“Yang aku inginkan hanyalah mengembalikan Sandra ke Indonesia, Luke. Cukup sudah adik kita itu berjuang sendiri di luar negeri. Sementara kita pun sudah kewalahan menemaninya. Teutama aku. Aku sangat bersalah karena akhir-akhir ini sangat jarang mengunjunginya.”“Sandra mengerti bahwa kamu telah memiliki keluarga, Kak.”“Kamu tau papa akan menjodohkan Sandra dengan seorang anak kenalannya? Semua demi Sandra bisa pulang. Tetap saja Mama khawatir karena Alex memiliki rupa yang sangat unik. Keluarga besar akan curiga saat melihat Alex tidak mirip dengan orang yang dijodohkan untuk Sandra.”Luke mendengus kasar. “Betul. Hanya satu orang di dunia ini yang mirip dengan Alex.” Luke memberikan tatapan sinis pada Aldric.Demi apapun, Aldric tersentuh mendengar percakapan adik kakak di depannya ini. Sungguh ia tidak paham, mengapa mereka sangat takut pada omongan orang. Apa mereka tidak bisa mengatakan bahwa Sandra telah memiliki anak dan berpisah dengan ayah dari anaknya?“Alex bisa tinggal be
Malam hari di kamarnya, Aldric termenung sambil menatap langit hitam tanpa bulan dan bintang. Selama ini, hidupnya sangat nyaman, aman dan tenang. Ia berhasil pada setiap rencana yang ia susun dengan baik.Namun sekarang, ia mendapat kisah yang tidak terduga. Bukan rencananya bertemu Sandra dan bermalam hingga memiliki seorang putra. Jangankan memiliki putra, menikah saja ia masih keberatan.Sebenarnya, belum ada satu pun wanita yang bisa menjerat hatinya. Ekspektasinya mungkin terlalu tinggi. Ia menginginkan wanita cantik, berpendidikan, elegan, mandiri dan cerdas, paling tidak dapat bertukar pikiran dengannya dalam berbagai hal. Tunangannya sekalipun tidak memiliki semua kriteria tersebut.Ponsel Aldric berdering. Ia menjawab teleponnya dengan nada malas. “Hallo?”“Aldric, honey,” sapa seorang wanita di ujung sana.“Hai, Val.” Aldric balas menyapa Valerie, tunangannya.“Besok siang aku pulang. Kamu jemput ya, sayang,” ucap suara yang dimanjakan pemiliknya di sebrang.“Tidak bisa. Ak
Baru kemarin ia mendapat tantangan untuk menikahi Sandra, ibu dari putranya. Sekarang, ayahnya sendiri yang menginginkan ia segera meresmikan hubungan dengan sang tunangan. Aldric dalam mengeluh dalam hati, seketika ia merasa pening kepala.Tatapan mata menyipit langsung diberikan Aldric pada sang Daddy yang melontarkan pertanyaan. Ia benar-benar belum siap menikah dengan Valerie. Entah kapan, yang jelas tidak dalam waktu dekat ini.“Aku siap kapan saja, Dad,” balas Valerie sumringah.“Ehm … aku masih sangat sibuk dengan berbagai macam kampanye. Sebaiknya kita menunda rencana pernikahan. Aku khawatir tidak bisa berkonsentrasi pada beberapa hal sekaligus,” tukas Aldric.“Betul juga. Biarkan Aldric fokus pada pemilihan gubernur. Aku sangat mengerti sulitnya merintis karir menjadi politisi,” ungkap Hendric, Daddy Valerie.Bagi Hendric dan keluarganya, martabat dan kedudukan tinggi sangatlah penting. Jika Aldric telah resmi menjadi seorang gubernur, maka pernikahan putrinya pasti akan leb
Sandra menatap paket mewah di tangannya. Nama Alex tertera pada sampul depan. Kurir tidak mau mengatakan siapa pengirim bingkisan tersebut. Walaupun dengan hati curiga, ia tetap memberikan paket tersebut kepada putranya.“Alex, sayang,” panggil Sandra.“Ya, Mom,” balas Alex yang langsung menghampiri ibunya.“Ada paket untukmu.” Sandra menunjuk bungkusan besar di meja ruang keluarga.“Apakah paket ini dari Daddy Luke dan Daddy Deniz?” tanya Alex bersemangat.Mendengar pertanyaan Alex, Sandra hanya membalas dengan senyum dan kecupan sayang di puncak kepala Alex. Ia mengambil ponsel dan menekan nomer sang kakak yang masih berada di Inggris karena urusan bisnis. Luke dan Deniz memang seringkali mengirimi barang-barang kebutuhan keponakan mereka.“Wow … Mommy, look!” seru Alex. “Kereenn sekalii!”Bukan saja Alex, Sandra pun takjub menatap kotak mewah yang kini sedang dipegangi putranya dengan mata berbinar-binar. Sebuah puzzle tiga dimensi bangunan sekolah Hogwart – Harry Potter. Special e
