Home / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 84. Perasaan Tak Asing

Share

84. Perasaan Tak Asing

Author: Sayap Ikarus
last update Last Updated: 2025-04-30 22:01:31

"Aku pengin makan mie instan," sebut Rai suatu sore, tepat saat Gendhis sudah bersiap untuk berangkat bekerja.

"Kamu bisa bikin sendiri, mie-nya ada di kabinet atas kompor, di dapur," ucap Gendhis yang memang sengaja dilibatkan Danisha saat mempersiapkan rumah ini demi merawat kesembuhan Rai.

"Aku nggak akan ngomong ke kamu kalau bisa masak sendiri," ucap Rai.

"Bukannya kamu emang bisa masak? Semua lelaki di keluarga Takahashi punya keahlian masak."

"Masak, bukan bikin mie instan," sahut Rai membuat alasan.

"Aku udah mau berangkat kerja," bantah Gendhis enggan.

"Oh, oke. Jadi emang nggak ada bedanya ada kamu atau enggak," desis Rai mencibir.

"Ya udah, kubikinin dulu," desah Gendhis mengalah. Ia tabrak bahu Rai yang berdiri di pintunya dengan sengaja.

Tanpa Gendhis sadari, senyum simpul terbit di bibir Rai saat merasa berhasil mengerjainya. Entah kenapa, dalam hatinya, Rai pun seakan mendapat kepuasan tersendiri setelah melihat perempuan yang keukeuh ingin ia ceraikan ini bersun
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Candu Cinta Dokter Muda   85. Memanfaatkan Kesempatan

    "Kamu akhirnya kerja di sini, Gendhis," sapa Axel sengaja mencegat Gendhis yang baru selesai mengantar minuman. "Hai," senyum Gendhis terbit, "iya, di sini lebih baik ketimbang di rumah bordil," ungkapnya blak-blakan. "Serius, aku nggak tau gimana ceritanya kamu bisa sampai di sana. Aku perlu denger ceritanya dari kamu langsung," ujar Axel. "Boleh bawain aku vodka dan kita ngobrol bentar?" pintanya. Gendhis mengangguk, dipesankannya minuman keras permintaan Axel pada bartender, kemudian ia bawakan kembali ke meja yang Axel pesan untuk dirinya sendiri itu. Teman lama ini sudah tak berjumpa bertahun-tahun. Terakhir bertemu, suasana sedikit tidak mengenakkan karena Rai yang sengak dan ketus menanggapi Axel. "Setelah diseret Papa dari bar, aku dijual ke rumah bordil, sejak itulah aku jadi pelacur buat bertahan hidup," lirih Gendhis pilu. "Aku minta maaf karena nggak bisa ngelakuin apa-apa buat bantu kamu saat itu, posisiku serba salah," sesal Axel tulus. Gendhis menggeleng cepat, "N

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   86. Gelombang Cemburu dan Rindu

    "Lo cuma cemburu, Christ, ngaku aja!" ledek Danisha menahan tawa gemasnya. "Inget dia aja enggak, gimana mau cemburu," elak Rai gengsi. "Kepala lo nggak inget, tapi hati lo nggak bisa lupa. Mata lo tuh, kayak serigala ngincer mangsa kalau liat Gendhis ngobrol sama pelanggan kita.""Dia ngaku sebagai istri gue tapi tempel sana tempel sini. Istri Aniki, begitu?" "Halah," Danisha mencibir, "anak kecil udah punya istri masih mau nikah lagi, lo sadar deh mending Christ. Fokus aja dapetin tahta ketua tanpa harus nikahin Kiara. Nyakitin Gendhis pada akhirnya bakalan bikin lo hancur kalau sampe ingatan lo balik lagi.""Gue malah mau nyeraiin dia sebelum nikah sama Kiara," ucap Rai mantap. "Yakin? Nggak bakal nyesel? Lo kecintaan banget sih sama Gendhis sebelom separuh otak lo itu ilang. Serius gue nggak peres," sahut Danisha apa adanya. "Jangan sampe nyesel kayak Ben dulu," ujarnya memberi peringatan. "Ben emang kenapa?""Lo lupa kalau Ane-san pernah ngilang selama 3 tahun karena Ben yan

