Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 36. Tetap Melindungimu

Share

36. Tetap Melindungimu

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-09 22:25:21
"Sini rada chaos selama Mbak nggak ada," sebut Rima, salah satu pelacur junior yang baru dua tahun ini menghuni rumah bordil.

Gendhis tersenyum simpul, ia aduk mie instan yang baru saja dituangnya ke mangkok. Membiarkan Rima menunggu reaksinya, Gendhis sengaja duduk di kursi makan, menghirup aroma mie instan yang sudah hampir 6 bulan ini tidak dinikmatinya.

"Ada yang dateng nyari Mami karena masalah booking sama aku?" tanya Gendhis.

Rima mengangguk mantap, "Mas Surya minta ganti orang, katanya udah nggak mau sama Mbak lagi, Mbak rasanya udah hambar. Se-vulgar itu dia teriak-teriak," ceritanya.

"Padahal selama satu setengah tahun jadi pelangganku, dia nggak pernah sekalipun dateng ke sini, Rim," sahut Gendhis. "Ada satu orang yang ngobrak-abrik pola, gila banget ini orang," tambahnya.

"Pacar Mbak?" tebak Rima dengan senyum gemasnya.

"Pacar?" Gendhis menggantung kalimatnya. "Calon suami orang," tandasnya dalam suara bergetar.

"Yang dokter ganteng itu ya Mbak?" Rima l
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Candu Cinta Dokter Muda   37. Perlindungan Setiap Waktu (The Past)

    Rai-Gendhis, 13 tahun yang lalu .... "Seminggu ini, kamu nggak dateng buat cek urusan bar," gumam Gendhis sambil mengisap rokok di antara jemarinya, ia embuskan asapnya perlahan, bak profesional. "Lagi sibuk," balas Rai. Ia buka kancing paling atas baju seragamnya, mendekat pada Gendhis dan meminta bara api dari rokok milik Gendhis untuk menyulut rokoknya sendiri. "Ada yang nyakitin kamu pas kerja?" tanyanya serius. Gendhis menggeleng, "Aku udah biasa sama kelakuan pelanggan. Makasih ke kamu karena aku cuma diplot buat nemenin minum dan bersih-bersih," tuturnya. "Kalau ada apa-apa dan aku pas nggak di sana, kamu bilang aja ke Daniel, dia udah kuminta buat ngawasin kamu." "Aku nggak akan kabur, Rai-san," ucap Gendhis sudah mulai fasih memanggil Rai dengan sebutan familiarnya di bar. "Bukan karena aku takut kamu kabur," Rai sengaja mengembus asap rokoknya di depan wajah Gendhis. "Iya aku tau, kamu udah janji bakalan ngasih jaminan perlindungan buat aku," desis Gendhis tak bis

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Candu Cinta Dokter Muda   38. Kesakitan Kesekian Kali

    "Kita langsung ke hotel," ucap Doni, asisten Mario yang disiagakan untuk menangani urusan pribadi sang ketua umum partai. "Tinggalin barang-barang kamu di dalam tas itu!" perintahnya. "Kenapa musti ditinggal, Bang? Biasanya nggak kayak gini," desis Gendhis enggan. Benar dugaannya, VVIP anonim yang memesan jasanya hingga memboyongnya ke Batam adalah sang politisi muda."Lagi musim kampanye, kita nggak boleh lengah," sambar Doni. "Barang gue nggak berbahaya kali, Bang.""Ini perintah Bos, nggak usah ngebantah atau akibatnya bakalan lo tanggung sendiri. Mau begitu?" Gendhis menghela napas lelah. Mario memang cenderung kasar, suka memukul, tapi terhadap Gendhis, Mario tidak bisa tinggal jauh. Ia memanipulasi hidup Gendhis dengan terus memberi kucuran dana operasional rumah bordil Wida, juga memberi perlindungan agar rumah bordil itu tidak tersentuh penegak hukum."Bos udah nunggu di hotel?" tanya Gendhis saat Doni memarkir mobil di depan lobi hotel. "Lo liat aja di kamar udah ada apa