Luke menahan diri untuk tidak memaki Aldric dan Marvin. Dengan sikap tenang, ia memperhatikan dua lelaki di depannya. Aldric masih sibuk dengan beberapa berkas yang diberikan Marvin.‘Cara kerja Aldric juga mirip sekali dengan Alex saat sedang serius mengerjakan sesuatu.’ Luke berbicara dalam hatinya.“Tuan Luke,” sapa Aldric dengan sikap resmi.“Ya, Tuan Aldric,” balas Luke.“Aku ingin Anda merevisi anggaran. Buat tiga kali lipat.”Luke berjengit kaget. Itu artinya perusahaannya akan mendapatkan sokongan dana lebih dari 100 milyar dari Perusahaan Osborn. Rasa curiga langsung terlintas di pikiran Luke.“Tidak perlu, Tuan. Saya dan tim sudah mencapai kesepakatan pada angka yang tertera. Jika angka tersebut berubah, kami harus mengulang seluruh perencanaan,” tolak Luke.Saling adu pendapat kemudian berlangsung antara Marvin dan Luke. Marvin tidak terima usulan bosnya ditolak pengusaha baru seperti Luke. Hingga akhirnya Aldric menengahi.“Ya sudah. Terserah,” ujar Aldric menutup diskusi
Sandra menatap sekeliling. Ia bukanlah wanita bodoh. Salah satu alasannya menerima tawaran agar Alex mendapatkan fasilitas berkuda ini selain agar keinginan Alex terpenuhi, juga untuk mencari tau apakah benar sekolah ini membuka jalur prestasi. Ia curiga ada seseorang yang bermain pada keputusan tersebut.“Sandra,” sapa seseorang dari balik punggung Sandra.Suara seorang lelaki yang Sandra kenali itu membuat ia menoleh cepat. “Ivan?”“Haii,” balas Ivan. Lelaki di depan Sandra segera memamerkan barisan gigi-gigi putihnya.“Ya Tuhan. Ivan, apa kabar?” Sandra mendekat, dengan tetap menjaga jarak kepada lelaki yang bukan mahramnya.“Kamu lihat sendiri, aku baik-baik saja.”“Apa yang kamu lakukan di sini? Apa kamu sedang berlibur?”“Aku pemilik sekolah berkuda ini. Tepatnya milik keluarga ayahku.”Sandra membelalakkan matanya. “Jadi, anakku bisa bersekolah di sini karena kamu?”“Jangan melotot begitu. Ayo kita duduk dulu sambil mengobrol.” Ivan merentangkan satu tangannya untuk mengarahkan
“Aldric, honey!” seru Valerie. Ia sangat kesal melihat Aldric tidak memperhatikan apa yang ia ceritakan sejak tadi.“Ya?” tanpa dosa Aldric bertanya.“Kenapa sih melamun saja?” tukas Valerie dengan sewot.“Aku memikirkan pekerjaanku,” kilah Aldric. Tentu saja ia berbohong karena sesungguhnya ia memikirkan tentang Sandra dan mantan kekasihnya.Sejak ia mengetahui kisah tentang Sandra, Aldric menjadi sulit fokus. Ia benar-benar tidak terima putranya diberi beasiswa oleh mantan kekasih ibunya. Kalau saja pekerjaan tidak sedang menggunung, ia akan segera terbang ke Jerman.“Kamu memiliki sekertaris, asisten pribadi, juga tim sukses. Biarkan mereka yang bekerja,” ucap Valerie dengan sombongnya.“Mereka selalu bekerja sesuai dengan arahanku, Val. Jadi tetap saja aku yang memegang kendali semua keputusan.”“Kamu itu merepotkan diri sendiri. Coba kamu ikuti saranku. Kita hanya perlu sering tampil di berbagai acara selebriti dan posting kebersamaan kita di media sosial. Aku yakin, pamormu akan
“Auntie Leah,” panggil Alex.Leah melambaikan tangan. Ia juga memberikan ciuman jauh kepada putra dari sahabatnya. Kemudian ia mengangkat kepalan tangan, memberikan tanda untuk semangat bertanding.“Uncle Ivan.” Kini Alex memanggil lelaki yang berada di samping Daddy Luke.Ivan mengacungkan jempol kepada Alex. Awalnya ia duduk di antara Sandra dan Luke. Tentu saja, Luke bersikap protektif dengan tidak membiarkan Ivan berduaan dengan adiknya sehingga ia menggeser posisi duduk Ivan.Dua pasang mata menatap deretan kursi di depan mereka. Aldric menatap Alex yang siap mengikuti lomba. Ia kembali didera rasa sedih karena tidak mendapat sambutan dari putranya sendiri.Lalu netranya menatap Sandra yang sedang berbincang pelan dengan Leah. Kemudian ia melihat Sandra dan Leah tergelak bersama. secara spontan, Aldric pun tersenyum melihat wanita yang melahirkan anaknya tertawa. Kapankah ia bisa melihat Sandra tertawa bersamanya?Lamunan Aldric buyar karena acara lomba spelling bee akan berlangs