Callista: Bukan Sugar Baby Biasa

Callista: Bukan Sugar Baby Biasa

By:  5Lluna  In-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 Rating
29Mga Kabanata
237views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
Leave your review on App

Tidak mendapat kasih sayang orang tua, Callista memilih bekerja jadi sugar baby. Berharap bisa menemukan pria tua yang bisa mencintainya seperti seorang ayah. Karena itu juga dia bertemu Harvie Carlton, pria berusia tiga puluh tiga tahun yang dipaksa jadi ayah untuk keponakannya yang baru kehilangan kedua orang tuanya. Juga dipaksa untuk menikah secepatnya dan memberikan sang keponakan sosok seorang ibu. Bagaimana hubungan mutualisme antara dua individu yang sama-sama keras ini bisa dipertahankan?

view more
Callista: Bukan Sugar Baby Biasa Novels Online Free PDF Download

Pinakabagong kabanata

Magandang libro sa parehong oras

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments
user avatar
aisakurachan
Selamat buku barunya thor (づ ̄ ³ ̄)づ Laris manisss selalu ✺◟( ͡° ͜ʖ ͡°)◞✺
2024-05-09 19:05:14
1
29 Kabanata
She is Star
“Arghh….. “ Seorang lelaki tua terbaring menyamping di lantai dan berteriak kesakitan. Kedua tangannya memegang sesuatu di antara kedua pahanya. “Saya kan sudah bilang sebelumnya, tidak boleh ada sentuhan berlebihan. Apalagi ajakan untuk tidur.” Seorang gadis muda berambut cokelat dan bermata abu-abu berdiri tepat di sebelah pria tua itu. Gadis muda yang terlihat amat sangat cantik, bahkan kecantikannya bisa disandingkan dengan sang dewi kecantikan itu sendiri. Gadis itu sudah mengambil ancang-ancang untuk sekali lagi menginjak benda yang pria tua itu lindungi, namun si pria tua sudah duluan mencekal kaki si gadis. Rupanya si tua bangka ini sudah pulih sepenuhnya dari rasa sakit yang dia rasakan. Gadis itu kesakitan karena tubuhnya terjatuh menghantam lantai. Dan si pria tua itu segera mengambil kesempatan untuk menindihnya. Tidak mau membiarkan si gadis melarikan diri. Dia sudah membayar mahal dan tidak mau rugi. “Kamu pikir bisa lari begitu saja? Dasar murahan. Kamu piki
Magbasa pa
Wajah yang Lain
“Selamat pagi Nona. Sudah saatnya anda bangun.” Seorang wanita berumur akhir empat puluhan menarik gorden yang menutupi jendela besar di kamar Star. Sinar matahari yang masuk, tidak membuat wanita itu terbangun. “Nona Callista, sudah saatnya anda bangun.” Wanita itu mengguncang pelan bahu Star. Hanya perlu waktu semenit sampai Star terbangun dari tidurnya. Wanita itu menggosok matanya, kemudian merenggangkan badan dan bangkit untuk duduk. Segera setelah sang nona berada di posisi duduk, wanita tua tadi menyerahkan segelas air putih hangat. “Hari ini anda mau sarapan di kamar seperti biasa?” “Hm, bawakan aku yang biasanya saja.” Star membalas wanita itu dengan datar-datar saja. “Segera Nona Callista,” jawab wanita itu lembut. Wanita yang sedari tadi memanggil Star dengan nama Callista itu segera undur diri. Meninggalkan Star yang masih duduk dengan malas di ranjang king size miliknya. Callista Arwen adalah nama asli, sementara nama Star itu hanyalah nama samaran yang dig
Magbasa pa
Ganti Rugi
“Callista.” Seorang perempuan dengan rambut sebahu, berlari mendekati Star yang sedang bejalan menuju ke gerbang sekolahnya. Gadis itu segera merangkul Star dengan erat. “Hari ini busnya penuh gak?” tanya gadis berambut pendek itu dengan ceria. Bukan tanpa alasan, sahabat dari Star ini bertanya. Pasalnya untuk menutupi dirinya yang berasal dari keluarga Arwen, Star benar-benar berusaha hidup seperti orang biasa. Termasuk dengan naik bus untuk ke sekolah. Biasanya Irina akan menurunkan Star di dekat halte bus dan dari situ Star akan berangkat sendiri. Sementara Irina akan mengikuti dari kejauhan dan juga menggunakan GPS untuk memantau Star. “Memangnya apa yang kau harapkan dari bus Hillary Wilson? Pasti penuh lah. Apalagi di jam seperti ini.” Star menoyor Hillary lumayan keras, membuat gadis itu mengaduh. “Untuk apa juga sih kita disuruh tetap ke sekolah? Padahal kita tidak melakukan apa-apa. Kita kan termasuk dalam kelompok bawah yang tidak akan disibukkan dengan prom.” Hillar