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   87. Gendhis, Istriku

    Gendhis tak kuasa menolak dorongan dalam dirinya saat Rai justru menariknya naik ke ranjang. Mereka masih saling berpagutan, bertukar rindu yang tertahan karena keadaan. Meski dipengaruhi alkohol, Rai tahu bahwa ia tengah menciumi sosok Gendhis. Hatinya menginginkan Gendhis, terbukti dari bagaimana ia kelimpungan mencari Gendhis hingga ke kasino hanya untuk memastikan tak ada satu orangpun yang berani menyentuh sang istri."Rai," Gendhis memaksa melepas pagutan. Ia sudah ada dalam posisi berbaring, Rai ada di atasnya setengah menindih. Ditangkupnya kedua pipi sang suami, sorot mata Rai tampak redup, dipenuhi gairah. "Bukannya tugas istri itu ngelayanin suami?" bisik Rai, sengaja berbisik di samping telinga Gendhis, mengembus napas hangatnya. Sekuat apapun mulut Rai menolak kehadiran Gendhis, hatinya bertolak belakang. Tubuhnya bak sakau saat berada jauh dari sang istri, candu yang Gendhis tanamkan dalam jiwa Rai membuat Rai tak kuasa menahan diri untuk tidak menyentuhnya."Aku harap

    Last Updated : 2025-05-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   88. Tanda Cinta

    Terbangun keesokan paginya dalam kondisi yang masih telanjang, Rai kaget bukan main. Namun, ia berusaha untuk cepat menguasai diri, tak mau membangunkan Gendhis yang juga masih terlelap nyaman di pelukannya."Bajingan emang lo," umpat Rai lirih pada dirinya sendiri. Menyadari bahwa dirinya yang mabuk semalam adalah si bajingan tak tahu malu, Rai meraup wajahnya frustasi. Ia yang dipengaruhi oleh alkohol memang sangat berbahaya, racauan dan tindakannya bisa sangat di luar kendali. "Bourbon sialan!" sungut Rai mengacak rambutnya kesal, masih tersisa rasa pahit di tenggorokannya, juga pening di kepalanya. "Dua orang dewasa, bercinta dalam hubungan resmi yang masih suami-istri, wajar," gumamnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia kenakan brief boxer-nya hati-hati, takut membangunkan Gendhis.Mendengar suara orang mengumpat, Gendhis menggeliat kecil. Beberapa kali ia memicingkan mata, masih enggan terbangun dari tidur berkualitasnya. Namun, begitu hidungnya mencium aroma maskulin ya

    Last Updated : 2025-05-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   89. Syarat Berat

    Ini adalah kali pertama Gendhis diajak untuk ikut dalam acara resmi perkumpulan. Ia yang semula menganggap bahwa rumah besar adalah rumah milik Ben, hanya bisa menganga takjub saat kedatangannya bersama Rai disambut banyak orang dan mereka membungkuk untuk memberi penghormatan. "Kamu nggak bilang kalau ini acara resmi," bisik Gendhis susah-payah mengimbangi langkah lebar Rai yang tak ingin menggunakan kursi roda lagi. "Aku juga nggak tau kalau ada acara," jawab Rai. "Ben marah, makanya dia bikin acara begini," desisnya. "Marah kenapa?" "Entahlah," jawab Rai singkat. Beriringan, dikawal Ardi dan Rudy, Gendhis serta Rai masuk ke halaman utama rumah besar. Suasana asri khas Jepang nampak memanjakan mata. Meski kebingungan dengan apa yang akan terjadi di acara pertemuan ini, Gendhis tak memiliki firasat apapun mengenai dirinya dan juga Rai. Sepengetahuannya, Ben mengadakan acara perkumpulan dan ia juga Rai diminta untuk ikut memeriahkan. "Tunggu di sini dulu, Ben sama Ann belom siap

    Last Updated : 2025-05-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   90. Melawan Keputusan Sendiri

