Home / Romansa / CINTA yang TERSAKITI / BAB 4 LAMARAN DADAKAN

Share

BAB 4 LAMARAN DADAKAN

Author: Sigma Rain
last update Last Updated: 2024-06-18 19:04:25

Raffael terdiam, ia sama sekali melupakan tentang orang tua Natasya. Dan pertanyaan dari Ayahnya membuat ia tertegun. “Saya belum memikirkannya.”

Ayah Raffael menarik napas mendengar jawaban dari putranya itu. “Kau harus memberitahukannya, mereka berhak untuk mengetahui hal itu.”

Setelah mengatakan hal itu Ayah Raffael keluar dari ruang kerja putranya. Ia membiarkan Raffael merenungkan apa yang dikatakan olehnya tadi.

Begitu pintu sudah di tutup dan Raffael kembali sendiri di ruangannya. Ia duduk dengan punggung bersandar pada sandaran kursi, sambil memejamkan mata.

Niatnya untuk makan siang sudah terlupakan, karena perutnya tidak lagi merasa lapar, setelah kunjungan dari Ayahnya.

Dirinya tidak mungkin mengatakan rencana pernikahannya, melalui telepon kepada orang tua Natasya, tetapi ia juga tidak tega mengatakan hal itu kepada orang tua Natasya.

‘Biarkan mereka mengetahuinya, melalui orang lain dan membenci diriku, karena saya tidak dapat melakukannya langsung,’ gumam Raffael.

Raffael kembali membuka mata ia menuang anggur ke dalam gelas. Ia tidak peduli, kalau dirinya akan menjadi mabuk. Ia hanya ingin melupakan tentang rencana pernikahannya dan permasalahan yang ditimbulkan.

Beberapa menit berselang Raffael sudah tidak sadarkan diri, karena mabuknya. Ia terbangun saat mendengar suara ponselnya yang berdering nyaring. Tangan Raffael meraba-raba di atas meja untuk meraih ponselnya.

‘Ha-lo’ ucap Raffael dengan suara yang tidak jelas, melalui sambungan telepon.

‘Raffael! Apakah kamu sedang mabuk?’ Tanya suara di ujung telepon dengan nada suara marah.

Raffael terkejut mendengarnya, karena ia menempelkan telepon tersebut di telinganya. Secara refleks ia melempar ponselnya dan ia sendiri menjatuhkan kepalanya kembali di atas meja.

Kali ini ia membiarkan saja teleponnya berbunyi. Ia kembali tidur dengan nyenyak, karena pengaruh dari beberapa gelas anggur yang tadi diminumnya.

Pintu ruang kerja Raffael di buka dengan kasar, sementara sang pemilik ruangan sama sekali tidak terbangun dari tidurnya.

Ibu dan Ayah Raffael berjalan masuk ke ruangan kerja itu dan keduanya menggelengkan kepala, ketika mencium aroma alkohol yang begitu tajam.

“Bangun, Raffael!” perintah Ibunya dengan suara keras.

Raffael hanya menggumam tidak jelas, dengan mata yang masih terpejam.

Ayah Raffael berjalan menuju kamar yang ada di dalam ruang kerja itu. Beberapa saat, kemudian ia keluar kembali dengan membawa air di dalam sebuah wadah. Dengan tenang Ayah Raffael menyiramkan air yang dibawanya ke kepala Raffael.

Raffael langsung membuka matanya, sambil berseru marah, dengan suara yang tidak jelas, “Siapa yang sudah menyiram saya?”

“Betapa dewasanya kau ini, Raffael! Menghadapi masalah denagn mabuk,” sindir Ayah Raffael.

Raffael memegang kepalanya yang berdenyut sakit. Ia merasa pusing dan ditambah dengan suara yang nyaring membuat kepalanya semakin sakit saja.

“Mengapa kalian datang ke sini? Saya hanya ingin tidur sebentar saja.” Raffael berjalan menuju wastafel untuk mencuci wajah dan membasahi kepalanya dengan air.

Ia kembali ke meja kerjanya dan sekarang ia dapat melihat dengan jelas kedua orang tuanya. Sekarang ia merasa berada dalam persidangan saja. Di mana kedua orang tuanya melihat ke arahnya dengan tatapan tajam.