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Candu Cinta Dokter Muda   39. Jangan Pergi

    "Udah ketemu, kami baru aja turun dari pesawat," lapor Ardi pada suara di seberang, si penelepon dalam ponselnya. Gendhis terdiam, ia tak bicara apapun. Bahkan, saat Ardi mendobrak masuk ke dalam kamar hotel yang disewa Mario, hanya air mata yang Gendhis beri sebagai bentuk aduan. Penampilannya berantakan, ia dipaksa melayani saat belum siap dengan segala tuntutan gila Mario dan gaya yang di luar nalar. Saat Ardi tiba, Mario sudah pergi, sengaja meninggalkan Gendhis dalam keadaan terguncang. "Aniki minta gue bawa lo ke dia. Bisa?" tanya Ardi tepat saat sebuah mobil milik keluarga besar Takahashi terparkir di depannya. Gendhis mengangguk. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih, ia ingin lari, memeluk Rai saat itu juga. Semua ketakutan yang sudah tak bisa diatasinya ini hanya memiliki satu tempat untuk sembuh, seorang Rai. Dipapah Ardi, Gendhis yang sengaja menggunakan jaket dan topi untuk menutupi luka-luka di tubuhnya masuk ke dalam mobil. Bahkan, selama perjalanan panjang dari b

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Candu Cinta Dokter Muda   40. Selama Yang Kau Mau

    Setelah tenang, tubuhnya selesai diberi pengobatan, Gendhis menolak untuk makan dan memilih kembali beristirahat. Rai tidak memaksa, ia biarkan Gendhis menikmati waktu santainya, tanpa gangguan. "Dia disiksa secara fisik, dipaksa ngelayanin," lapor Ardi pada Rai yang baru saja turun dari kamarnya. "Nggak ada orang pas lo nemuin dia?" gumam Rai seraya meneguk air putihnya bernafsu. Ardi menggeleng, "Dia udah ditinggalin sendiri, gue yang nemuin aja rasanya pengin marah, sialan," desisnya. "Menurut lo, Gendhis begini, disiksa kayak gini, nggak mungkin baru kali ini kan?" "Gue cari tau lengkapnya, sekaligus buktinya," ucap Ardi. "Cepet ya Bang, gue nggak mau Gendhis kelamaan disiksa sama bajingan itu," pinta Rai penuh dendam. "Lo harus lebih hati-hati sama orang ini, Christ. Terutama jas snelli lo itu," pesan Ardi seraya beranjak. "Tuh, nggak jadi tidur dia," ucapnya mengedikkan dagu ke arah tangga. Di sana ada Gendhis yang tengah berdiri linglung. Cepat-cepat Rai

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Candu Cinta Dokter Muda   41. Hati Gendhis dan Ketakutannya

    Gendhis menatap jauh ke rerimbunan pohon tabebuya di taman belakang rumah Rai, pohon itu belum berbunga, tapi teduhnya menyamankan mata. Ia tarik napas dalam-dalam, sudah dua hari Gendhis mengasingkan diri di rumah sang cinta pertama, menyembuhkan kesakitannya. Sementara Rai justru tak pulang ke rumah karena pekerjaannya yang menuntut kesiapsiagaan kapanpun ada kedaruratan. "Christ bilang mau pulang kapan?" Sebuah suara membuat lamunan Gendhis buyar, ia menoleh kaget. Ada sosok perempuan sangat cantik dengan tubuh berhias beberapa tato, berdiri di belakang tempat duduknya. Perempuan ini tersenyum, aura mahalnya langsung keluar. "Aku Ann, kamu pasti kaget," kata pemilik suara, ibu tiri Rai yang luar biasa. "Ah," buru-buru Gendhis berdiri, tapi Ann menahan bahunya. "No, nggak usah bingung, tetep duduk aja di situ, kamu masih dalam proses penyembuhan," larang Ann. "Rai sudah dua hari nggak pulang, ehm....""Ane-san," sambar Ann saat menyadari kebingungan Gendhis, bagaimana harus me

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-11
  • Candu Cinta Dokter Muda   42. Bagaimana Posisiku?

