Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 36. Tetap Melindungimu

Share

36. Tetap Melindungimu

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 22:25:21
"Sini rada chaos selama Mbak nggak ada," sebut Rima, salah satu pelacur junior yang baru dua tahun ini menghuni rumah bordil.

Gendhis tersenyum simpul, ia aduk mie instan yang baru saja dituangnya ke mangkok. Membiarkan Rima menunggu reaksinya, Gendhis sengaja duduk di kursi makan, menghirup aroma mie instan yang sudah hampir 6 bulan ini tidak dinikmatinya.

"Ada yang dateng nyari Mami karena masalah booking sama aku?" tanya Gendhis.

Rima mengangguk mantap, "Mas Surya minta ganti orang, katanya udah nggak mau sama Mbak lagi, Mbak rasanya udah hambar. Se-vulgar itu dia teriak-teriak," ceritanya.

"Padahal selama satu setengah tahun jadi pelangganku, dia nggak pernah sekalipun dateng ke sini, Rim," sahut Gendhis. "Ada satu orang yang ngobrak-abrik pola, gila banget ini orang," tambahnya.

"Pacar Mbak?" tebak Rima dengan senyum gemasnya.

"Pacar?" Gendhis menggantung kalimatnya. "Calon suami orang," tandasnya dalam suara bergetar.

"Yang dokter ganteng itu ya Mbak?" Rima l
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   216. Usaha Mengambil Hati

    "Terus mau makan apa? Beneran nggak laper?" tanya Rai sebelum istrinya masuk ke dalam kamar. "Udah kenyang baper!" sengal Gendhis, ia banting pintu kamar di belakangnya, kesal sekali. Untuk pertama kalinya, setelah menikah, Gendhis merasa Rai tak bisa memahami perasaannya. Gendhis sudah berusaha untuk memahami posisinya, berdamai dengan kelakuan Kiara dan orang-orang di sekitar suaminya yang cenderung meremehkannya. Namun, rasa lelah itu benar-benar terasa menghimpitnya di saat Rai tidak memberikan dukungan penuh padanya. "Kenapa juga kamu pengin banget dingertiin gini sih, Ndhis," keluh Gendhis bermonolog. "Padahal biasanya juga kamu cuek aja," dengusnya. Sambil merebahkan diri di ranjang, mata Gendhis menerawang, menatap langit-langit kamar. Rai sebenarnya tidak bersalah 100 persen. Namun, karena Gendhis sudah terlanjur kesal sejak pulang dari rumah sakit, kekecewaannya pada sang suami seakan menumpuk jadi satu. Pening menjalari kepalanya, perutnya lapar tapi mulutnya gengsi unt

  • Candu Cinta Dokter Muda   215. Perang Terbuka

    Rai masih mematung tak paham dengan maksud ucapan pelanggan gado-gado di depannya. Ia melirik sang istri yang hanya diam, ikut menunggu reaksinya. Namun, seperti tak sabar mendapat jawaban sapaan dari sang dokter tampan, perempuan bernama Anggi ini mendekat, ia mengulur tangannya untuk mengajak berjabat. Ragu, Rai menoleh Gendhis lagi, seolah meminta ijin. Ia balas uluran tangan Anggi sekejap, kemudian ia tarik kembali cepat-cepat. "Masih lupa ya Dok?" tanya Anggi tetap mematri senyuman mautnya yang sangat manis. "Saya pasien K.E.T yang pernah dokter tangani, waktu itu saya pendarahan banyak sekali dan sudah mau menyerah tapi Dokter Christ ngasih semangat ke saya buat nggak menyerah. Habis itu, saya sempat kirim paket makan siang untuk seluruh tim di divisi obgyn," terangnya. Mendengar penuturan Anggi, Gendhis tersenyum gamang. Tambah lagi saingan menyebalkan yang punya kuasa seperti Anggi, dan hal ini cukup menambah kekesalannya. "Oh, iya," Rai manggut-manggut sok kenal, meski se

  • Candu Cinta Dokter Muda   214. Pemain Baru?

