Share

Pacar Bayangan

Author: 5Lluna
last update Last Updated: 2024-04-20 08:40:28

“Dasar perempuan kurang ajar.”

Harvie membanting ponselnya ke atas meja. Dia baru saja menelepon perempuan yang menumpahkan teh ke kemeja dan jas miliknya yang berharga ribuan dollar itu.

Menurut pihak laundry, nodanya mungkin tidak akan hilang dengan sempurna. Karena itulah, dia menelepon perempuan dengan nama Star untuk meminta ganti rugi. Asisten pribadinya, untuk menyelidiki tentang Star berdasar kartu nama sana.

Sayang, yang bisa dia dapatkan hanyalah data-data yang terdapat di aplikasi sugar dady terkenal, tempat Star terdaftar. Dia adalah sugar baby termahal dengan segudang syarat dan ketentuan berlaku. Termasuk tidak menerima ajakan ‘tidur’ bersama.

“Omong kosong. Tidak mungkin dia tidak pernah tidur dengan seorang pria pun,” gumam Harvie dengan sangat kesal.

Yang membuat Harvie makin kesal, Star meminta dirinya yang menentukan waktu janjian karena dia sedang sekolah.

“Masih sekolah saja sudah jual diri. Dengan generasi muda bobrok, bagaimana masa depan bumi ini kedepannya?” Harvie kembali bergumam.

“Jadi bagaimana Pak? Apakah ada jadwal yang perlu saya rubah?” Brian bertanya dengan sopan.

“Gadis itu meminta bertemu jam tiga. Memangnya jam segitu aku ada jadwal apa?”

“Seharusnya di jam seperti itu anda sudah selesai rapat, Pak. Setelahnya anda sudah tidak punya jadwal lain untuk hari ini.”

Harvie berpikir sejenak. Mengingat-ingat apa saja kebiasaan setiap perempuan yang pernah dikencaninya, atau yang hanya sekedar mengahangatkan ranjangnya.

“Rata-rata wanita itu suka jam karet sih. Tapi gak ada salahnya jaga-jaga sih ya.” Harvie menganggukkan kepala tanda setuju dengan pemikirannya.

“Mundurkan rapatnya. Kita akan mulai rapat sepuluh menit sebelum jam tiga,” Harvie memberi perintah pada Brian.

“Baik, Pak akan segera saya beritahukan pada yang lain.”

“Lalu, coba kau periksa sidik jari yang tertempel di kartu nama ini. Lakukan secepat mungkin.”

Harvie memberikan kartu nama milik Star dan Brian segera menerimanya. Entah kenapa Harvie merasa penasaran dengan perempuan bernama Star itu.

“Katakan juga pada Mandy, kalau perempuan itu sudah datang suruh tunggu di dalam sini. Aku ingin melihat seberapa sabarnya dia.” Harvie tersenyum jahil.

*****

Star mengetuk-ngetukkan ujung sepatunya ke lantai dengan pelan dan teratur. Dia tadi memang sampai lima menit lebih cepat di perusahaan tempat lelaki yang meneleponnya tadi bekerja, jadi dia tidak masalah disuruh menunggu.

Ketika sekretaris pria itu mempersilahkannya duduk di dalan ruangan bosnya, kemudian mengatakan pria itu masih sedang meeting dan mungkin akan terlambat. Sampai di sana, Star masih bisa memaklumi.

Dia tidak keberatan menunggu selama beberapa menit, tapi jika disuruh menunggu selama sejam lebih, tentu saja lain ceritanya. Star juga punya hal yang harus dikerjakan.

“Maafkan saya, Nona. Rapatnya berakhir lebih lama dari yang seharusnya.”

Harvie mengucap maaf dengan sopan, tapi ekspresi wajahnya tidak seperti itu. Star merasa sedang dikerjai oleh pria di depannya ini, apalagi dia baru mau beranjak.

“Tidak masalah, Tuan. Saya tahu anda sibuk dan saya mengerti, karena saya juga kadang seperti itu.”

Harvie menaikkan sebelah alisnya. Si Star ini sepertinya sedang mengejeknya bukan?

“Memangnya anda sudah punya janji lain?”

“Kebetulan saya baru saja membatalkan janji saya dan harus membayar denda. Jadi karena saya masih harus bertemu dengan orang lain, mari kita selesaikan urusan ini secepatnya.”

