Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 157. Keputusan Yang Tak Terbantahkan

Share

157. Keputusan Yang Tak Terbantahkan

Author: Sayap Ikarus
last update Huling Na-update: 2025-06-01 19:04:52

"Kak, apa nggak berlebihan dandanan begini?" tanya Gendhis mematut wajahnya sendiri di depan cermin.

"Enggak, kamu harus keliatan tak terkalahkan di depan para tetua biar nggak dicecar pake pertanyaan aneh dan diremehkan. Kamu calon pengganti posisi Ane-san, harus punya power," kata Danisha meyakinkan Gendhis.

Seperti permintaan Rai, Danisha mendandani Gendhis dengan tampilan bold yang badass sekali. Diberinya Gendhis baju model crop top putih tanpa lengan dipadu dengan rok pendek mini warna hitam yang seksi. Danisha sengaja menonjolkan tato di perut Gendhis yang menegaskan identitasnya.

"Apa aku pantas ya Kak?" desis Gendhis kurang percaya diri.

"Kalau Ketua udah milih kamu, nggak ada yang namanya nggak pantas. Ndhis, sejak awal kamu jadi istrinya Christ, kami semua mendukung, jangan takut, ya," nasihat Danisha.

Gendhis menarik napas dalam-dalam, sekali lagi ditatapnya dirinya sendiri dari pantulan cermin. Ia kuatkan pundaknya, tegarkan dirinya, ia siapkan dirinya untuk menerim
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Candu Cinta Dokter Muda   162. Pengakuan Rahasia

    "Apa yang bikin kamu jatuh cinta sama aku dulu?" tanya Rai, Gendhis sudah ada bersamanya di dalam mobil, mereka menuju restoran tempat bertemu perwakilan WO. "Kenapa tiba-tiba gini? Kan kaget aku," protes Gendhis. "Tiba-tiba penasaran aja," Rai meringis tampan. "Ehm, kamu punya hal istimewa yang nggak dipunya cowok lainnya. Perlindungan dan rasa aman, aku liat itu ada di kamu, makanya aku jatuh cinta," ucap Gendhis, sungguh jawaban yang jujur dan dari hati. "Kamu emang serapuh itu di pandanganku pas kita kenal pertama kali. Meski kamu bilang kamu nggak pa-pa dan sok kuat, tapi luka-luka di tubuhmu udah ngasih tau aku kalau kamu lagi nggak baik-baik aja," terang Rai. "Jadi, perasaanmu awalnya berasal dari rasa kasian ya?" Gendhis mencembikkan bibirnya. "Nggak gitu," Rai tertawa. "Kamu cantik, cantik banget, aku jatuh cinta karena itu. Makin aku tau dan kenal kamu, aku semakin pengin ngelindungin, semakin pengin tau soal hidupmu, semakin pengin ngebawa kamu di sisiku," tandasnya.

  • Candu Cinta Dokter Muda   161. Pemilik dan Para Pelaksana

    "Selamat datang!" sambut Benji saat melihat Gendhis masuk melalui pintu lobi utama perusahaan diiringi oleh Axel. "Selamat siang Bang!" sapa Gendhis sumringah. "Aku deg-degan," katanya meringis cantik. "Hari ini mulai belajar berkantor ya," tegur Bastian mengedipkan sebelah matanya. "Aku gugup serius," ujar Gendhis seketika memeluk lengan Bastian. "Dibantu ya Bang," pintanya. "Pasti dibantu," sahut Benji. "Kamu serius mau minta Ben yang sementara mimpin Rob and Wil? Orang-orang yang masih mendukung Wildan pasti nggak akan setuju," tandasnya. "Mereka akan lebih nggak setuju lagi kalau aku yang pegang perusahaan, Bang," desis Gendhis. "Ben cukup kompeten, dan aku percaya sama dia. Rai nggak mungkin pegang perusahaan karena kerjaannya di rumah sakit udah nggak bisa ditinggal," terangnya. "Kayak denger nama gue disebut?" Ben datang menyusul, diiringi oleh Arino di belakangnya. "Ben!" Gendhis tersenyum senang karena ayah angkat Rai itu benar-benar muncul dan mau membantunya. "Makasi