    "Kenapa kamu ngelarang aku buat ngelawan Kiara, Rai?" sergah Gendhis begitu mobil melaju meninggalkan rumah sakit. Sejak merasa baikan dan tangannya yang terluka sudah lebih sering digunakan, Rai memang lebih memilih untuk menyetir mobil sendiri."Aku nggak mau terjadi keributan yang nggak perlu," balas Rai tenang sekali."Tapi dia yang mulai nampar aku duluan!" "Tapi udah kamu bales, kan?" "Tapi dia bikin aku malu di rumah sakit udah berkali-kali. Oh, kamu belain dia?" lengking Gendhis benar-benar marah kali ini. "Kamu ada di pihaknya? Nggak suka kalau aku menang dari dia nantinya?" "Sejak awal kamu udah menang, Ane-san. Kamu nggak perlu buktiin apa-apa ke Kiara. Dan aku ada di pihakmu, ngapain aku belain dia, ya aku di pihak istriku, lah!" "Kenapa kamu ngelarang aku buat berantem, satu lawan satu sama Kiara? Kalau cuma adu mulut, dia jelas menang telak Rai, kami beda level, aku bekas pelacur dan dia calon dokter spesialis.""Padahal aku nggak ngebahas soal level lho, Ndhis," san

  • Candu Cinta Dokter Muda   213. Menjaga Diri

    "Kamu cuti aku jadi rada keteteran, Christ," sebut Dokter Andri akrab, ia mengajak ngobrol Rai sambil memeriksa layar komputer di depannya."Maaf Dok, aku udah hubungi Dokter Raka dari rumah sakit daerah, kuminta dia isi jadwalku buat sebulan ini. Emang belum jalan?" tanya Rai. "Udah, tapi mereka asing sama Raka karena mungkin anaknya pendiem. Dia kalau nggak ditanya, ngasih penjelasan ke pasien seperlunya," tandas Dokter Andri. "Jadi gini, kamu pasti udah tau gimana caranya ngejaga tubuhmu dan Nyonya biar promil ini signifikan dan berhasil. Pola makan, pola tidur, olahraga yang pasti juga harus rutin," jelasnya. "Beneran udah aman kan Dok? Dia soalnya suka parno, takut nanti kalau dia hamil, ada penyakit yang nular ke bayinya," kata Rai menunjuk Gendhis yang masih berbaring di ranjang periksa. "Ini, soal kemungkinan B20, Dok," ungkapnya hati-hati. "Menurut kamu gimana Christ?" tanya Dokter Andri balik. "Dia bersih di pemeriksaan keseluruhan, menurutku kemungkinan buat tiba-tiba m

  • Candu Cinta Dokter Muda   212. Memulai Program Hamil

    Rai menarik napas dalam-dalam, ia memainkan ponsel di tangannya dengan tatapan nanar ke kolam ikan di seberang. Wajahnya tampak serius, seakan masalah yang datang membuatnya enggan mengulas sedikit saja senyum di wajahnya. Sesekali ia menyesap rokoknya, mengembus asapnya ke udara dalam bentuk bulat aestetik yang cantik."Kucariin, ternyata udah turun ke sini," desis Gendhis mendatangi sang suami sambil menenteng gelas tehnya. "Cigarette after sex," kekeh Rai. "Sini, Ndhis," pintanya menepuk kursi kayu di sebelah ia duduk. "Kenapa? Kok kayak serius gitu wajahmu, Rai."Rai tersenyum miring, "Kamu pinter ngebaca ekspresi ya," tandasnya. "Aku udah ketemu sama banyak orang dan pelanggan, aku selalu bisa baca mood mereka," sahut Gendhis. "Ada apa?" tanyanya. "Aku jadi tersinggung kalau abis bercinta, kamu begini, berasa aku nggak kasih pelayanan terbaik," dengusnya. "Bukan masalah itu," elak Rai, ia rangkul pundak sang istri dan ditempelkannya dagunya di sana. "Dony, asistennya Mario k

  • Candu Cinta Dokter Muda   211. Melepas Segenap Rasa (21+)

    "Keren banget istriku tadi," puji Rai saat Gendhis masuk ke dalam kamar, menyusulnya seusai mencuci muka. "Iya kan?" Gendhis tertawa. "Aku bikin Mami kamu jadi lebih dendam lagi ke aku," katanya bergidik. "Nggak tau dapet kekuatan dari mana tadi tu, mulutku emang sembarangan banget," desisnya geleng-geleng kepala, tak percaya bahwa dirinya sendiri yang baru saja melakukan perlawanan terhadap Eriska. "Aku jadi nggak perlu keluar tenaga banyak buat membelamu," ucap Rai. Ia raih jemari Gendhis agar sang istri berbaring di ranjang, bersamanya. "Seneng ya kamu, Rai?" "Iya, sekarang, Mami pasti lebih mikir lagi kalau dia mau nyakitin kamu," ujar Rai. "Mana yang katanya binal dan menggoda?" sergahnya spontan menindih Gendhis, matanya menyeringai menggemaskan. "Ih," Gendhis menggeliat malu-malu. "Ya salah siapa Mami Erismu itu terus bawa-bawa soal pelacur di depanku, kan aku nggak tahan juga Rai," dumalnya. Rai tersenyum, terpancing melihat bibir Gendhis yang dimanyun-manyunkan itu, ia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status