Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 95. Untuk Sebentar Saja

Share

95. Untuk Sebentar Saja

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 21:23:28

"Apa pilihannya cuma menikahi Kiara?" tanya Gendhis setelah selesai mengatur napasnya yang terengah.

Masih sama-sama belum berpakaian lengkap, Rai dan Gendhis membungkus tubuh di dalam selimut yang sama. Perasaan cinta yang semula terbina manis dan diperjuangkan sekuat tenaga, kini hampir menguap tak bersisa karena hilangnya kenangan di kepala Rai atas istrinya. Namun, hati Rai sepertinya tahu bahwa Gendhis adalah perempuan yang dipilihnya, bukan penjebak seperti yang ia tuduhkan selama ini.

"Pengaruh keluarga Kiara di bisnis keluarga Takahashi cukup gede, iya, harus menikahi Kiara," balas Rai dengan nada suara datar. "Aku bakalan membayarmu atas jasa tidur bersama ini, berapa yang kamu minta?"

"Jadi, sekarang aku bakalan jadi pelacur profesionalmu? Kamu nggak ngerasa kujebak lagi?" lirih Gendhis tertawa pias. "Aku susah-payah melepasmu, Rai. Tapi aku nggak berdaya kamu jamah begini," desisnya.

"Tubuhku menginginkanmu," ungkap Rai jujur. "Otakku yang nggak punya empati buat kamu,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nindi Yati
kok nyesekkk sihhh
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   117. Langkah Selanjutnya

    Akhirnya, Gendhis dibawa pulang ke rumah Bastian, pemiliknya lebih sering tidur di hotel milik keluarga ketimbang di rumahnya sendiri. Di sana, Gendhis akan dirawat oleh Indri, kenalan Rena yang sudah sangat akrab dengan keluarga Wisanggeni. "Kalau perlu apa-apa, Mbak bisa panggil saya," kata Indri ramah. Mengingat kondisi Gendhis yang memang belum sehat 100 persen dan masih belum kuat untuk berjalan, Indri disiagakan 24 jam nonstop. Semua kebutuhan Gendhis sudah disiapkan, termasuk apabila Gendhis membutuhkan bantuan mengenai keuangan. "Ben," sambut Gendhis yang tak menyangka akan mendapat kunjungan dari mantan mertuanya. "Gimana? Sehat udah?" tegur Ben sedingin biasanya. "Lumayan. Tapi masih belum bisa jalan," tandas Gendhis. "Makanya kubawa tim hukum ke sini," ujar Ben menunjuk ke arah pintu, ada tiga orang lelaki dan seorang perempuan ikut bersamanya. "Mereka yang bakalan ngejelasin soal proses akuisisi aset keluargamu," terangnya. "Makasih Ben," kata Gendhis penuh rasa syu

  • Candu Cinta Dokter Muda   116. Tak Perlu Membahayakannya

    "Visit dokter?" tanya Danisha yang melihat Rai masuk ke kamar perawatan Gendhis diiringi beberapa dokter residen lain di belakangnya. "Enggak, mereka cuma pengin tau perkembangan Gendhis," jawab Rai sambil tersenyum ke arah cinta matinya. "Gimana kondisinya? Apa kata Dokter Andri?" "Katanya aku bisa dibawa pulang nanti malem misal semuanya stabil. Beruntung kerusakan hati dan ginjalku nggak sampe parah dan memerlukan cuci darah rutin," jawab Gendhis mulai fasih diajak bicara. "Kamu mulai kerja hari ini?" tanyanya. Rai mengangguk, "Dari tadi siang tepatnya. Ini baru aja selesai dari poli," katanya. "Bawa pulang ke rumah gue aja, Sha," pintanya menoleh Danisha. "Biar gue yang pantau langsung.""Enggak!" tolak Gendhis tegas. "Aku pulang ke rumah bordil, ada Mami yang bakalan rawat aku di sana selama masa penyembuhan," tambahnya. "Gendhis belom bisa jalan, Christ, kakinya masih lemas," lapor Danisha seolah tak mendukung penolakan Gendhis. "Bawa ke rumah gue aja, gimana?" tawarnya win-

