terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Siang ini, Shenna sudah menyelesaikan pekerjaannya lebih awal. Semua yang Arga minta sudah ia selesaikan, sekarang Shenna bisa menyenderkan punggungnya pada kursi kerja dengan lega. Berbeda dengan pria berkemeja hitam yang sedang pusing mengurus berkas-berkas yang harus ia tanda tangani. "Ada yang bisa saya bantu pak?" ujar Shenna setelah menghabiskan lima menitnya untuk bersantai sebentar. "Saya haus" ujar Arga singkat. Shenna yang mengerti maksud ucapan pria itu mengangguk pelan, "Bapak mau saya ambilin minuman apa?" tanya Shenna berbeda dari hari biasanya. Mood Shenna sedang bagus hari ini, ia harap bisa berbagi virus bahagia juga pada pria yang sedang menekuk wajahnya karena pusing. "Apa aja, yang dingin" balasnya tidak menyebutkan secara spesifik. Shenna kembali menganggukkan kepalanya, lalu melangkah keluar sesuai dengan perintah Arga untuk mengambilkan minuman dingin. "Shenna" panggilan dari Rena membuat perempuan itu menyunggingkan senyuman. "Kak Rena" balas S
Saat ini Tiara dan Kevin hanya bisa memasang telinga dengan semua ocehan yang keluar dari mulut Shenna. Sejak kedatangan perempuan itu ke kedai Senjani, Shenna tidak henti-hentinya merutuki Arga. Bahkan hingga pukul setengah tujuh malam, pria itu tidak juga menghubungi Shenna. Perempuan itu menunggu dengan perasaannya yang sangat kesal. "Ini orang gimana sih, udah mau jam tujuh dan gua ga di kasih kabar apapun. Sialan!" gerutu Shenna. Sungguh perempuan itu sudah kehilangan kesabarannya, Arga selalu berhasil mempermainkannya. "Kayaknya emang gua harusnya lembur aja, daripada nunggu kayak orang goblok dan ga ada kepastian apa-apa" tambahnya lagi. "Sabar Shen, sabar" sahut Tiara meskipun dalam hati ikut kesal dengan tingkah bos Shenna yang seenaknya. "Harusnya gua bisa tiduran nyenyak di apart, bisa nyantai, bisa nonton" ujar Shenna kali ini terlihat sangat sedih. "Kenapa ga kamu aja yang hubungin bos kamu duluan, minta kepastian gimana hari ini" ujar Kevin pelan. Shenna men
Sampai di apartemen, Shenna langsung membersihkan dirinya yang sudah bau keringat itu. Setelah mandi Shenna yang tadinya hendak langsung naik ke kasur menghentikan langkahnya saat suara perutnya yang berbunyi. Shenna lupa bahwa dia tidak sempat makan siang, bahkan saat di kedai milik Kevin pun ia hanya meminum segelas ice taro dan cemilan saja. Tidak ada asupan karbohidrat yang masuk ke dalam tubuhnya, perempuan itu lalu memilih untuk masak mie tengah malam. Panggilan video call dari Kevin membuat perempuan itu tambah senang karena merasa ditemani dari jauh oleh sang kekasih. "Hai Shen" panggil Kevin saat melihat sekilas wajah kekasihnya. "Aku mau masak mie, temenin ya" ujar Shenna lalu meletakkan ponselnya di meja. Ia mengarahkan kamera agar menyorot ke arahnya, menampilkan wajahnya yang sudah segar karena habis mandi. "Gimana tadi?" tanya Kevin yang ingin mendengar cerita pacarnya itu. "Tunggu dulu, ceritanya nanti sambil makan" ujar Shenna yang sedang membuka bungkus
Shenna kembali duduk di kursi kerjanya setelah selesai menikmati sarapan paginya di kantin perusahaan. Perempuan itu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, sedangkan Arga tengah keluar entah ke mana. Namun pria itu dengan sengaja memberikan banyak pekerjaan yang menumpuk untuk perempuan itu. Rasanya Shenna ingin membanting tumpkan kertas ini karena sudah mempersulit hidupnya. Namun perempuan itu adalah Shenna, ia tetap mengerjakan pekerjaan itu meskipun mulutnya tidak berhenti mengoceh sambil merutuki sikap Arga yang seenak jidat memberikannya pekerjaan sebanyak ini. Saat ini tangan Shenna tidak berhenti mengecek satu per satu laporan bulanan perusahaan ini, fokusnya sama sekali tidak teralihkan pada apapun selain kertas-kertas itu. * Shenna baru menyelesaikan semua pekerjaannya pukul setengah lima sore, ia bahkan memilih untuk tidak makan siang meskipun rasanya sangat lapar. Arga benar-benar harus berterima kasih padanya karena merelakan banyak waktunya untuk mengerjakan semua