  • Candu Cinta Dokter Muda   160. Semesra Bersama

    "Kayaknya Gendhis harus lo kawal terus, Christ. Banyak mulut sama mata jahat yang terus berusaha jatuhin dia," pesan Danisha sebelum pergi. "Pundak kamu harus kuat Ndhis," ujarnya melambai, memberi semangat agar menantu Wisanggeni itu tidak tumbang. "Kamu kenapa diem pas Mami Eris nyerang kamu?" tanya Rai setelah mobil Danisha menghilang di ujung jalan dan ia mengiringi Gendhis masuk ke dalam rumahnya. "Aku bisa apa? Mau ngelawan juga aku ini emang bekas pelacur kan," desis Gendhis tersenyum getir. "Laen kali, jangan biarin Mami Eris begitu lagi, lawan aja, boleh pake kesalahannya dia yang bikin Ann nggak bisa punya keturunan. Nggak pa-pa," pinta Rai."Tapi dia kakak kandung kamu, Rai. Mana boleh aku begitu," bantah Gendhis. "Peran dia cuma ngebesarin aku sampai umur 6 tahun di tengah tekanan dan siksaan Papa kandungku, Ndhis. Selain itu, semua udah diambil alih sama Ben dan Ann, tanggung jawab mendidik, menjaga dan membesarkanku, semua Ann yang urus. Jadi kalau kamu mau bersikap

  • Candu Cinta Dokter Muda   159. Harus Gendhis

    "Nggak bapaknya nggak anaknya, semuanya ke gue," dumal Danisha mengomel sendiri. "Emang gitu Kak?" Gendhis menahan tawa. "He.em, dulu pas nikahin Ann, Ben nyuruh aku ngatur semua keperluan Ann, sampai ke gaun pengantinnya. Lha ini kok sama aja," desis Danisha geleng-geleng kepala. "Karena Kak Danish kan tau fashion, makanya dapet tugas penting," cengir Gendhis."Sial banget bakatku cuma dimanfaatkan sama dua brengsek gila itu," kata Danisha dengan tawa khasnya. "Kamu masuk dulu ke butiknya ya, aku mau ke sebelahnya dulu, ngurus yang persiapan pesanan Christ, buat mas kawin kalian," ujarnya. "Oke Kak," balas Gendhis seraya turun dari dalam mobil, ia melambaikan tangan pada Danisha lantas masuk ke dalam butik yang pintunya sudah dibukakan oleh seorang karyawan. Gendhis menyisir seisi butik, suasana tampak lengang, seorang karyawan tersenyum menghampirinya. Gendhis balas memberi senyum, sedikit canggung karena ia tidak pernah ada dalam atmosfer semacam ini. "Ada yang bisa saya bant

  • Candu Cinta Dokter Muda   158. Kencan Perdana

    "Wah!!" Gendhis sedikit membanting tubuhnya ke sandaran kursi penumpang di dalam mobil. "Uji nyali banget ketemu para tetua," desisnya meraup wajah. "Gimana? Seru kan?" Rai tertawa senang, seperti telah berhasil mengerjai perempuannya. "Kamu ya! Sebulan lagi nikah ulang kita? Serius?" desis Gendhis takjub. "Kenapa? Kalau bisa besok pagi sih bakalan kubuat besok pagi.""Heh!" Gendhis memukul pelan lengan Rai yang sibuk menyetir itu. "Sembarangan!" tegurnya gemas. "Nggak mau kamu dijamah Mario lagi. Kalau perlu, kubeliin hape plus nomor baru, biar hape lamamu aku yang pegang!" "Boy, why you so obsessed with me?" nyanyi Gendhis genit."Kamu canduku, kalau nggak ada kamu, aku sakau sampe mau mati aja rasanya," sambar Rai. "Hilih!!" Gendhis mencibir geli. "Ke mana kita setelah ini? Nggak pa-pa kalau kita asal pergi gitu aja tanpa dengerin para tetua?" "Nggak pa-pa. Mereka nggak penting kok pendapatnya. Keputusan ada di aku, mereka cuma butuh dikasih tau aja.""Jujur aku takut, Rai.

  • Candu Cinta Dokter Muda   157. Keputusan Yang Tak Terbantahkan

    "Kak, apa nggak berlebihan dandanan begini?" tanya Gendhis mematut wajahnya sendiri di depan cermin. "Enggak, kamu harus keliatan tak terkalahkan di depan para tetua biar nggak dicecar pake pertanyaan aneh dan diremehkan. Kamu calon pengganti posisi Ane-san, harus punya power," kata Danisha meyakinkan Gendhis. Seperti permintaan Rai, Danisha mendandani Gendhis dengan tampilan bold yang badass sekali. Diberinya Gendhis baju model crop top putih tanpa lengan dipadu dengan rok pendek mini warna hitam yang seksi. Danisha sengaja menonjolkan tato di perut Gendhis yang menegaskan identitasnya. "Apa aku pantas ya Kak?" desis Gendhis kurang percaya diri. "Kalau Ketua udah milih kamu, nggak ada yang namanya nggak pantas. Ndhis, sejak awal kamu jadi istrinya Christ, kami semua mendukung, jangan takut, ya," nasihat Danisha. Gendhis menarik napas dalam-dalam, sekali lagi ditatapnya dirinya sendiri dari pantulan cermin. Ia kuatkan pundaknya, tegarkan dirinya, ia siapkan dirinya untuk menerim

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status