Harvie suka gadis kecil ini. Dia sangat berani memprovokasi pria dewasa sepertinya, terlebih lagi di daerah kekuasaannya sendiri. Sangat menarik.

“Brian, coba berikan rinciannya.” Harvie memberikan kode pada asistennya.

Harvie menunggu dengan tenang. Dia ingin melihat reaksi perempuan di depannya ini begitu melihat rincian harga yang diberikan. Tentu tidak akan ada anak sekolah manapun yang bisa membayarnya, bahkan yang punya penghasilan besar sebagai sugar baby.

“Harus saya kirim ke rekening mana?” tanya Star dengan wajah tenang dan datar. Membuat Harvie mengernyit.

“Nona Star sudah membaca nominalnya?” Harvie berpikir mungkin gadis itu salah lihat nominal.

“Dua belas ribu lima ratus tiga puluh dollar kan? Untuk kemeja dan jasnya.”

Wajah datar Star ketika mengatakan itu membuat Harvie gusar. Penghasilan berkencan dengan pria tua kaya raya pasti banyak, tapi biasanya kan wanita enggan mengeluarkan uang untuk hal tidak penting seperti ini. Apa mungkin wanita itu akan meminta salah satu pacarnya untuk membayar?

“Berikan nomor rekeningnya." Harvie memberi perintah pada Brian.

Setelah Star diberikan nomor rekening, dia segera mengutak-atik ponselnya. Hanya dalam dua menit saja, ponsel Harvie berdenting pelan memperlihatkan notifiksi uangnya telah diterima. Dan nama tertera disana adalah Star.

“Berapa sih penghasilanmu?” tanya Harvie penasaran.

“Itu adalah rahasia." Star menjawab dengan cukup bijak, membuat Harvie makin penasaran.

“Karena saya sudah menyelesaikan semuanya, saya pamit pergi.”

Star sudah berdiri dari sofa yang telah didudukinya selama lebih dari satu jam, ketika Harvie memanggilnya lagi.

“Nona Star, bagaimana kalau kita berkencan sekali?”

Star menatap Harvie dengan seksama. Pria ini jelas terlihat sangat mampu menarik perempuan manapun ke atas ranjangnya, kenapa harus repot-repot menyewa jasa orang sepertinya?

Star baru saja mau memberikan penolakan, ketika dering ponsel terdengar. Itu ponsel Harvie dan dia langsung mengangkat ponsel yang diberikan Brian.

“Ya Ma?” Harvie menjawab dengan sangat malas.

“Aku kan sudah bilang tidak mau. Alasan apa sih Ma?” Harvie terlihat sangat frustasi.

Baru juga Harvie ingin menjawab sang Mama, dia tidak sengaja menatap Star yang masih berdiri sambil melihat dirinya dan tiba-tiba saja sebuah ide brilian muncul.

“Ma, sebenarnya Harvie sudah punya pacar dan kami sedang bersama sekarang ini.” Harvie sengaja berbisik, tapi masih bisa didengar Star.

Star menghela napas. Sepertinya pria yang mungkin bernama Harvie ini sedang menjadikannya pacar bayangan. Jujur saja, Star kurang suka itu. Apalagi tanpa izin.

“Silahkan saja kalau Mama tidak percaya.” Harvie mengakhiri teleponnya.

“Anda menggunakan saya sebagai alasan pada ibu Anda?” Star bertanya dengan wajah datarnya.

“Saya tidak menyebutkan namamu,” Harvie menjawab tidak merasa bersalah.

“Anda tadi berkata ‘sedang bersama pacar’. Kenyataannya anda sedang bersama saya. Itu artinya, secara tidak langsung anda menuduh saya sebagai pacar anda.”

“Menuduh? Bahasamu bisa diperbaiki tidak? “ Harvie mulai lelah memakai bahasa formal. “Aku sedang butuh jasamu sekarang juga. Jadi mari kita melakukan transaksi.”

“Saya menolak, Pak. Semua transaksi harus melalui aplikasi dan harus punya dasar hukum yang kuat,” Star menjawab dengan tegas.

“Aku akan membayar tiga kali lipat dari tarif normalmu.” Harvie segera memberi penawaran.