Belakangan ini, pekerjaan Shenna di kantor sangat menumpuk. Bahkan perempuan itu sangat jarang memegang ponselnya, ia tidak sempat memberi kabar pada sang kekasih selama beberapa hari ini. Karena lembur sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa hari, bahkan perempuan itu tidak bertukar pesan dengan sahabatnya juga. Besok sudah hari sabtu, hari di mana Shenna dan kekasihnya akan dinner bersama keluarga sang pacar. Rasanya sedikit membuat Shenna merasa gugup, terlebih ia sudah jarang bertemu dengan kedua orang tua kekasihnya. Setelah menyelesaikan laporan yang di tugaskan oleh Arga, perempuan itu mengambil ponselnya setelah mendapat notif chat dari seseorang. Shenna akhirnya memiliki waktu untuk mengecek ponselnya setelah menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sangat banyak ini. Kevin: “Sayang, besok kamu mau pakai baju apa? Biar bisa samaan” Shenna: “Kevin, huhuhu” Shenna: “Aku sibuk banget belakangan ini, ga sadar besok udah sabtu aja ☹” Kevin: “Hahaha, iya yaaa. Waktu emang c
Dalam perjalanan menuju ke kantor, Shenna memainkan jari-jari tangannya, berharap Arga melajukan mobilnya lebih kencang dari sekarang ini. “Kamu kenapa?” tanya Arga yang merasa aneh dengan sikap karyawannya sejak tadi. “Maaf pak, apa gabisa lebih cepet lagi nyetirnya?” tanya Shenna dengan sopan. Sebab jika Arga menyetir dengan santai seperti ini, maka Shenna benar-benar akan membuat keluarga Kevin menunggu lebih lama. “Loh, kenapa emangnya?” sahut Arga tanpa menoleh. “Saya ada janji malam ini pak, jadi saya harus cepet-cepet pulang” balas Shenna jujur. “Bukannya saya gamau, tapi saya gabisa. Masalahnya saya bukan hanya akan mempertaruhkan nyawa kamu saja, tapi nyawa saja sendiri juga. Mendingan pelan-pelan tapi pasti sampai tempat tujuan dengan selamat” balas Arga sangat tidak mengerti kondisi yang terjadi. “Atau apa boleh saya turun di sini saja? saya mau naik taxi aja kalau gitu” ujar Shenna penuh harapan. Arga menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Kamu pergi sama saya, jadi
Seharian ini Shenna menghabiskan waktu liburnya dengan berkencan bersama kekasihnya. Mereka menghabiskan waktu berdua untuk melepas lelah setelah tidak bertemu selama seminggu lebih. Duduk di tepi danau sambil menikmati hembusan angin yang terus menusuk kulitnya, menghabiskan waktunya untuk menceritakan bagaimana hari-harinya. Sekarang dua manusia itu sedang duduk di atas sofa, Shenna menghabiskan cemilannya sambil meletakkan kepalanya di atas paha Kevin. Mereka menonton film kartun sejak pagi hingga sore hari, membiarkan ponselnya dalam keadaan mati karena tak mau mendapat gangguang dari orang lain. Hari ini akan menjadi hari mereka, hari yang hanya mereka habiskan untuk mereka saja. “Bosen ga?” tanya Shenna tiba-tiba, Kevin yang sedang memfokuskan pandangannya pada layar di depan lalu menoleh pada sang kekasih. “Engga kok, kenapa? Kamu bosen ya?” sahut Kevin sekaligus memberikan pertanyaan serupa. Shenna menggeleng cepat, bahkan jika hari-harinya hanya dihabiskan bersama Kevin,
Shenna terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, sentuhan Kevin yang lembut masih terasa hingga sekarang. Perempuan itu mengelus rambutnya tepat seperti apa yang Kevin lakukan kemarin malam. Shenna keluar dari kamarnya, mencari-cari di mana keberadaan kekasihnya yang ia suruh menginap semalam. “Vin…” panggilnya namun tidak mendapat sahutan. Shenna mencoba untuk mencari laki-laki itu di dapur, namun tidak ada siapa-siapa di sana. “Vin..” panggilnya lagi lebih keras dari sebelumnya. Namun usaha Shenna untuk mencari keberadaan kekasihnya sia-sia, ia merasa yakin bahwa laki-laki itu pasti sudah pulang ke rumahnya. Saat perempuan itu ingin mengambil minuman, Shenna menatap kotak yang ada di atas meja. Bukankah kemarin mereka sudah membersihkan meja makan? Karena penasaran, perempuan itu lalu mendekat. Ia menatap sepucuk kertas yang ada di atas kotak itu, “Apa nih?” ujarnya dalam hati. Shenna lalu mengambil kertas itu, membaca pesan di dalamnya lalu tersenyum lebar. Kevin selalu ber