Restoran yang Aldric pilih adalah restoran mewah dengan fasilitas pengamanan yang cukup baik. Manager restoran sendiri bahkan yang menyambut lelaki tampan itu dan memberikan ruang VIP. Satu pengawal duduk tak jauh dari meja Tuannya. Sementara pengawal lain berjaga di dekat pintu masuk restoran.“Kapan Alex lahir?” tanya Aldric memulai kembali perbincangan mereka yang tertunda.Sandra menyebutkan tanggal yang membuat dahi Aldric berkerut. Otaknya langsung berhitung. Pria itu lalu menyimpulkan Alex lahir lebih cepat dari perkiraannya.“Alex lahir prematur?”Sandra mengangguk pelan. “Alex lahir satu bulan lebih cepat dari perkiraan dokter.”“Apa masalahnya?”“Saat itu aku sedang sibuk di kampus. Aku masih menjadi asisten dosen. Sering naik turun tangga. Saat sedang bertugas, air ketubanku pecah. Hari itu juga aku langsung dioperasi.”“Ya Tuhan,” gumam Aldric.Setelah itu, meluncurlah cerita wanita cantik di depan Aldric tentang hari di saat Alex lahir. Keluarga mengira putri bungsu merek
“Lalu, mengapa kamu belum menikah?”Sandra menatap Aldric. Laki-laki bermata hijau itu menatapnya datar. Ia segera menundukkan pandangan.“Aku masih ingin fokus mengurus Alex.”Mendengar jawaban Sandra, Aldric semakin merasa bersalah. Selama ini ia sama sekali tidak berkontribusi apapun pada perkembangan putranya. Tetapi itu semua bukan salahnya 'kan? Ia sama sekali tidak tau sebelumnya bahwa ia dan Sandra memiliki seorang putra.Aldric mengantar Sandra di depan pintu apartemennya. Mereka berpisah dengan saling menundukkan kepala. Tanpa menoleh lagi, Aldric segera berjalan cepat menjauhi gedung yang ditinggali Ibu dari putranya.***Sementara itu, Luke dan Alex telah berada di Inggris. Mereka menyewa salah satu apartemen dekat dengan apartemen Leah, sahabat Sandra yang bekerja di London. Saat ini mereka berjanji temu di sebuah mall terdekat.“Auntie Leah,” seru Alex bersemangat.“Alex,” balas Leah yang segera mengangkat tubuh Alex dan mendekapnya erat. “Duh, kamu tambah berat. Auntie
"Dukungan untukmu terus bertambah, Aldric." Daddy Alonso berkata kepada putranya dengan bangga.Pujian juga terlontar dari sahabat-sahabat Alonso yang mendukung pencalonan Aldric sebagai gubernur. Tentu saja mereka akan mendapat banyak keuntungan jika calon mereka berhasil. Selain lebih terkenal, pengusaha-pengusaha senior itu akan semakin mudah mendapatkan proyek-proyek besar.Marvin memperhatikan interaksi Tuannya dengan Ayah serta sahabat-sahabatnya yang juga merupakan rekan bisnis. Sejak Alonso pensiun tujuh tahun yang lalu, lelaki itu langsung menyerahkan tampuk pimpinan perusahaan keluarga Osborn kepada putra satu-satunya. Namun begitu, beliau masih berperan penting dalam semua perusahaan terutama pada keuangan dan aset keluarga.Asisten pribadi Aldric beranjak ke pojok ruangan saat merasakan getaran dari ponselnya di saku celana. Ia meraih ponsel dan menatap layarnya. Panggilan telepon dari nomer tak dikenal."Hello?" Marvin menjawab telepon dengan nada resmi."Tuan Aldric?"De
“Namaku Alexe Ravano Javier, bukan Alex sayang.”Aldric mengembuskan napas panjang mendengar sambutan dingin sang putra. Seumur hidup, ia tidak pernah sekalipun harus berupaya membuat orang menyukai dirinya. Tetapi kali ini, ia ternyata harus membuat dirinya diperhatikan oleh seorang anak kecil.Tanpa membalas perkataan putranya, Aldric memperhatikan gerakan Alex yang sedang berusaha menyatukan kepingan puzzle yang dipegangnya. “Boleh aku ikut bermain?” tanyanya.Anak lelaki tampan itu mengangguk. Ia meletakkan kepingan puzzlenya dan tersenyum melihat kepingan itu masuk pada tempat yang tepat. Kemudian, ia mengambil satu kepingan lain lagi.“Semalam kamu bilang mau bertemu denganku. Ada apa?” Aldric berusaha berbicara dengan nada akrab.Sekilas, Alex memandang ke depan, menatap sepasang mata hijau yang sama seperti matanya. “Aku ingin Anda menjauhi Mommyku.”“Kenapa begitu?” Dengan suara tertahan Aldric menjawab.“Setelah bertemu dengan Anda, Mommy sering menangis,” balas Alex.Setela