Magbasa pa
Pacar Bayangan
“Dasar perempuan kurang ajar.” Harvie membanting ponselnya ke atas meja. Dia baru saja menelepon perempuan yang menumpahkan teh ke kemeja dan jas miliknya yang berharga ribuan dollar itu. Menurut pihak laundry, nodanya mungkin tidak akan hilang dengan sempurna. Karena itulah, dia menelepon perempuan dengan nama Star untuk meminta ganti rugi. Asisten pribadinya, untuk menyelidiki tentang Star berdasar kartu nama sana. Sayang, yang bisa dia dapatkan hanyalah data-data yang terdapat di aplikasi sugar dady terkenal, tempat Star terdaftar. Dia adalah sugar baby termahal dengan segudang syarat dan ketentuan berlaku. Termasuk tidak menerima ajakan ‘tidur’ bersama. “Omong kosong. Tidak mungkin dia tidak pernah tidur dengan seorang pria pun,” gumam Harvie dengan sangat kesal. Yang membuat Harvie makin kesal, Star meminta dirinya yang menentukan waktu janjian karena dia sedang sekolah. “Masih sekolah saja sudah jual diri. Dengan generasi muda bobrok, bagaimana masa depan bumi ini ke
Magbasa pa
Pedofil
“Ini siapa Vie?” tanya wanita yang ada di depan pintu pada Harvie. “Maaf saya… “ Star menghentikan kata-katanya ketika sebuah tangan mendarat di bahunya. Star perlu mendonggak untuk melihat siapa pemilik tangan itu. Sesuai dugaan itu adalah tangan Harvie. “Karena Mama udah tahu, sekalian kenalan saja deh. Ini pacar aku. Mama bisa panggil dia Star,” Harvie menjelaskan dengan santai. Penjelasan singkat dari Harvie membuat Star cukup terkejut. Wanita yang dipanggil Harvie sebagai Mama lebih terkejut lagi. Dia bahkan menatap gadis mungil di sebelah Harvie dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dan dilihat berkali-kali sekalipun gadis itu terlihat seperti anak junior high school. Wanita paruh baya itu menganga sambil menatap anaknya dan anak kecil di sebelah Harvie secara bergantian. Apakah anaknya ini pedofil? “Biar saya jelas…” “Karena Mama sudah kenalan. Biar Harvie antar Star ke lobi dulu ya, Ma. Jemputannya sudah datang.” “Tapi saya…” “Ayo sayang.” Harvie sama sekali tid
Magbasa pa
Kontrak?
"Nona, ponsel anda berdering." Irina memberitahu Star. Yang empunya ponsel, hanya melirik sekilas benda yang diletakkannya di kursi sebelahnya. Star tidak menyimpan nomor yang tertera, tapi dia tahu siapa yang menelepon. Itu adalah nomor yang tadi pagi meneleponnya. Nomor milik pria pemarah yang baru saja dia temui. "Blokirkan nomor ini." Star menyerahkan ponselnya pada Irina dengan malas. Star tidak ingin lagi berurusan dengan pria seperti itu, bikin sakit kepala. Baru baju yang dibeli di luar negeri saja ributnya minta ampun. Bukan tidak mampu, tapi menyebalkan. "Apa Nona akan langsung pulang ke rumah?" Irina bertanya sambil melakukan tugas yang baru saja diberikan Star. "Ya, kalau bisa aku ingin dipijat dan spa juga. Irish hari ini free kan?" "Akan saya tanyakan," Irina menjawab sambil menyerahkan ponsel nonanya. Kemudian Irina mengambil ponselnya sendiri dan menelepon saudariya. Sementara Irina sibuk dengan ponselnya, Star memilih untuk menatap keluar jendela mobil. Memi
Magbasa pa
Duda