    "Ada apaan ini Kak?" tanya Gendhis panik, ia cengkeram kuat pergelangan tangan Danisha yang mendekatinya. "Ben marah banget pas denger soal Christ mau nyeraiin kamu," balas Danisha. "Makanya dia sengaja ngumpulin orang kita yang terlibat di acara pernikahan kalian buat ngasih pelajaran sama si bangsat itu!" tambahnya. "Tapi pedang yang dipake beneran kan, Kak? Kalau Rai kenapa-napa gimana? Dia belom sembuh dari sakitnya lho Kak," ucap Gendhis khawatir. "Christ biasa terluka pas latihan, kamu nggak perlu panik. Tenang ya.""Nggak bisa Kak, dia bakalan ngehadapin tiga lawan sekaligus lho.""Benji sama Ben punya teknik main pedang yang beda. Hitung-hitung latihan. Kalau Bas, kamu tahu sendiri dia cuma punya satu tangan, harusnya bukan lawan yang berat buat Christ," ucap Danisha tenang sekali. "Ann," sambut Gendhis pada Ann yang mendekat. "Kalau dia kenapa-napa gimana?" tanyanya."Nggak pa-pa. Kalau dia luka, nanti diobatin," balas Ann setenang Danisha.Tak lagi bisa berbuat apa-apa,

    Last Updated : 2025-05-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   91. Tentang Kehormatan Keluarga

    "Nggak perlu," ucap Rai membuat Gendhis yang sudah hampir berdiri mengurungkan niatnya. "Ini masalahku, kehormatanku, biar kubela sampe akhir! Nggak perlu ikut campur," desisnya teguh pendirian. "Tapi kamu bisa luka lebih parah dari ini, Rai," desis Gendhis, ia takut Rai terluka tentu saja. "Aku nggak akan mati di tangan Ben, nggak usah lebai," dumal Rai kesal. Jika boleh jujur, ia kecewa pada Gendhis yang membuatnya harus melalui ini. Seandainya niatan mereka bercerai tidak sampai ke telinga Ben, pertemuam seperti ini tentu saja tidak perlu terjadi. "Ayo!" seru Bastian sudah menghunus pedangnya tepat di depan wajah Rai. "Ahli pedang lebih milih buat motong perutnya ketimbang kehilangan kehormatan," tantangnya memprovokasi.Tak menjawab Bastian, Rai langsung berdiri, ia tangkis hunusan pedang dari pamannya itu dengan katana miliknya. Mereka bertemu lagi di tengah aula, saling lempar pandang serius. "Baru sembuh dari lukamu bukan berarti otakmu juga boleh berlaku pengecut, Christ!"

    Last Updated : 2025-05-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   92. Sekuat Keinginan Berpisah

    Rai menepis lengan Gendhis yang memeluknya, "Nggak usah ikut campur," katanya. "Kamu udah begini, nggak usah gengsi kenapa?" sengal Gendhis kesal. "Ben minta sampe habis nafasku," balas Rai. Perlahan ia menegakkan punggungnya, menantang Ben lagi."Apa sebegitu besar keinginan kamu menceraikanku, Rai?" ucap Gendhis menggigit bibir bawahnya menahan tangis yang siap tumpah lebih banyak. "Sampe kamu ngerasa harus ngalahin Ben juga?" bisiknya tersendat, hancur sudah hatinya. Rai menoleh Gendhis setelah mendengar ucapan pilu istrinya. Ia tertegun beberapa saat, darah di tulang selangkanya tak henti mengalir, melewati liat otot 'abs' di perutnya. Jika boleh jujur, Rai terbentur antara mempertahankan egonya atau menjaga hati Gendhis. Harus ia akui, setelah bercinta semalam dengan Gendhis, hatinya tergerak untuk sedikit mempertimbangkan keputusannya bercerai. Namun, bukankah sumber dari kesakitannya saat ini adalah Gendhis? Istrinya itu yang membuat Ben harus menyelenggarakan pertemuan mend

