Semua kepala menengok ke arah kepala pelayan. Saat lelaki itu bergeser dan memperlihatkan tamu yang datang, Sandra menutup mulutnya. Sementara, Aldric mengembangkan senyum.“Madam Mary!” pekik Alex. Anak lelaki itu segera berlari mendekat dan memeluk tamu yang ternyata adalah Madam Mary dan Jason.Aldric berdiri menyalami tamu-tamunya. Sementara Sandra masih terduduk dengan satu tangan menutup mulutnya. Dengan pandangan haru, wanita itu menatap Madam Mary, mantan pelayan setia Aldric yang juga selalu menjaganya dan Alex di masa sulit mereka.“Nyonya Sandra,” sapa Madam Mary seraya mengulurkan tangannya.Sandra menatap tangan tersebut, ia berdiri lalu memeluk wanita setengah baya di depannya. Bahagia sekali mendapat kunjungan dari orang yang menyayangi mereka. Jason, suami Madam Mary sekaligus mantan pelayan setia Helen dan Alonso pun salling berjabatan dengan penuh haru.“Ayo, silahkan duduk,” ajak Aldric.“Maaf, Tuan. Kenalkan, ini putra kami, Daniel.” Madam Mary menggiring putranya
Sandra berhasil menembus komunitas pendidikan di Inggris. Namanya diperhitungkan dan selalu dibawa-bawa saat ada perbincangan mengenai sistem pendidikan internasional. Bahkan, seringkali Sandra menjadi pembicara ataupun moderator pada seminar bergengsi di negara-negara Eropa. Karir Aldric pun semakin meningkat. Ia tidak perlu lagi mengontrol perusahaannya. Uang-uang yang ia investasikan kini sudah bekerja untuk dirinya dengan menghasilkan pundi-pundi kekayaan yang sangat besar. Sore ini, keadaan mansion kembali ramai. Keluarga Javier dan keluarga Osborn serta sahabat-sahabat Aldric dan Sandra berkumpul untuk merayakan kesuksesan Sandra. Malam ini, wanita cantik itu akan menerima penghargaan dari sebuah media pendidikan sebagai salah satu wanita yang cukup berpengaruh di Inggris. “Cantik sekali,” puji Aldric menatap penampilan istrinya. “Terima kasih, sayang. Kamu juga tampan sekali.” Sandra balas memuji suaminya yang telah menggunakan stelan jas mewah yang elegan senada dengan gaun
“Sandra Ainary Javier.”Tepuk tangan dan siulan tinggi rendah mengiringi Sandra yang disebut sebagai pemenang The Best Liaison Officer. Dengan percaya diri, ia berjalan ke atas panggung. Untung saja malam ini, ia memakai gaun malam cantik rancangan Jenny Packham yang ia beli dengan harga diskon saat ia berlibur ke London. Gaun itu menambah pesona kecantikan Sandra menguar seisi ruangan.Sandra adalah mahasiswi Universitas Merlion, Singapore tingkat akhir. Ia menerima pekerjaan sebagai liaison officer atau penghubung tamu pada konferensi bisnis internasional selama 5 hari di Bali. Malam ini adalah acara pesta penutupan yang diadakan panitia untuk para liaison officer yang telah selesai bertugas.“Terima kasih,” balas Sandra sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.Usai memberikan beberapa kalimat sambutan, ia pun turun dari panggung. Sandra mendapat banyak ucapan selamat. Beberapa mengulurkan tangan kosong untuk ia jabat, beberapa memberinya segelas cairan merah. Terbawa suasana yang mem
“Kamu benar-benar tidak mengenaliku?”Sandra sedikit tersihir pada rupa Aldric dan suaranya yang begitu dingin. Setelahnya, buru-buru wanita yang masih dalam pengaruh alkohol itu menjawab dengan tergagap, “Ti-tidak. Tapi tak apa.”Sesaat kemudian, Sandra mengedarkan pandangannya dengan mata yang disipitkan. “Teman sekamarku mana sih? Kok belum pulang?” celoteh Sandra.Di hadapannya, Aldric meninggikan sebelah alisnya dengan tangan saling bersilang di dada.“Aku mau tidur. Kamu temani aku, ya. Aku takut tidur sendiri,” pinta Sandra kemudian mencoba berdiri. Sayang, upayanya gagal. Ia kembali oleng dan mendarat di pelukan lelaki berotot itu yang langsung mengangkat tubuhnya. Lengan wanita itu kini melingkari leher Aldric dengan kepala bersandar di dadanya dengan nyaman.“Ah, maafkan aku,” ujar Sandra tak enak hati. Setelahnya, Sandra menghirup napas panjang, dan begitu tertarik dengan harum tubuh Aldric yang begitu menggodanya, “Hmmm … kamu wangi banget sih.”Wanita itu bahkan menempelk