"Pacar? Bukan teman tidur kan? Saya tidak ...." "Pacar saja." Harvie memotong kalimat perempuan di depannya. Star menaikkan sebelah alisnya mendengar permintaan yang menurutnya absurd itu. Kenapa pula harus pura-pura jadi pacar? Pria ini kan bisa menarik siapa saja, kenapa harus dirinya? Tidak mungkin tidak ada perempuan di sekitar Harvie. "Kenapa harus seperti itu?" tanya Star tidak mengerti. Bukan karena Star bodoh, tapi dia tidak bisa mengerti sikap Harvie. "Apa omonganku tadi kurang jelas? Aku tidak mau dijodohkan," balas Harvie sedikit kesal. "Anda kan tinggal menolak saja." Star makin bingung saja mendengar pernyataan pria di depannya itu. Apa susahnya menolak? "Ini tidak segampang yang kau pikirkan bodoh." Harvie menggeram kesal. "Mamaku itu orangnya pantang menyerah sudah berkali-kali kutolak, tapi tetap saja dia ngotot. Lagipula. aku tidak bisa terus-terusan menolaknya. Jadi hal yang harus kulakukan adalah membawa seorang wanita ke hadapannyai." "Maaf, saya masih
Magbasa pa
Mahal
"What the ...." Harvie nyaris saja mengumpat, ketika melihat Star keluar dari ruang ganti.Ini sudah baju yang kelima, tapi Harvie masih kesulitan menentukan gaun yang tepat, semua terlihat bagus dipakai Star. Padahal Harvie sudah sengaja memilih butik yang biasa saja, tapi tetap saja Star terlalu sempurna. Niatnya menghemat uang, karena biaya kontrak sudah mahal. Eh, malah rasanya kini Harvie merasa tawaran yang dia berikan terlihat murah. "Pilihlah yang mana saja," Harvie berucap dengan helaan napas frustasi. "Kalau begitu, aku mau dress off shoulder selutut berwarna merah, dengan desain rok berbentuk huruf a itu." Pemilihan yang sangat bagus sebenarnya. Warna merah menyala membuat Star yang putih jadi makin bersinar. Star mengangguk melihat penampilannya dicermin. Dia menyukai pilihannya. Harganya tidak mahal. Hanya sekitar sejutaan, tapi bahan dan jahitannya cukup bagus. Dan terlihat cocok dengannya. Sebaliknya, Harvie malah mengumpat dalam hati begitu melihat pilihan S
Magbasa pa
Pertemuan Kembali
"Tidak mungkin," gumam Helena dengan mata melotot melihat penampilan Star yang jelas-jelas terlihat mahal itu. Paling sedikit juga sepuluh juta. "Nih, kalau Mama mau lihat notanya." Harvie yang sudah menduga ini, telah menyiapkan nota pembelian tadi dan menyerahkannya pada sang ibu. Helena menyambar kertas-kertas itu dengan kasar dan melihat jumlah yang tertera di sana. Beberapa detik kemudian dia ternganga, tidak percaya dengan angka-angka yang dilihatnya itu. Benda-benda yang dipakai Star memang tidak semahal kelihatannya. "Pacarku ini memang masih muda, Ma. Tapi dia gak matre. Bahkan tadi kami sempat bertengkar mempermasalahkan siapa yang harus membayar." Helena mendelik ke arah anaknya itu. Jelas terlihat diamerasa marah dan juga malu, tapi yang namanya emak-emak tidak akan pernah mau disalahkan. "Pada akhirnya kan tetap kamu yang bayar. Lagi pula Yvonne belum tentu suka padanya," sergah Helena ketus. "Helena, bisa gak sih kamu lebih sopan pada tamu?" Isaac yang sedari
Magbasa pa
Ketahuan
Star bergeming mendengarkan jawaban dari Hera. Jangankan diakui, wanita itu bahkan tidak mengenali dirinya sama sekali. Seorang ibu yang sangat luar biasa. "Apa yang kamu harapkan Star?" bisiknya pada diri sendiri. Star kembali menghadap ke arah cermin untuk memperbaiki ekspresi wajah nelangsanya. Star menepuk pelan kedua pipinya beberapa kali, sebelum beranjak keluar dari toilet. Baru saja beberapa langkah berjalan menjauhi toilet, Star sudah menabrak seseorang. Star bisa merasakan dress barunya basah. Bisa dipastikan, minuman orang itu tertumpah. "Astaga, maafkan saya! Apakah anda tidak apa-apa Nona?" suara bariton seseorang terdengar. "Ah, iya. Saya tidak apa-apa. Hanya sedikit basah," jawab Star datar. "Anda boleh membersihkan dress anda dengan ini." Lelaki itu mengulurkan sapu tangan yang terlihat mahal. Star tidak langsung menerima saputangan itu. Dirinya memilih untuk melihat wajah orang yang menabraknya dan menunggu reaksi pria itu selanjutnya. Begitu Star menatap
Magbasa pa
DMCA.com Protection Status