    Last Updated : 2025-05-03

Latest chapter

  • Candu Cinta Dokter Muda   109. Darah Dagingmu

    "Apa yang dirasain, Ndhis?" tanya Ann sedikit panik. Pasalnya, dalam perjalanan menuju rumah sakit, Gendhis muntah-muntah hebat. Ia mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Saat tiba di rumah sakit pun, Gendhis segera ditangani, dilakukan cek darah dan cek kondisi janin."Kaki sakit banget, Ann," keluh Gendhis. "Lemes banget badanku," tambahnya. "Oke, istirahat aja ya, kamu udah ditangani," ucap Ann perhatian. Ia memberi kode pada Danisha untuk menghubungi Rai, mengingat Gendhis tengah mengandung benih sang calon penerus ketua klan.Selama proses observasi, Gendhis beberapa kali muntah lagi. Hasil cek lab darahnya menunjukkan adanya infeksi tifus. Saat hendak dibawa pulang lagi seusai diperiksa, Gendhis justru perdarahan hebat, ia mengeluh tak bisa berjalan sama sekali. "Nggak pa-pa, janinnya aman," ucap Dokter Rangga, dokter jaga di IGD. "Ibu, harus rawat inap ya," tambahnya. "Iya Dok," jawab Ann yang selalu setia mendampingi Gendhis. "Lakuin yang terbaik pokokn

  • Candu Cinta Dokter Muda   108. Tekad Untuk Bangkit

    "Semenjak dikasih anti mual rasanya lumayan, nggak terlalu teler aku," gumam Gendhis saat menemui Ann bersama Rena dan Danisha yang mengajak untuk bertemu. "Axel tau soal kehamilanku?" tanyanya. Rena mengangguk, "Dia kukasih tau soal pernikahan lo dan Abang, jadi dia nggak salah paham soal kondisi lo," terangnya. "Terus masalah pemindahan aset, apa ada tanggapan dari orang-orang yang berkubu sama keluarganya Kiara, Ren?" tanya Gendhis penasaran. "Sejauh ini, kita masih pergerakan senyap, Ndhis," ucap Arino, suami Danisha yang ikut dalam pertemuan. "Kalau kamu udah siap, kamu harus ketemu sama tim hukum kita, habis itu bakalan kita susun pertemuan para pemegang saham. Mereka harus tau kalau keturunan Robby Januar masih ada," terangnya. "Apa aku bisa?" tanya Gendhis lirih. "Aku cuma lulusan sarjana, itu aja bukan dari perguruan tinggi ternama. Jurusanku bukan di bisnis sama sekali," lirihnya rendah diri. Selama menjadi pelacur, Gendhis memang tak melupakan pendidikan. Ia mengambil

  • Candu Cinta Dokter Muda   107. Hilangkan Dari Hidupku

    Menatap wajah pucat Gendhis yang bungkam padanya, Rai melipat kedua tangannya di depan dada. Hanya mata Gendhis yang seakan bicara bahwa Rai tak perlu lagi peduli perihal dirinya. "Bu Gendhis sudah memperlihatkan tanda-tanda dehidrasi, Dok," lapor Dokter Una pada Rai, dokter yang berjaga di IGD.Rai manggut-manggut, meski kesulitan karena memorinya hilang, ia tak bisa mengabaikan laporan Dokter Una yang masih terlihat menghormatinya itu. Dokter Una memang mendengar alasan cuti Rai adalah karena masalah kesehatan, tapi ia tidak paham jika Rai kehilangan ingatan. "Perlu rawat inap?" tanya Rai berdehem, matanya melirik tajam pada Gendhis. "Kalau saya menyarankan rawat inap Dok, mengingat tubuh Bu Gendhis yang sangat lemah. Asupan satu-satunya yang masuk ke tubuh adalah dari infus. BP rendah sekali," ucap Dokter Una. "Ikut kebijakan Dokter Rai saja," tambahnya. "Ada yang berbahaya nggak kalau dibawa pulang?" gumam Rai. "Riwayat K.E.T pada Mbak Gendhis harus jadi perhatian kan Dok? Ap