    "Kamu nggak perlu ngomong ke aku seharusnya," kata Gendhis berusaha tegar. Menjadi simpanan dengan melibatkan hati sudah tentu banyak menguras perasaan. "Tapi aku ngerasa perlu, kamu tau alasanku kenapa begitu," tandas Rai. Sebisa mungkin, Gendhis berusaha mencipta senyum di wajahnya. Ia harus lebih tegas dari Rai agar bisa menjadi kekuatannya. Meski sebenarnya, ada rasa nyeri yang harus ia tahan sendiri, tapi menunjukkannya di depan Rai tentu akan memperparah situasi. "Iya, oke," ujar Gendhis kemudian. "Rai, apa Kiara tau soal aku?" tanyanya hati-hati. Lama tak ada jawaban dari Rai. Sebaliknya di pihak Rai pun, ia bimbang harus menjawab bagaimana. Kiara tahu betul soal Gendhis, bagaimana latar belakang sosial cinta pertamanya itu. Yang Kiara belum ketahui adalah posisi Gendhis saat ini, di mana Gendhis tinggal dan ditampung dengan sangat terbuka oleh Rai. "Tau," ucap Rai lirih. "Kamu pernah di rawat di rumah sakit tempat kami praktik kan.""Maksudku, dia tau gimana hubungan kita

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Candu Cinta Dokter Muda   43. Babak Belur Hidupmu

    "Sini," Rai memilih berbaring di ranjang, meminta Gendhis ikut tidur di sebelahnya."Kamu bukannya mau mandi?" gumam Gendhis heran, tapi ia ikut juga berbaring. "Bentar, masih kerasa gerah," balas Rai. "Nanti sekalian kalau udah mau malem," tambahnya."Ane-san masih di bawah?" "Masih kayaknya. Dia nunggu Ben, kami berangkat bareng nanti malem," cerita Rai. "Artinya kamu bakalan tetep berangkat ya," lirih Gendhis tersendat. "Aku bikinin kamu minum dulu," ujarnya siap melarikan diri tapi Rai menahan lengannya. "Di sini dulu," pinta Rai. "Aku tetep pergi bukan karena nggak menghormati permintaan kamu, tapi aku nurutin perintah Ketua, Ben dan juga Ane-san. Mereka ada di pihak kita, jadi sepengetahuanku, ini nggak bakal merugikan. Ada Mami Eris nanti, keluarga kandungku juga. Ben adalah tipe orang yang penuh kejutan, kita liat apa yang bakalan dia lakuin buat kita nantinya," ceritanya meyakinkan Gendhis. "Aku sadar posisiku, tadi aku minta kamu nggak pergi bukan apa-apa, spontanitas a

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12
  • Candu Cinta Dokter Muda   44. Pemilik Hati

    Selesai dirawat dan diobati oleh Rai, Gendhis tertidur pulas hingga hampir malam. Saat ia bangun, Rai sudah tidak ada di rumah, hanya meninggalkan pesan melalui chat WA bahwa ia berangkat untuk acara dinner. Tidak dapat Gendhis pungkiri, ia tak rela Rai hanyut dalam acara semi resmi dua keluarga besar itu. Namun, ia harus menekan rasa egoisnya demi kebaikan bersama. Menjelang tengah malam, Rai baru pulang. Ia datang sendirian, Ann dan Ben tidak ikut kembali bersamanya. Khawatir dengan kondisi Gendhis, Rai langsung menuju kamarnya. Namun, Gendhis tidak ada di sana, membuatnya sedikit khawatir. "Kenapa, Rai?" tegur Gendhis tepat saat Rai keluar dari pintu kamar. "Dari mana?" tanya Rai tak bisa menyembunyikan wajah paniknya. Senyum Gendhis terkembang, "Aku nggak akan kabur," katanya menahan tawa. "Aku laper, jadi rada nggak fokus, bukan takut kamu kabur," elak Rai gengsi."Bukannya abis dinner? Gimana sih.""Aku nggak makan banyak, masih ada makanan apa?" Rai menghindar, ia beranjak