“Saya tidak butuh uang Anda,” balas Star masih dengan wajah datar dan tenangnya.

“Lalu apa? Kau ingin ‘dipuaskan’? Aku bisa melakukannya sampai kau pingsan.”

Harvie yang menjawab dengan senyum pongahnya, hanya bisa membuat Star geleng-geleng kepala. Pria ini jelas keras kepala dan sombong.

“Saya juga tidak mencari kepuasan. Saya hanya ikut aturan. Kalau tidak ada lagi yang mau dibicarakan, saya permisi. Silakan lewat aplikasi, kalau memerlukan jasa saya..”

Star melangkah dengan percaya diri ke arah pintu besar dengan dua daun pintu di ruangan itu. Baru mau menyentuh kenop pintu, pintu itu malah terbuka dari luar. Membuat Star terlonjak kaget.

“Oh, maaf. Saya tidak…” Kata-kata wanita berumur empat puluhan itu terhenti. Dia memperhatikan Star sekilas dan beralih pada Harvie.

“Oops, ketahuan.” Harvie berucap dengan santai.

***To be continued***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Suatu Saat Nanti (TAMAT)

    Tidak ada satu manusia pun yang tahu apa yang direncanakan oleh Tuhan. Semisal tentang jangka waktu hidup seorang manusia. Setelah kematian Ronald Arwen yang sudah diprediksi. Berita duka yang lain datang dua tahun kemudian. Secara tiba-tiba Peter Carlton meninggal dalam kecelakaan kerja, saat sedang meninjau lokasi pembangunan. Tepat di saat cucu keempatnya lahir. Anak itu kemudian diberi nama Peter Carlton Jr. Ada juga kejadian tak terduga lain ditahun yang sama. Ketika Marvel Leonard Carlton masuk rumah sakit karena ada masalah pada jantungnya. Lubang di jantung yang dulu membuatnya harus masuk NICU, nyatanya tidak berhasil menutup sempurna. Hal itu baru diketahui ketika berumur tujuh tahun. Untungnya, tidak ada yang membuat nyawanya terancam. Marvel hanya perlu operasi untuk menyumbat lubang tersebut, setelahnya Marvel bisa hidup normal. Hal lain yang perlu dirawat dari Marel hanya matanya. Dari usia enam tahun dia sudah harus menggunakan kacamata tebal. Itu terjadi bukan

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Semua Ada Hikmahnya

    Marvel menunduk dengan wajah terpesona. Matanya dan bibirnya membuka dengan lucunya, saking terpesonanya dia pada adik bayinya yang baru lahir. Marvel tiap hari bertemu dengan adiknya, tapi tetap saja berekspresi seperti itu. "Eh, Marvel. Pipinya adiknya jangan ditusuk-tusuk gitu dong, Nak." Star mengambil tangan anaknya dengan lembut, agar tidak lagi menjahili si kecil July. Dilarang menggunakan jarinya, kini Marvel kembali mengganggu adiknya dengan cara lain. Kali ini si kecil marvel mengecup pipi July dengan gemas. "Astaga, kecil-kecil sudah ada bibit playboynya." Gumaman asal Helena membuat semua orang tertawa. Helena kembali mengadakan acara syukuran kecil-kecilan untuk cucu ketiganya yang cantik, tepat sebulan setelah kelahirannya. Seperti biasa, bukan hanya Carlton dan Arwen saja yang datang. Keluarga besar Langton juga datang. "Ma, tolong jangan didoaiin yang aneh-aneh dong." Harvie langsung protes mendengar Helena berkata seperti itu. Harvie mengakui kalau dulu dia m

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Kembar Tiga

    "Mari kita dengar sambutan dari siswa paling berprestasi kita." Seseorang diatas podium mempersilakan Star bergabung. Star berdiri dari tempatnya duduk di barisan paing depan. Dia tersenyum lebar dan berjalan pelan ke atas podium dengan perutnya yang sudah mulai membuncit. "Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih pada Tuhan Yang Maha Esa." Star memulai pidatonya dengan ucapan terima kasih pada berbagai pihak. "Terakhir terima kasih untuk keluargaku. Papa, Mama, adik-adik, Mertua, serta suami dan anak-anakku." Star tersenyum penuh haru ke arah keluarganya duduk. Hanya ada Harvie dan kedua orang tua Star di sana, tapi itu saja sudah lebih dari cukup. Lagi pula akan sangat merepotkan kalau anak-anak juga ikut ke acara wisudanya, jadi Helena dan Peter yang mendapat jatah menjaga anak-anak. "Mungkin banyak yang bingung bagaimana saya membagi waktu jadi ibu rumah tangga dan kuliah, tapi ... Saya bisa jadi seperti ini karena keluarga saya. Karena punya suami yang mendukung ser