“Kamu benar-benar mengecewakan kami. Mabuk di kantor, bagaimana jika pegawaimu mengetahui, kalau bos mereka mabuk pada saat jam kerja?” ucap Ayah Raffael.

Raffael mengambil botol air mineral yang ada di atas meja, lalu meminum isinya sampai tersisa separuh. “Mereka hanya akan berbicara di belakang punggungku, tetapi mereka tidak akan berani untuk melakukan hal yang sama atau akan saya pecat.”

Ibu Raffael menarik napas, ia berjalan mendekati Raffael. Ditepuknya dengan pelan pundak putranya itu. “Kami tidak bermaksud untuk menghakimi, sebagai orang tua kami hanya ingin kamu berhenti minum untuk melupakan masalah. Masalah tidak akan hilang, dengan minuman. Bukankah, karena mabuk kamu mendapatkan masalah?”

Raffael menggerut, karena Ibunya mengingatkan awal dari masalah yang menimpanya. Dengan nada suara dingin Raffael berkata, “Ibu tidak perlu mengingatkan hal itu. Sekarang katakan saja kepada saya mengapa kalian datang ke sini?”

Ayah Raffael sudah hendak membentak putranya itu, tetapi dengan cepat Ibu Raffael memberikan isyarat kepada suaminya untuk tenang.

“Kami datang ke sini untuk memberitahukan kepadamu, kalau kita akan berangkat sekarang juga ke rumah calon istrimu.” Ibu Raffael berjalan menuju sofa di mana suaminya duduk.

Sontak saja Raffael menjadi terkejut mendengarnya. Seingatnya tadi  Ayahnya mengatakan, kalau mereka pada malam hari akan datang ke rumah Marsya.

“Mengapa dipercepat waktunya?” Tanya Raffael.

“Karena kami khawatir kamu akan menghilang,” sahut Ayah Raffael cepat.

Raffael memutar bola matanya, ia tidak mengira, kalau Ayahnya akan berpikir dirinya melakukan hal yang serendah itu.

Mereka semua, kemudian keluar dari ruang kerja Raffael. Dengan Raffael mendapatkan perintah dari Ayahnya untuk ikut pulang ke rumah, bukan ke apartemennya.

Dengan tidak santai Raffael berjalan di belakang kedua orang tuanya. Kedua tangan ia masukkan ke saku celana. Ia hanya menggumam saja, ketika diajak bicara oleh Ibunya.

Sesampainya di parkiran Raffael masuk mobil Ayahnya, karena ia masih dalam pengaruh alkohol tidak baik baginya untuk mengemudi. Duduk di jok penumpang Raffael memejamkan mata untuk menghindari berbicara dengan kedua orang tuanya.

“Bangun, Raffa! Kita sudah sampai.” Ibu Raffael menggoyang pundak putranya itu, agar ia bangun.

Raffael membuka matanya yang terlihat merah. Ia menegakkan badan, lalu berjalan keluar dari mobil memasuki rumah kedua orang tuanya.

“Jangan tidur lagi, Raff!” Kamu harus segera bersiap untuk pergi ke rumah orang tua Marsya,” tegur Ibunya.

Raffael bangun dari berbaringnya di atas sofa. Ia berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar ia langsung masuk kamar mandi. Di bawah guyuran air pancuran pada suhu dingin. Selesai mandi Raffael keluar kamar mandi, kemudian berganti pakaian bersih.

Ia menuju ruang keluarga di mana kedua orang tuanya sudah menunggu. Ia duduk di sofa, kemudian diambilnya gelas berisi kopi hitam, yang terletak di atas meja. Diminumnya kopi hitam tersebut, sampai isinya habis.

“Memalukan! Seorang CEO mabuk di tempat kerja. Ingat, Raff! Kamu akan menjadi seorang suami dan ayah. Cukup hari ini untuk terakhir kalinya kamu mabuk!” peringat ayah Raffael.

Raffael hanya diam saja. ia justru mengambil kue yang ada di atas meja dan memakannya. Ia memang tadi melewatkan makan siangnya. Dan sekarang sudah sore.