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-12

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   104. Tanda Keluarga

    "Kami resmi bercerai," desis Gendhis sambil menyesap teh hangat yang disajikan Ann untuknya. "Maaf ya, Gendhis," kata Ann turut prihatin. "Sekarang, kalau kamu butuh bantuan apapun, langsung ke kami aja," ucapnya. "Tolong jangan kasih tau Rai soal masalah aset keluargaku dulu, Ane-san," pinta Gendhis. "Aku nggak mau dia tau soal aku yang minta bantuan ke Mario juga.""Enggak, aku sama Ben sepakat buat nggak bahas apapun soal kamu ke Christ, jadi kamu tenang ya."Gendhis mendesah lega. Hari ini, setelahl putusan cerainya dengan Rai terbit tiga minggu yang lalu, ia sengaja memenuhi undangan Ann untuk datang ke rumah besar. Katanya, Ben berulang tahun dan setelah selesai perayaan ulang tahun Ben, posisinya sebagai ketua akan segera digantikan oleh Rai. "Kalau Rai dateng ajak Kiara, aku harus gimana?" desis Gendhis khawatir. "Aku yang ngundang kamu, jadi kamu tamuku, nggak ada hubungannya sama mereka, ya?" ujar Ann menenangkan. "Tapi gimana aku bakalan nyelametin hatiku, Ane-san?" G

  • Candu Cinta Dokter Muda   103. Setinggi Gengsi

    "Ke mana aja?" tanya Rai, meminta untuk mengobrol berdua saja dengan Gendhis. "Ada," jawab Gendhis. "Sibuk kerja," katanya. "Kamu jalan sama dia?" Rai mengedikkan dagunya ke arah Axel. "Dia banyak bantu aku, bukan hubungan kayak yang ada di pikiranmu. Lagian, seharusnya kamu nggak usah peduli soal sama siapa aku jalan setelah kita cerai kan, Rai?" "Aku cuma nanya doang," gumam Rai. "Minggu ini sidang kita sampe di putusan," ujarnya. "Iya," Gendhis mengisap rokoknya dalam-dalam. "Aku juga dapet pemberitahuan dari pengadilan kok," tukasnya. "Ah, iya," Rai manggut-manggut. "Gimana kamu? Apa ada perkembangan soal kapan tahtanya Ben bakalan turun ke kamu?" tanya Gendhis. "Para tetua udah ngobrol kata Kakek, tinggal nunggu keputusan Ben, kapan dia ngelepasin posisinya.""Soal pernikahan kamu sama Kiara?""Nanti kukirim undangan, lagi dalam proses persiapan," kata Rai. Gendhis tersenyum pias, rasa nyeri menjalari ulu hatinya. Ia sudah belajar untuk mengikhlaskan, membiarkan Rai meng

  • Candu Cinta Dokter Muda   102. Rindu Hadirmu

    "Sejauh mana proses sidang perceraian kalian?" tanya Danisha saat Rai mampir ke kasinonya. "Tinggal nunggu putusan minggu ini. Verstek," ucap Rai seraya meneguk minumannya. "Di mana dia?" tanyanya mengitarkan pandangan. "Seminggu yang lalu, Gendhis ngundurin diri, dia juga nggak mau tinggal di rumah gue lagi," jawab Danisha. Rai tersedak, terbatuk beberapa kali mendengar kalimat Danisha. Matanya memerah kaget, ia sama sekali tidak tahu perihal kepergian Gendhis dari rumah Danisha. "Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalau dia pindah? Pindah ke mana?" tanya Rai. "Emang lo siapanya? Kalian udah cerai kan? Ya ngapain gue laporan ke lo," kata Danisha santai. "Dan nggak tau dia pindah ke mana," tandasnya terlihat sangat puas saat menyadari ekspresi panik dari sang ponakan. "Sha," Rai mendesih kecewa. "Ya paling enggak gue tau harus ngirim akta cerai kami ke alamat mana," tandasnya. "Kasih ke gue, nanti kalau dia hubungin gue, biar gue sampein. Kalau nggak, lo coba ajak dia ketemu, punya