“Bagaimana pertemuannya dengan Tuan Muda Alex, Tuan?” tanya Marvin pada bosnya saat mereka telah di dalam mobil.“Gagal total,” keluh Aldric.“Gagal bagaimana maksud Anda?”Aldric mendengus kasar sebelum menjawab. “Ibu dan anak sama-sama keras kepala. Mereka meminta aku menjauh dari kehidupan mereka.”“Alex mengatakan begitu?” Marvin menggeleng takjub. “Putra Anda memang benar-benar jenius, Tuan. Aku perhatikan ia bisa memetakan masalah yang ada di depannya.”“Bagaimana pendapatmu, Marv? Aku ingin bisa ikut merawat Alex. Menyayangi putraku itu, bahkan tadi aku sangat ingin memeluk dan menciumnya.”Asisten pribadi Aldric seolah ikut merasakan kesedihan Tuannya. Ia melihat sendiri bagaimana pengusaha yang tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil tersebut tiba-tiba sangat antusias setelah mengetahui ia memiliki seorang putra. Walaupun anak tersebut lahir dari sebuah kesalahan.“Jika Ibu dan anaknya sulit Tuan dekati, mungkin kita bisa mencoba mendekati orang yang juga berpengaruh dala
Luke dan Deniz memasuki gedung pertemuan pers. Luke mendapat kabar bahwa tim sukses Aldric akan mengumumkan perencanaan program calon gubernur Inggris. Mereka bergabung dengan para pemburu berita lainnya.Gedung pertemuan itu cukup luas dengan interior mewah. Kursi-kursi berwana putih dengan ornamen emas mendominasi bagian dalam gedung. Pada bagian depan, terdapat panggung rendah dengan meja panjang dan beberapa kursi mewah.“Alex memang benar-benar mirip dengannya ya,” ucap Deniz sambil mengendikkan dagunya pada foto banner Aldric yang terpampang di depan mereka.“Aku pun baru menyadarinya saat Alex mengatakan si keparat ini mendatanginya di sekolah.”“Dan aku sangat kagum pada sikap Alex dalam menyikapi kehadiran orang yang mirip dengannya itu.”“Betul. Aku sampai tidak bisa berkata-kata mendengar anak kecil yang jenius itu bercerita.”Luke dan Deniz berbincang-bincang pelan. Para wartawan lain pun melakukan hal yang sama. Mereka tampak telah terbiasa menunggu berita tanpa kejelasan
Marvin segera mendorong Deniz hingga tubuh lelaki tinggi itu tersentak ke belakang. Namun dengan cepat, Deniz meraih lengan Marvin dan kembali menahannya. Terjadi saling dorong antara Deniz dan Marvin.“Aku akan menyuruh pengawal yang membuntuti Nyonya Sandra untuk menangkap Nyonya jika kalian terus menyiksa Tuan Aldric,” ancam Marvin dengan kesal. Ia mengangkat ponselnya dan mengaktifkan speaker.“Tuan?” suara di seberang sana menyahut.“Di mana Nyonya Sandra?”Satu pesan masuk ke ponsel Marvin. Ia menekan tombol membuka dan memperlihatkan tangkapan layarnya. Video live Sandra yang sedang mengajar di kelas terpampang jelas di sana.“Bangsat! Kau juga membuntuti adikku?” Deniz segera memelintir lengan Marvin yang sejak tadi ia pegang, namun asisten pribadi Aldric tersebut ternyata lebih kuat. Sekali hentak, ia dapat melepaskan lengannya.“Cukup! Kami tau, kalian mau berbicara dengan Tuan Aldric hingga menyamar menjadi wartawan. Kalau caranya kalian berbicara seperti ini, aku akan mema
Aldric kemudian menoleh pada asisten di sampingnya dan memberikan kode untuk memperkenalkan diri.“Saya, Marvin. Asisten pribadi Tuan Aldric,” ucap Marvin dengan nada yang masih terdengar kesal.Deniz menghela napas panjang sebelum membalas. Saya, Deniz. Anak sulung Keluarga Javier.”“Saya, Luke. Kakak Sandra dan … Daddynya Alex,” ejek Luke.Aldric tersenyum setengah bibir mendengar salam perkenalan dari Luke. Di antara kedua kakak Sandra, jelas Luke lah yang paling emosi. Di samping itu, Luke juga lah yang paling dekat dengan Sandra dan Alex.Bel di pintu ruang kerja pribadi Aldric berbunyi. Marvin menuju pintu dan membukanya. Seorang wanita cantik dengan rambut pirang dan pakaian resmi yang ketat masuk membawa baki. Ia tersenyum sebelum meletakkan cangkir-cangkir berisi teh hangat di meja.Setelah wanita tersebut keluar, Aldric mempersilahkan Luke dan Deniz minum terlebih dahulu. Aldric mengambil cangkirnya dan dengan gerakan tertata mengesap tehnya tanpa suara. Kedua kakak kandung