. Hari itu juga dia memutuskan untuk memakai cadar sebelum keberangkatannya ke Jakarta. Tentu hal itu sangat di dukung oleh seluruh anggota keluarga. Bahkan mereka tidak pernah menyangka kalau Katrina akan mengalami kemajuan iman secepat ini.

Aki sudah menghubungi Rudi untuk menjemput Katrina di Bandung dan menjaga Katrina selama dia tinggal di Jakarta. Bagaimanapun Katrina perlu seorang mahram yang bisa melindunginya.

Dan lagi, Allah SWT tengah memudahkan segala urusannya. Katrina diberitahu oleh Rudi bahwa rekan bisnisnya di Bandung kini sedang membuka kantor cabang baru di Jakarta dan perusahaan mereka yang sedang maju pesat itu membutuhkan banyak karyawan baru. Bahkan Rudi dengan sangat baik sudah terlebih dahulu menginformasikannya kepada rekan bisnisnya tersebut, agar kedatangan Katrina bisa disambut dengan lebih baik di sana. Awalnya Katrina melarang tapi kemudian Rudi menjelaskan.

"Trina, bukannya Om meragukan kemampuanmu, hanya saja mengingat penampilanmu yang sekarang, mencari pekerjaan di Jakarta terlebih di kantor-kantor besar pasti akan menjadi lebih sulit. Oleh sebab itu, Om memberitahu kepada CEO-nya langsung. Nanti begitu sampai di sana, kamu bilang saja, kamu Katrina dari Bandung, keluarga Ustadz Maulana, CEO-nya pasti langsung mengerti,"

Katrina pun mengiyakan apa yang Om Rudi katakan.

"Kalau boleh tahu, siapa nama CEO di sana Om?"

"Namanya, Hardin Putra Surawijaya,"

Herofah

Semoga suka...

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status