  • Candu Cinta Dokter Muda   101. Awal Mula Terjadi

    "Kamu harus tetep ada di lingkaran kami dan jangan sampe ketemu sama Eriska," pesan Ann sebelum meninggalkan kasino. Setelah selesai masa cutinya, Gendhis kembali masuk bekerja di kasino. Ia sengaja tak mengunjungi Rai di rumah sakit setelah Ben memaksa mengantarnya pulang kemarin lusa. Akan lebih baik jika ia dan Rai tak saling bertemu lagi ketimbang saling melukai. Apalagi proses perceraian keduanya masih berjalan dan Rai sama sekali tak berniat untuk mencabut gugatan. "Aku ada hal penting, bisa ngobrol?" tanya Axel suatu saat, sengaja menemui Gendhis di kasino. "Aku selesai setelah ini," ucap Gendhis, kini posisinya sudah berubah menjadi banker, 3 hari sebagai pramu dan 3 hari sebagai banker. "Oke, kutunggu di meja 8," pamit Axel menunjuk meja yang dipesannya. Axel tampak serius kali ini, ia terlihat gelisah. Saat minuman yang dipesannya tiba pun, ia meneguknya sembarangan. "Sorry, tadi ganti baju dulu," ucap Gendhis mendatangi Axel, senyum ia kembangkan. "Aku ada temuan pe

  • Candu Cinta Dokter Muda   100. Menahanmu Sebentar

    "Dia udah nggak pa-pa. Kayaknya reaksi alergi aja," ucap Ann yang baru saja selesai mengurus obat untuk Rai. "Nggak usah panik ya," katanya. "Kalau alerginya kepicu, dia emang suka begitu?" tanya Gendhis sudah bisa menghela napas panjang. "Seringnya iya, tapi kalau kondisi badan Christ lagi bagus-bagusnya, paling bentol doang di muka," ungkap Ann. "Rada kaget ya karena tiba-tiba?" "Iya, kukira kena serangan jantung," ucap Gendhis asal. Ann tertawa, "Saking bangsatnya si Christ sampe kamu doain begitu ya Ndhis," kekehnya. "Nggak gitu Ann," Gendhis memukul bibirnya pelan, menyesali kalimat asal yang keluar dari sana. "Dia tiba-tiba begitu, nggak ada gejala apa-apa. Dia makan sarapan kayak biasa," ceritanya. Ann tersenyum paham, diberinya kode pada Gendhis bahwa menantunya itu boleh menjenguk sang suami. Ben masih ada di dalam ruangan, entah mengobrol serius apa dengan calon penerusnya itu. "Gendhis," sapa Ben saat melihat Gendhis masuk ke dalam kamar perawatan. "Dia baru boleh pu

  • Candu Cinta Dokter Muda   99. Tidak Pernah Sebelumnya

    "Ngapain lo?" tegur Danisha saat melihat sang ponakan datang ke kediamannya, mengantar Gendhis. "Nganter," jawab Rai singkat. "Ngapain lo minta gue puter balik pulang kalau akhirnya lo anter dia ke sini juga!" gemas Danisha berbisik, kesal juga pada tingkah sang ponakan. "Sekalian gue mau main ke sini, lama nggak main ke rumah Tante," cengir Rai sangat tampan. "Bajingan!" umpat Danisha spontan, "lo nggak bisa bohongin gue. Mulai nyesel kan lo ceraiin dia? Dasar bocil!" "Cerewet!" sungut Rai segera berpaling dari Danisha, ia mengekor langkah Gendhis menuju kamar yang disiapkan untuknya. "Jadi, berapa lama kamu bakalan tinggal di sini?" tanyanya penasaran. Gendhis mengedikkan bahunya, "Belom tau," gumamnya sekenanya. "Setelah ini aku nggak bisa sering menghubungimu, biar aja urusan perceraian diurus Danisha sama suaminya," kata Rai. "Oke," balas Gendhis. "Aku mau istirahat, nanti sore harus kerja lagi," ujarnya mengusir Rai secara halus. "Iya," Rai mengangguk. "Makasih udah di