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Di Atas Mobil

    "Star ada diatas main sama anak-anak." Hera memberitahu ketika melihat Harvie. "Thank you, Ma." Harvie segera berlari ke lantai atas, tempat anak-anak biasa bermain. Ini sudah hari ketiga sejak Star menginap di rumah orang tuanya dan dia sudah amat sangat rindu dengan keluarga kecilnya. "Star?" Harvie membuka pintu ruang bermain dengan pelan dan menemukan kalau semua penghuninya tengah tertidur di atas karpet tebal. Star tertidur dengan laptop yang terbuka, dikelilingi oleh Yvonne, Marvel, Amora dan Benedict. Pemandangan yang sangat manis dan Harvie sungguh berharap bisa punya keluarga besar seperti ini. Tidak ingin mengganggu istirahat mereka, Harvie mengendap-ngendap untuk mematikan laptop Star. Dan dia mulai memindahkan satu persatu manusia itu ke kamar masing-masing. *** "Sudah bangun?" Star mengerjap perlahan mendengar suara Harvie yang sudah dia rindukan. Star pikir dia masih bermimpi dan mengeratkan pelukannnya pada Harvie. "Masih ngantuk ya?" Harvie bertanya de

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Pak Dosen

    Star mengetukkan kaki ke teras rumah dengan wajah amat kesal. Irina yang berdiri di sebelahnya dengan memegang setumpuk kertas, tidak berani menatap bosnya itu. "Daddy ke mana sih?" tanya Star dengan ketus. "Biar saya teleponkan." Irina segera bergerak cepat mengambil ponselnya dan menyerahkannya pada Star untuk bicara. "Daddy tahu sudah berapa lama aku nungguin?" tanya Star dengan luar biasa ketusnya. "Maaf, Sayang. Rapatnya selesai lebih lama dar ..." "I don't care. Kan aku sudah bilang berhenti kerja dan suruh Brian yang urus semuanya. Susah banget ya gak kerja selama beberapa bulan?" "Gak bisa gitu, Sayang. Soalnya ini proyek be ...." "Lebih penting proyek atau anakmu? Datang dalam lima menit atau aku pulang ke rumah Mama." Star mematikan sambungan secara sepihak. Setelah penolakan yang dilakukan Star tempo hari, dia akhirnya melakukan test kehamilan karena merasa khawatir. Tentu saja hasilnya positif, dan membuat Star mengamuk. Sekali lagi, Star bukannya tidak mau punya

  • Callista: Bukan Sugar Baby Biasa   Ekstra-Adik Baru

    "Mami. Mami." Marvel berlari-lari untuk menghampiri ibunya yang sedang mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Star yang sedang sakit kepala pun refleks tersenyum melihat bocah empat tahun itu. "Kenapa sayang?" Star mengangkat Marvel dan mendudukkan anak yang kini sudah membulat itu di pangkuannya. "Vel mo ade." Usia Marvel sudah empat tahun lebih, tapi belum bisa bicara lancar seperti Yvonne dulu. Dia memang terlambat mulai bicara, jadi kosakatanya masih minim. "Marvel mau adek?" tanya Star dengan ekspresi sedikit horor. "Maksudnya mau punya adek?" Ekspresi Star terlihat makin horor saja ketika anak bungsunya ini mengangguk. Kenapa juga si Marvel bisa tiba-tiba minta adek? "Kenapa Marvel mau minta adek?" tanya Star penasaran. "Lion punya ade," jawab Marvel dengan senyum mengembang. Sepertinya pria kecil Star itu mulai memikirkan indahnya punya adik lagi. “Rion?” Star mengumpat dalam hati. Lain kali Star tidak akan membiarkan Marvel main dengan Rion. “Kakak Von uga.” "Ka

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status