  • Candu Cinta Dokter Muda   115. Ancaman Besar

    "Abang mau ke mana?" tanya Kiara manja, ia tak tahu jika ingatan Rai sudah kembali seperti sedia kala. "Aku ada urusan. Hari ini aku resmi mulai kerja lagi di rumah sakit, banyak yang harus kusiapin," jawab Rai, tak acuh. "Tapi aku belum selesai nyoba baju pengantin," tahan Kiara. "Sebentar doang, tunggu aku ganti biar kamu liat model bajuku ya, Bang," pintanya. "Sama aja kan baju pengantinnya? Biar surprise, aku nggak usah liat," kata Rai. "Kamu balik sama Rudy, nanti kukirim dia ke sini," tandasnya lantas melengos pergi. "Kenapa sih!" sengal Kiara, ia berlari mengejar, seakan punya firasat bahwa Rai memang berbeda kali ini. "Tiga hari lagi kita bakalan nikah lho Bang, ini fitting final," gumamnya berusaha mengimbangi langkah Rai menuju parkiran. "Justru itu, karena udah deket hari-H, harusnya biar orang lain kan yang ngurus? Kita sibuk kerja.""Kamu jadi nyebelin ini, ingatan kamu udah kembali? Atau, kamu mulai tergoda buat ngurusin pelacur itu lagi mentang-mentang sekarang pos

  • Candu Cinta Dokter Muda   114. Jurang Dalam Penyesalan

    Enam hari lamanya, Gendhis melalui banyak perawatan termasuk transfusi darah dan trombosit. Organ tubuhnya banyak mengalami infeksi, tapi, berkat doa banyak orang, Gendhis berhasil melalui masa kritisnya dan dipindahkan ke ruang perawatan setelah menghabiskan sekitar 12 hari total menghuni ruang ICU. Kembalinya kesadaran Gendhis disambut banyak orang, termasuk Rai yang sudah kembali menjadi dirinya, Rai yang dicintai dan mencintai Gendhis dengan seisi dunianya. "Kamu luka," lirih Gendhis, meski sudah bisa diajak mengobrol, ia masih menghemat suaranya. Mulutnya dipenuhi luka, bibirnya masih sering berdarah saat digerakkan sedikit saja. "Luka yang bikin aku bisa inget soal kamu sepenuhnya," kata Rai melebarkan senyum. Ia remas jemari Gendhis, matanya mengembun, rasa bersalah membungkus tubuhnya kuat sampai kehilangan suara untuk sekadar berucap. "Syukurlah," balas Gendhis terbata. Ia menangis, menyadari bahwa tidak ada yang bisa Rai perbaiki dari hubungan mereka. "Serius, Ndhis. Ras

  • Candu Cinta Dokter Muda   113. Unbreak The Broken

    Rai tak lama bertahan di ruang ICU menunggui Gendhis malam itu. Ia harus kembali ke perjamuan, Kiara meneleponnya. Tentu saja fokus di kepalanya menjadi terbagi, Rai dihantui ketakutan kehilangan yang tidak bisa dijelaskan. Konsentrasi menyetirnya buyar, apalagi Kiara tak henti menghubunginya berkali-kali. "Aku di perjalanan ke rumah Taka-Sama," ucap Rai menjawab teleponnya. 'Abang ke mana? Tiba-tiba ngilang nggak pamit sama sekali! Nggak ngehormatin Papaku deh,' sungut Kiara di seberang sana. "Bentar lagi sampe," kata Rai dan tanpa menunggu Kiara menjawabnya lagi, ia matikan ponselnya. Melihat kondisi Gendhis yang ada di ambang hidup dan mati, hati Rai dihantam godam bersalah yang besar. Gendhis harus melalui banyak peristiwa setelah bercerai dengannya, bukankah kehamilan Gendhis juga karena tengah mengandung janinnya? Kini, selain kehilangan janin untuk kedua kali, Gendhis juga harus menghadapi kematian di depannya, lagi dan lagi. Saking ruwet dan sibuknya kepala Rai, ia tak sa

  • Candu Cinta Dokter Muda   112. Menemuinya Sebentar Saja

    Pasca kondisinya drop dan tubuhnya menguning, Gendhis diputuskan harus dirawat di ICU. Tekanan darahnya terus menurun, selama tiga hari dirawat di ICU, Gendhis tidak menunjukkan tanda-tanda membaik. Saturasi oksigennya selalu rendah, ia sadar tapi tak bisa melakukan apa-apa. Dokter mengatakan, Gendhis mengalami gejala kerusakan hati dan ginjal, tubuhnya membengkak, ia demam tinggi. Dan selama Gendhis menderita, Rai sama sekali tak mengunjunginya. Hanya ada Axel yang diberi tanggung jawab untuk mengurus semua kebutuhan Gendhis."Sepsis," sebut Axel saat Ann datang mengunjungi Gendhis, dua hari kemudian. "Bicaranya ngelantur, udah nggak bisa diajak komunikasi sama sekali, kata dokter, Gendhis harus berjuang keras karena fungsi hati dan ginjalnya menurun drastis akibat sepsis ini, Ane-san," lapornya."Aku baru sempat ke sini, hari ini Christ resmi jadi ketua perkumpulan, ada perjamuan, jadi aku nggak bisa melarikan diri," kata Ann menyesal. "Sepsis, bahaya banget. Semoga Gendhis bisa be