  • Candu Cinta Dokter Muda   106. Kenyataan Pahit Tak Terhindarkan

    Gendhis mengerang kecil, sudah hampir 2 hari ini ia kepayahan karena tubuhnya mengalami perubahan. Rasa mual menyergap dirinya tak kenal waktu, tiap menit, apapun yang masuk ke mulutnya pasti akan membuatnya memuntahkan isi perutnya lagi."Aku hamil," ucap Gendhis menoleh Danisha yang datang mengunjunginya ke rumah bordil. "Hah?" Danisha melongo kaget, kalimatnya tercekat di tenggorokan. "Hamil?" desisnya syok. Gendhis mengangguk lemah, ia kepayahan. Dimintanya Danisha mengulur tangan untuk memapahnya keluar kamar mandi dan berbaring di ranjang."Terus gimana?" tanya Danisha bingung."Tetep mau kurawat Kak, nggak pa-pa," jawab Gendhis. "Jangan bilang Rai," pintanya. "Dia bapaknya! Harus tau dong!""Enggak! Jangan, aku nggak mau ngrecokin langkahnya. Tinggal selangkah lagi dia jadi ketua, jangan diganggu, Kak," kata Gendhis tak setuju.Danisha menghela napas panjang, ia tak bisa memahami arah pikiran Gendhis kali ini. Hamil dengan gejala morning sickness saja sudah sangat menyulitka

  • Candu Cinta Dokter Muda   105. Berakhir Tanpa Tapi

    Ketegangan yang terjadi di meja makan dan sempat membuat Gendhis merasa dipojokkan akhirnya cair karena Bastian dan Benji beserta anak dan istrinya datang. Kiara tak lagi bersuara, ia tahu semakin banyak ia bicara, semakin Rai ilfeel padanya. "Ngeliat Christ bawa Kiara ke sini pasti melukaimu," kata Bastian duduk menemani Gendhis merokok di serambi depan. "Sebentar lagi, pengambilalihan aset bakalan selesai prosesnya, keluarga Kiara nggak akan berkutik, ini bakalan jadi pukulan keras buat para tetua juga. Siapkan diri kamu buat tampil dan bikin Christ menyesal," katanya. "Kalau aset yang dikuasai keluarganya Kiara berhasil kita akuisisi, apa semua kekayaannya juga bisa jadi milikku, Bang?" tanya Gendhis. "Bisa jadi, karena kekayaan yang mereka kumpulkan selama 13 tahun ini adalah hasil dari keuntungan atas aset keluargamu yang mereka kuasai dari hasil menipu dan menjebak papamu.""Ada dua himpunan pengacara yang kita rekrut di pihak kita," kata Benji ikut menimpali, ia datang memba

  • Candu Cinta Dokter Muda   104. Tanda Keluarga

    "Kami resmi bercerai," desis Gendhis sambil menyesap teh hangat yang disajikan Ann untuknya. "Maaf ya, Gendhis," kata Ann turut prihatin. "Sekarang, kalau kamu butuh bantuan apapun, langsung ke kami aja," ucapnya. "Tolong jangan kasih tau Rai soal masalah aset keluargaku dulu, Ane-san," pinta Gendhis. "Aku nggak mau dia tau soal aku yang minta bantuan ke Mario juga.""Enggak, aku sama Ben sepakat buat nggak bahas apapun soal kamu ke Christ, jadi kamu tenang ya."Gendhis mendesah lega. Hari ini, setelahl putusan cerainya dengan Rai terbit tiga minggu yang lalu, ia sengaja memenuhi undangan Ann untuk datang ke rumah besar. Katanya, Ben berulang tahun dan setelah selesai perayaan ulang tahun Ben, posisinya sebagai ketua akan segera digantikan oleh Rai. "Kalau Rai dateng ajak Kiara, aku harus gimana?" desis Gendhis khawatir. "Aku yang ngundang kamu, jadi kamu tamuku, nggak ada hubungannya sama mereka, ya?" ujar Ann menenangkan. "Tapi gimana aku bakalan nyelametin hatiku, Ane-san?" G