“Jadi, kapan kita berangkat? Bukankah, kalian mengatakan kita harus segera ke rumah Marsya lantas kenapa kita hanya duduk-duduk saja di sini?” Tanya Raffael.

“Kita berangkat sekarang dan jangan permalukan dirimu sendiri, dengan tertidur di acara lamaran,” tegur Ayah Raffael.

Ketiganya keluar dari rumah masuk mobil dan duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Raffael membuka ponselnya dan hal itu membuatnya sadar, kalau wallpaper yang ia pakai di ponselnya adalah foto dirinya dengan Natasya.

“Kamu harus bisa melupakan Natasya! Hargai perasaan Marsya, sebagai istrimu nanti. Natasya masa lalu yang harus kamu lupakan, Marsya masa depanmu untuk menciptakan kebahagiaan.” Ibu Raffael melirik ponsel yang ada di tangan Raffael.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA yang TERSAKITI   Pertemuan Kembali Natasya, Raffael dan Sandoro

    Sontak saja Ades menjadi kalap, ia meraih gelas yang ada di depannya kemudian ia lempar ke arah Raffael. Yang dengan cepat dapat menghindar. “Kamu brengsek! Mengapa kamu melakukan hal itu kepadaku? Apakah karena pengasuh itu? Dirimu berubah setelah melihat ia berada di rumah ini. Ada hubungan apa kalian sebenarnya?”Raffael diam ia menatap pecahan gelas yang berhamburan di lantai. Dirinya tidak menduga kalau Ades akan bersikap kalap seperti itu.“Sepertinya kamu tidak bisa dengan mudah menerima keputusan dariku. Natasya adalah mantan tunanganku dan aku masih mencintainya. Maaf, kalau kau merasa kupermainkan, tetapi aku tidak bisa membohongi diriku lagi dan sekarang aku akan berusaha mendapatkan maaf, serta cintanya lagi,” ungkap Raffael.Ades terduduk kembali di kursinya dengan kasar. Air mata jatuh semakin deras membasahi wajahnya. Hatinya hancur karena dianggap hanya sebagai wanita cadangan saja. Setelah pria itu bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, ia dicampakan bak barang yan

  • CINTA yang TERSAKITI   Putus

    Natasya hanya bisa pasrah saja, satu sisi dirinya ingin menolak apa yang dilakukan Raffael. Namun, bagian dirinya yang lain ingin merasakan sekali saja bercinta dengan pria yang masih ia cintai.“Tolong! Perlahan, aku masih perawan.” Bisik Natasya.Raffael terdiam, ia memandang tidak percaya Natasya. Disela tawanya ia berkata, “Kau bermaksud membodohiku! Kau pikir aku ini anak kecil yang akan percaya begitu saja.”Beberapa menit berselang Rafael menjadi terkejut tidak percaya. Karena apa yang dikatakan Natasya memang benar adanya. Diciumnya pelipis wanita itu dengan lembut. “Terima kasih, sudah menjadikan diriku yang pertama.”Digulingkannya badan berbaring di samping Natasya. Dengan satu tangan memeluk wanita itu. Seakan ia takut kalau Natasya akan pergi darinya.Natasya melirik Raffael yang sudah terlelap di sampingnya. Air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tahu sudah melakukan dosa dengan membiarkan Raffael menyentuhnya. Namun, ia tidak menyesali apa yang sudah terjadi.Diusapnya ai

  • CINTA yang TERSAKITI   Papi Natasya meninggal Dunia

    Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia membalikan badan. Dilayangkannya senyum tipis kepada Ades. “Yang kulakukan sama sekali bukanlah urusanmu! Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau tuduhkan.”Setelah mengatakan hal itu Sasha membalikan badan hendak berlalu pergi dari sana. Karena ia tidak mau berada lebih lama lagi di tempat yang sama dengan kekasih Raffael.Langkah Natasya terhenti ketika ia mendengar nada suara Ades yang terdengar mencemooh, “Tentu saja aku tidak akan mengatakan kepada Raffael kalau bertemu denganmu. Aku bahkan lebih suka kalau kau tidak menampakan dirimu di rumah itu lagi.”Wanita itu kemudian berlalu pergi dari hadapan Natasya. Membuat Natasya memandangi punggungnya dengan kesal.‘Mengapa wanita itu terus saja membuatku marah? Mereka berdua memang pasangan yang serasi,’ batin Natasya.Ia masuk mobil lalu duduk di balik kemudi. Dikemudikannya mobil menuju rumah sakit. Sesampainya di sana ia langsung membereskan administrasi untuk operasi papinya.Keesokan h

