Saat kita berniat untuk berubah menjadi lebih baik semata karena Allah, maka Allah akan mengantarkan kita pada orang-orang yang baik untuk kita. (Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Di sudut kota, di sebuah panti asuhan besar seorang gadis sedang menyapu dengan riang. Di sini dirinya mendapat ketenangan batin yang selama ini ia impikan. Kehidupan yang selama ini hanya ada di angannya. Namun, sekarang bisa ia rasakan.“Nak Fathiyah, nanti ikut ibu belanja ke pasar, ya. Yang tahu bahan-bahannya ‘kan cuma Nak Fathiyah,” ujar Bu Elok pemilik panti dengan lembut.“Iya, Bu,” jawabnya sambil tersenyum cantik.Ya, hari di mana Fathiyah keluar dari kampungnya. Gadis itu berjalan mencari angkot untuk mengantarkannya ke pasar berbelanja kebutuhannya membuat kue untuk memulai kehidupan baru dan usaha baru pula. Fathiyah memutuskan akan menjual kue lagi seperti waktu dirinya masih sekolah dulu. Setelah membeli bahan-bahan kue ia akan mencari kos-kosan yang akan menampungnya selama menenangkan ha
Tujuanku pergi menjauh adalah mencari ketenangan supaya bisa memaafkan kesalahanmu dan mrnghindari rasa sakit. Namun, kenapa hati ini tidak bisa memaafkanmu saat bertemu lagi denganmu. (Fathiyah - Cinta dan Harapan)***Satu minggu sudah Fathiyah bergabung di kelas tahfiz bersama beberapa anak panti. Setelah malam itu, malam di mana dirinya mengerjakan sholat hajat dan istikharah. Ia bermimpi bertemu kedua orang tuanya, mereka tersenyum lembut pada Fathiyah. Sudah menjadi keinginan sang ibu saat masih hidup, melihat Fathiyah menjadi qori' terkenal, karena gadis itu bersuara merdu saat mengaji, bahkan sang ibu berharap suatu saat Fathiyah bisa menghafalkan Alquran.Fathiyah yakin dengan keputusannya. Keputusan yang akan membuat kedua orang tuanya bangga. Fathiyah akan mempersembahkan semuanya pada mereka.Meskipun usianya paling tua di kelas tahfiz itu, tetapi tidak menyurutkan niatnya menjadi penghafal Alquran. Ia ingin sekali menghadiahkan mahkota di surga kelak pada kedua orang t
Penyesalan adalah suatu perbuatan untuk introspeksi diri di setiap berbuat kealpaan dan kekhilafan, tapi penyesalan tidak akan ada artinya bila tidak diiringi dengan perubahan.(Azril – Cinta dan Harapan)***Tiga bulan sudah Arza pulang ke rumah kedua orang tuanya, di pesantren. Meskipun ia harus berangkat pagi sekali. Namun, di sini hatinya sedikit tenang karena di sini dirinya banyak teman dan bisa berkumpul dengan kedua adiknya yang selalu ada saja tingkah kocaknya, sehingga bisa membuatnya terhibur.“Bang, kenalin aku sama Kak Luna dong,” ucap Azril yang saat ini berada di kamar sang abang.“Apaan sih, Dek. Enggak enak ngomongin Luna, nanti Bunda dan Abi dengar tau,” ucapnya berbisik dengan menatap tajam sang adik.“Terus kenapa kalau Bunda dan Abi tau? Abang ‘kan bisa langsung mengkhitbahnya? Secara Abang ‘kan sudah mengenalnya sejak lama. Jadi enggak usah pakai proses taaruf.” Azril semakin menggoda sang kakak.“Enggak semudah itu, Dek.” Arza tersenyum miris. pikirannya menera
Hidup akan terasa terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri tanpa bantuan Allah dan orang lain yang menyayangi dan selalu mendukung kita, karena hakikatnya seorang manusia itu saling membutuhkan satu sama yang lain.(Arza – Cinta dan Harapan)***Arza sedikit tenang setelah menceritakan masalahnya kepada sang adik, bahkan sang adik bersikap lebih dewasa daripada dirinya. Terkadang terbesit rasa malu dan canggung dengan sang adik, tetapi itulah yang membedakannya dengan adik laki-lakinya itu.Pukul tiga pagi Arza sudah bangun dan melaksanakan sholat malam. Suasana pesantren pun sudah sedikit ramai, para santri sudah ada yang bangun untuk melaksanakan sholat malam juga, sesuai peraturan yang diterapkan di pesantren tersebut.Entah, saat dirinya berdoa terlintas wajah Fathiyah di sana. Gadis itu menatapnya dengan berlinang air mata, tatapan terakhir yang ia lihat kala itu. Jantung Arza berdetak kencang. desiran aneh ia rasakan, meskipun berulang kali ia memungkiri sedang jatuh cinta.