  • Candu Cinta Dokter Muda   103. Setinggi Gengsi

    "Ke mana aja?" tanya Rai, meminta untuk mengobrol berdua saja dengan Gendhis. "Ada," jawab Gendhis. "Sibuk kerja," katanya. "Kamu jalan sama dia?" Rai mengedikkan dagunya ke arah Axel. "Dia banyak bantu aku, bukan hubungan kayak yang ada di pikiranmu. Lagian, seharusnya kamu nggak usah peduli soal sama siapa aku jalan setelah kita cerai kan, Rai?" "Aku cuma nanya doang," gumam Rai. "Minggu ini sidang kita sampe di putusan," ujarnya. "Iya," Gendhis mengisap rokoknya dalam-dalam. "Aku juga dapet pemberitahuan dari pengadilan kok," tukasnya. "Ah, iya," Rai manggut-manggut. "Gimana kamu? Apa ada perkembangan soal kapan tahtanya Ben bakalan turun ke kamu?" tanya Gendhis. "Para tetua udah ngobrol kata Kakek, tinggal nunggu keputusan Ben, kapan dia ngelepasin posisinya.""Soal pernikahan kamu sama Kiara?""Nanti kukirim undangan, lagi dalam proses persiapan," kata Rai. Gendhis tersenyum pias, rasa nyeri menjalari ulu hatinya. Ia sudah belajar untuk mengikhlaskan, membiarkan Rai meng

  • Candu Cinta Dokter Muda   102. Rindu Hadirmu

    "Sejauh mana proses sidang perceraian kalian?" tanya Danisha saat Rai mampir ke kasinonya. "Tinggal nunggu putusan minggu ini. Verstek," ucap Rai seraya meneguk minumannya. "Di mana dia?" tanyanya mengitarkan pandangan. "Seminggu yang lalu, Gendhis ngundurin diri, dia juga nggak mau tinggal di rumah gue lagi," jawab Danisha. Rai tersedak, terbatuk beberapa kali mendengar kalimat Danisha. Matanya memerah kaget, ia sama sekali tidak tahu perihal kepergian Gendhis dari rumah Danisha. "Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalau dia pindah? Pindah ke mana?" tanya Rai. "Emang lo siapanya? Kalian udah cerai kan? Ya ngapain gue laporan ke lo," kata Danisha santai. "Dan nggak tau dia pindah ke mana," tandasnya terlihat sangat puas saat menyadari ekspresi panik dari sang ponakan. "Sha," Rai mendesih kecewa. "Ya paling enggak gue tau harus ngirim akta cerai kami ke alamat mana," tandasnya. "Kasih ke gue, nanti kalau dia hubungin gue, biar gue sampein. Kalau nggak, lo coba ajak dia ketemu, punya

  • Candu Cinta Dokter Muda   101. Awal Mula Terjadi

    "Kamu harus tetep ada di lingkaran kami dan jangan sampe ketemu sama Eriska," pesan Ann sebelum meninggalkan kasino. Setelah selesai masa cutinya, Gendhis kembali masuk bekerja di kasino. Ia sengaja tak mengunjungi Rai di rumah sakit setelah Ben memaksa mengantarnya pulang kemarin lusa. Akan lebih baik jika ia dan Rai tak saling bertemu lagi ketimbang saling melukai. Apalagi proses perceraian keduanya masih berjalan dan Rai sama sekali tak berniat untuk mencabut gugatan. "Aku ada hal penting, bisa ngobrol?" tanya Axel suatu saat, sengaja menemui Gendhis di kasino. "Aku selesai setelah ini," ucap Gendhis, kini posisinya sudah berubah menjadi banker, 3 hari sebagai pramu dan 3 hari sebagai banker. "Oke, kutunggu di meja 8," pamit Axel menunjuk meja yang dipesannya. Axel tampak serius kali ini, ia terlihat gelisah. Saat minuman yang dipesannya tiba pun, ia meneguknya sembarangan. "Sorry, tadi ganti baju dulu," ucap Gendhis mendatangi Axel, senyum ia kembangkan. "Aku ada temuan pe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status