  • CINTA yang TERSAKITI   Hari yang Berat Bagi Natasya

    Tidak mau terjadi keributan Natasya bangkit dari duduknya. “Maaf, saya akan makan di dapur.”Dengan anggukan kepala ia berjalan keluar dari ruang makan. Saat melewatii Raffael dan kekasihnya, ia mengangkat kepala. Menatap pasangan itu dengan raut datar. “Akhirnya kau sadar diri juga! Semoga kau tidak berpura-pura amnesia dan kembali makan di ruangan ini,” sindir Ades.Natasya menghentikan langkah, ia menatap wanita itu dengan tajam. “Saya memang pengasuh di rumah ini. Sementara Anda adalah kekasih pemilik rumah ini. Akan tetapi, apakah kau yakin Raffael akan menikahimu? Karena kudengar ia pernah bertunangan lama, tetapi ia justru menikahi sahabat tunangannya.”Raffael menggeram marah. ia memberikan pelototan pada Natasya. Dicekalnya lengan wanita itu setengah menyeret ia membawa wanita itu keluar. Didorongnya dengan kasar, hingga punggung Natasya menempel pada dinding.Tangan Raffael berpindah memegang dagu Natasya dengan kasar. Sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk daging, tetapi

  • CINTA yang TERSAKITI   Dilema Raffael dan Natasya

    “Kau pengecut! Selalu memilih untuk pergi.” Raffael menatap tajam punggung Natasya.Langkah Natasya terhenti, tetapi ia tidak membalikkan badan untuk melihat Raffael. “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Tuan! Anda sudah mengatakannya dengan begitu jelas.”Dilanjutkannya kembali berjalan memasuki rumah. Sesampai di depan pintu kamar Tiara, ia membukanya pelan. Diliatnya kalau gadis cilik itu tidur dengan nyenyaknya.‘Akh, sebaiknya aku pergi keluar saja untuk mencari makan,’ batin Natasya.Ditutupnya kembali pintu kamar Tiara dan berjalan memasuki kamarnya sendiri. Diambilnya tas tangan berisikan dompet, serta ponsel. Setelahnya, ia keluar kamar menuruni tangga. Di bawah anak tangga ia berpapasan dengan Raffael yang akan naik. Sambil menundukkan kepala ia berjalan melewati pria itu.Tiba-tiba saja lengannya ditarik dengan kasar, hingga ia membentur dada Raffael. Suara kesiap karena terkejut lolos dari bibirnya.“Mau pergi kemana kau?” desis Raffael dengan suara tertahan.“Maaf, Tu

  • CINTA yang TERSAKITI   Kebencian yang Mendalam

    Nadi Natasya berdenyut cepat, ia menundukkan kepala tidak sanggup menatap mata Raffael. Agar pria itu tidak melihat kalau kata-katanya kembali melukai Natasya. “Terima kasih, untuk kesekian kali diingatkan. Maaf, saya yang sudah besar kepala.”Natasya berenang mengabaikan Raffael, ia berenang menuju Tiara yang berada dalam pelampungnya. “Apakah kamu mau turun dari tempatmu itu bermain air dengan Nanny?”Senyum cerah terbit di wajah Tiara, ia tidak mengetahui kalau nannynya sedang sedih. Gadis cilik itu merentangkan kedua tangan meminta diangkat dari pelampungnya.Dengan sigap Natasya melakukannya. Ia sengaja membawa Tiara berenang ke bagian yang terjauh dari Raffael. Suara tawa senang gadis cilik itu mampu menghibur Natasya membuatnya melupakan sejenak kata-kata kasar dari majikannya.“Apakah kau sudah lelah berenang? Kita naik ke atas ya karena hari sudah mulai gelap.” Ajak Natasya kepada Tiara.Anggukkan kepala Tiara berikan kepada Natasya. Selain sudah lelah, ia juga merasa mengant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status