  • Candu Cinta Dokter Muda   98. Jangan Goyah

    "Aku nggak akan dateng, biar verstek, jadi cepet prosesnya," ucap Gendhis saat Rai mengingatkannya perihal sidang pertama perceraian mereka. "Dan aku pindah dari rumah hari ini," tambahnya membuat Rai yang tengah mengunyah sarapan, menghentikan aktivitasnya. "Nggak ada tuntutan, nggak hadir mediasi, rela pake alasan perselingkuhan dan jadi pihak bersalah, Ben pasti bakalan membunuhku karena bikin kamu ada di posisi itu," gumam Rai menghela napas panjang. "Kamu mau prosesnya berbelit-belit? Biar lama? Mau aku bikin tuntutan balik biar para tetua tau masalah ini?" desis Gendhis muak. "Enggak, makasih," ucap Rai kalah. Gendhis tak bicara lagi, ia memilih untuk membereskan bantal sofa yang berantakan. Diabaikannya Rai yang lanjut menyantap sarapan sendirian. "Kamu nggak sarapan?" tanya Rai, membuka lagi percakapan. "Aku udah goreng telur tadi," jawab Gendhis. "Aku mau mandi dulu, nanti kalau Danisha dateng, tolong suruh tunggu," pintanya. "Kuanter aja ke sana," ucap Rai segera berd

  • Candu Cinta Dokter Muda   97. Sudah Selesai

    "Apa reaksi Ben pas tau berkas kami udah masuk ke Pengadilan?" tanya Gendhis pada Ann yang datang mampir di malam harinya. Ia sengaja mengambil cuti dua hari kerja hingga besok pada Danisha. "Tanpa reaksi. Ben kalau udah muak sama kelakuan Christ bakalan kayak gini, Ndhis. Nggak mau tau dia," balas Ann. "Aku minta maaf untuk udah segampang ini nyerah, Ane-san," ucap Gendhis sambil menyesap rokoknya dalam-dalam. "Mempertahankan rumah tangga kami yang dari awal emang udah nggak sehat ternyata ngehancurin aku banget. Aku nggak mau masalah ini sampe kedengeran sama para tetua dan Rai makin dibuat susah. Ambisi Rai buat mewarisi tahta Ben udah nggak terbendung, bahkan di kekosongan memorinya, ambisi itu tetep kuat banget, ngalahin besar perasaannya ke aku," desisnya pasrah. "Ben tau kamu bakalan bersikap begini, makanya dia ngumpulin orang-orang kita. Kemarahan Ben yang nggak bisa asal ngehukum Christ akhirnya terlampiaskan pas mereka duel kemarin. Kamu jangan merasa bersalah karena Chr

  • Candu Cinta Dokter Muda   96. Sudah Sejak Lama

    Rai-Gendhis, momen pertama kali, 13 tahun lalu ...."Aniki," Gendhis duduk mendekat pada Rai, tak tega juga melihat Rai sudah kepayahan karena terlalu banyak menenggak bourbon-nya. "Udah ya, kamu udah kepayahan, Rai," pintanya lembut. Mendengar suara Gendhis, Rai menaikkan pandangannya. Senyum tampannya terbit, tangannya terulur dan dengan berani mengusap pipi Gendhis."Kamu kerja?" tanya Rai masih dengan senyuman khasnya yang menggoda iman. Gendhis mengangguk lemah, "Aku diminta Kak Dini buat ke sini nemenin kamu. Ayok, sopir kamu udah nunggu, kuanter kamu ke hotel. Kata Kak Dini kamu biasa pulang ke hotel," jelasnya. Rai manggut-manggut, cara duduknya sudah sempoyongan. Ia amati lagi wajah Gendhis yang mulai menarik lengannya, membawa ia untuk dipapah keluar dari ruangan. Disambut Axel yang adalah petugas keamanan bar, Rai dibimbing menuju mobil. "Lo pastiin Aniki sampe di hotel dengan selamat. Bos Arino pesen buat jangan ngebiarin Aniki pergi ke manapun selain pulang ke hotel,"

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status