“Lalu bagaimana, Tuan?”Aldric memiliki prosedur pengamanan pada dirinya sendiri. Ia tidak ingin terjebak pada hubungan satu malam. Oleh sebab itu, asistennya selalu melakukan sesuatu yang mereka sebut sebagai operasi pembersihan.“Seperti biasa?” tanya Marvin memastikan.“Iya. Lakukan seperti biasa.” Aldric menjawab sambil memakai pakaiannya di depan Marvin.“Baik. Saya siapkan sebentar.” Marvin kemudian keluar dari kamar Aldric.Kini Aldric sudah berpakaian lengkap. Kemeja biru muda yang menonjolkan otot lengan, dada dan perutnya bersanding dengan celana panjang navy. Ia memunguti pakaian Sandra yang tercecer dan mengumpulkannya di sisi ranjang.Nama perancang terkenal di negaranya, Jenny Packham tersemat pada bagian dalam gaun. “Hmm … wanita dengan selera busana yang bagus, dan mahal,” ucap Aldric pelan.Usai menaruh dress tersebut di atas ranjang, ia kembali naik ke ranjang dan berbaring miring di samping Sandra. Napasnya sedikit tertahan saat melihat banyak bercak darah di seprei
Tiba saatnya para liaison officer berbaris dan mengucapkan salam perpisahan kepada pengusaha-pengusaha dunia yang akan kembali ke negara masing-masing. Dengan ekor matanya, Sandra melihat Aldric menuju pintu keluar dengan kedua tangan di dalam saku celana. “Goodbye, Mr Aldric Osborn. Safe flight,” ucap Sandra menundukkan kepalanya tanpa berani menatap Aldric. Sandra menahan sakit hati tak kala Aldric hanya melewatinya tanpa membalas salam perpisahan. Wajahnya lurus ke depan dan pengusaha muda nan tampan itu segera masuk ke mobil tanpa menoleh sedikitpun. Sirine motor-motor pengawal yang mengiringi mobil mewah berwarna hitam mengkilat berbendera Inggris itu bukan hanya meninggalkan halaman lobi hotel, melainkan juga meninggalkan kepingan hati yang terluka. *** Empat tahun kemudian. “Ada apa denganmu? Apa sejak tadi kamu tidak mendengarkanku berbicara?” seru Aldric kepada Marvin. Aldric menatap tajam asistennya. Selain sukses sebagai pengusaha, sekarang ia sedang merambah dunia pol
“Sandra?”Wanita yang dipanggil Aldric menoleh. Wajah cantiknya seketika memucat. Namun begitu, ia terlihat berusaha menguasai dirinya karena sedang bersama Alex.Untuk sesaat mereka hanya saling menatap dengan pandangan tak percaya. Aldric meneliti wanita di depannya yang semakin anggun dengan penampilan yang sangat berbeda. Sementara Sandra dengan spontan merapatkan tubuh Alex kepada tubuhnya.Aldric memaksa Sandra untuk berbicara. Dengan langkah berat, Ibu dari Alex itu mengikuti kemauan lelaki yang telah menyakiti hatinya bertahun-tahun yang lalu. Mereka pergi ke restoran dan meminta ruang tersendiri.“Tuan Muda Alex, ada ruang baca kecil di pojok restoran. Kita ke sana, yuk,” tawar Marvin.“Aku bukan Tuan Muda kamu,” balas Alex dengan ketus.“Alex sayang, bicara yang sopan!” Sandra mengingatkan putranya dengan suara lembut.Anak lelaki itu spontan menundukkan kepala kepada Sandra. “Maaf, Mom.”Melihat perilaku Alex kepada Sandra, Aldric terkesima. Putranya terlihat santun pada sa
Pesawat Gulfstream jet mengudara meninggalkan Jerman. Aldric memandang ke luar jendela. Kenangannya di Bali ternyata bukan hanya tentang bisnis. Pantas saja dulu saat ia meninggalkan Bali, ia seperti merasa meninggalkan sesuatu yang berharga.Marvin yang duduk persis di depan Aldric, melirik bosnya. Pengusaha terkenal di beberapa negara itu sedang mengusap-usap bibir dengan ibu jarinya. Matanya memandang Jerman yang semakin menjauh. Asisten setia itu tidak berani menerka ke mana pikiran bosnya saat ini.“Aku ingin ada yang menjaga Sandra dan Alex di Jerman, Marv,” ucap Aldric pelan namun jelas terdengar oleh Marvin.“Baik, Tuan. Akan saya siapkan pengawal untuk mereka.”“Jangan sampai Sandra curiga. Minta para pengawal itu menyamar.”“Siap, Tuan.”Sekembalinya Aldric dari Jerman, ia tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Hati dan pikirannya terus menerus dibayangi Sandra dan Alex. Berkali-kali ia melihat foto maupun video kebersamaannya di Jerman yang diam-diam diabadikan sang asisten.A