Terkadang seseorang perlu menjauh untuk tahu arti dekat. Terkadang seseorang perlu tahu letihnya mengejar untuk memahami sebuah perjuangan. Dan aku akan berjuang untuk itu, meskipun aku harus kesulitan mendapatkanmu. (Arza – Cinta dan Harapan) ***Arza tidak fokus dengan tugasnya. Ia masih memikirkan Luna dan bayi yang ada di kandungannya. Sungguh Arza tidak pernah menyangka Luna melakukan hal itu. Ia selalu berusaha mengarahkan Luna ke jalan yang lebih baik. Namun, sepertinya wanita itu tidak mau diingatkan atau pun dinasihati. Hari 2abita itu seolah tertutup, mungkin saja karena belum diberikan hidayah oleh Sang Pencipta.“Hei, kenapa melamun? Aku lihat kamu sejak tadi melamun dan terlihat gelisah?” tanya Razdan dan Farhan. Keduanya mendekat untuk beristirahat menyusul Arza.“Apa kalian sudah dikasih Luna undangan?” tanyanya menunjukkan undangan dari Luna.“Iya, bahkan dia dengan gamblangnya menceritakan hal itu pada kami. Tentu saja dengan berbisik supaya yang lain tidak menden
Aku yakin pertemuanku dengannya tidak akan salah tempat juga tidak akan salah waktu, apalagi salah orang. Allah sudah mengatur semuanya. Aku bersyukur Allah mengabulkan doaku.(Arza – Cinta dan Harapan)***Pukul sebelas siang acara dihentikan untuk istirahat dan sholat zuhur berjamaah. Arni segera mendekat ke arah Bu Elok dengan diikuti santrinya yang berjalan di belakangnya. “Assalamualaikum, Bu Elok.” Dengan lembut Arni menyapa wanita kalem itu.“Wa’alaikumussalam, Masya Allah ... Bu Arni, apa kabar?” Mereka saling berangkulan melepas rindu.“Alhamdulillah sehat, Bu. Bu Elok sendiri?” tanya Arni lembut.“Alhamdulillah sehat.” Keduanya pun terlibat obrolan seputar panti.“Banyak juga ya santri dari pesantrennya Bu Arni yang mengikuti lomba. Pastinya mereka sudah terpilih yang berkualitas, setiap tahun santri dari pesantren Bu Arni selalu mendapatkan juara umum,” pujinya tulus.“Alhamdulillah, Bu. O iya, Bu. Boleh saya berkenalan dengan Nak Fathiyah?” Arni penasaran pada gadis ber
Lelahnya sebuah penantian akan terobati dengan indahnya sebuah pertemuan. Dan di saat itu tidak akan aku biarkan kamu menjauh, meskipun aku harus berjuang untuk mendapatkan maaf dan cintamu.(Arza – Cinta dan Harapan)“Assalamualaikum, saya Arza,” ucap Arza dengan menangkupkan tangannya di depan dada dengan sopamFathiyah mengepalkan tangannya di balik hijab segi empat syari yang ia pakai. Sungguh ia sangat membenci laki-laki yang ada di hadapannya. Hati dan perbuatannya tidak sinkron, padahal ia sangat ingin memaafkan kesalahan Arza padanya, tetapi melihat wajah laki-laki itu ia sangat membencinya. Ucapan Arza yang begitu meremehkannya dua tahun yang lalu masih terngiang jelas di telinganya. Hinaan dan cacian yang diucapkan Arza kala itu masih tersimpan jelas di ingatannya. Membuatnya muak dan jijik melihat senyum manis yang ditunjukkan laki-laki itu.Fathiyah berusaha menguasai dirinya untuk tidak marah pada laki-laki itu. Ia berusaha menormalkan degup jantungnya yang berderu. Ingin
Bila dirimu yakin memiliki kemampuan untuk melihat ada sebuah titik cahaya yang bersinar meskipun dalam kegelapan, maka kamu masih mempunyai harapan untuk bangkit memperjuangkan. Perjuangkan seseorang yang layak untuk kamu perjuangkan!(Arza – Cinta dan Harapan)“Jangan, Bun. Kita beri ruang untuk mereka berdua. Sebaiknya kita kembali ke kamar,” bisik Afnan pada sang istri. Pria paruh baya yang masih tampan di usianya yang sudah tidak muda itu merangkul bahu sang istri.Arni hampir saja mendekat. Wanita cantik berkacamata itu tidak tahan mendengar penuturan sang putra. Saat Afnan menceritakan masalah Arza padanya dulu, dirinya berusaha menahan agar tidak marah pada sang putra. Apalagi Arza sudah menyesal dan berniat meminta maaf. Arni dan Afnan memutuskan untuk kembali ke kamar mereka setelah mengetahui kebenaran itu. Afnan sedikit lega karena berhasil membujuk sang istri.“Bunda enggak menyangka, Bi. Ternyata Fathiyah adalah gadis yang sudah disakiti Arza. Bunda melihat ada kebenc