  • Candu Cinta Dokter Muda   111. Selamat Berpisah

    "Aku nggak mau bikin kamu terikat denganku karena adanya janin itu," ungkap Gendhis setelah ia dan Rai sama-sama menenangkan diri. "Tinggal sebentar lagi kamu bakalan jadi penerusnya Ben, mana mungkin aku ganggu jalanmu di saat kita udah nggak jadi suami-istri," tambahnya. "Kebohongan apalagi yang kamu ciptain? Apa memuaskan bisa bersikap begitu sama orang yang nggak punya kenangan sama sekali di masa lalu?" serang Rai taktis. "Kamu aja nggak inget aku, ambisimu adalah nikahin Kiara biar lancar posisimu nanti pas jadi ketua. Apa aku bisa ngerasa puas?" "Kamu sengaja begini, Ndhis. Ngebuat aku ngerasa bersalah di detik-detik terakhir. Tapi kamu harus tau, aku nggak akan mundur, semua udah diatur," ujar Rai teguh. "Aku tau, aku juga nggak akan minta apapun dari kamu, toh janinku juga udah nggak bisa kupertahanin," ucap Gendhis sekuat baja, begitu datar suaranya seperti sudah kehilangan rasa sakit di dalam dirinya. "Sialan!" umpat Rai habis kata-kata. Hatinya bimbang bukan main tent

  • Candu Cinta Dokter Muda   110. Potongan Memori

    Rai duduk tercenung di sofa, pandangannya nanar ke arah lantai. Sementara, di ranjang kamar perawatan, Gendhis sudah terlelap. Sudah hampir dini hari, tapi rasa syok akibat kabar yang tiba-tiba tadi sore membuat Rai benar-benar kesulitan mencerna kenyataan-kenyataan lainnya. "Dia nggak bilang kalau itu anakku. Gendhis bersikeras kalau aku nggak ada hubungannya sama janin itu. Aku marah, Ann," ungkap Rai lirih, sengaja tak ingin mengganggu Gendhis beristirahat. "Sekarang udah nggak ada lagi, nggak perlu kamu sesali. Seharusnya kalau kalian sempat berhubungan, kamu mikir lebih jauh Christ. Gendhis nggak mungkin berkhianat sama ikatan pernikahan kalian. Kami nikahin kalian itu dalam ikatan yang suci lho, menurut ritual keluarga yang sakral, jangan kamu remehin," omel Ann mengurut kepalanya gemas. "Berantakan semua gara-gara kepalamu nggak inget sama sekali ke dia," desisnya kesal. "Tinggal dua minggu lagi penyerahan posisi Ben, aku terlalu fokus sama itu," ucap Rai menyesal. "Bukan sa

  • Candu Cinta Dokter Muda   109. Darah Dagingmu

    "Apa yang dirasain, Ndhis?" tanya Ann sedikit panik. Pasalnya, dalam perjalanan menuju rumah sakit, Gendhis muntah-muntah hebat. Ia mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Saat tiba di rumah sakit pun, Gendhis segera ditangani, dilakukan cek darah dan cek kondisi janin. "Kaki sakit banget, Ann," keluh Gendhis. "Lemes banget badanku," tambahnya. "Oke, istirahat aja ya, kamu udah ditangani," ucap Ann perhatian. Ia memberi kode pada Danisha untuk menghubungi Rai, mengingat Gendhis tengah mengandung benih sang calon penerus ketua klan. Selama proses observasi, Gendhis beberapa kali muntah lagi. Hasil cek lab darahnya menunjukkan adanya infeksi tifus. Saat hendak dibawa pulang lagi seusai diperiksa, Gendhis justru perdarahan hebat, ia mengeluh tak bisa berjalan sama sekali. "Nggak pa-pa, janinnya aman," ucap Dokter Rangga, dokter jaga di IGD. "Ibu, harus rawat inap ya," tambahnya. "Iya Dok," jawab Ann yang selalu setia mendampingi Gendhis. "Lakuin yang ter

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status