Home / Romansa / Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta / makhluk Tuhan paling seksi

Share

makhluk Tuhan paling seksi

Author: Ana Battosai
last update Last Updated: 2022-06-28 09:59:46

🌷🌷

Pagi-pagi buta suara Dewi sudah membuat gaduh saat nongol di kamar, padahal ayam tetangga saja belum pada bangun. Lah ini anak udah stand by aja dimari.

“The. Ada kabar baik buat kamu!” Dewi menarik selimut yang menutupi tubuhku.

“Paan, sih, Wi. Ini masih pagi tau!” Aku malas membuka mata. Lampu dan gorden pun masih tertutup rapat. Jika pun sudah siang, Bi Sumi pasti membangunkanku.

“Pagi dari Hongkong. Udah jam sembilan loh, The!” Dewi menarik tanganku agar duduk. Oke, aku manut. Dewi bisa lebih sadis dari ibu tiri jika keinginannya tidak dituruti.

Aku bisa menebak, jika Dewi bersekutu dengan Bi Sumi agar masuk zona nyamanku. Dasar mereka wanita nggak ada akhlaq!

Aku melihat Dewi sudah rapi dengan dandanan yang natural. Bibir yang hanya dilapisi lipensetip tipis, ditambah taburan bedak bayi membuatnya terlihat lebih segar kaya asinan Bogor.

“Mandi, gih. Jangan lupa hari ini ada kencan buta hari kedua!” Dewi menunjukkan angka dua dengan jarinya.

Ish, lagi-lagi Dewi mengingatkan hal yang tidak ingin aku dengar. Memang kemarin aku mengiyakan untuk melanjutkan permainan ini sampai tiga puluh hari ke depan, tapi jika dipikir ulang rasanya hanya aku yang akan lelah. Mencari jodoh tidak semudah mencari kutu di kepala kucing. Susah, Bray!

“Aku males, Wi. Mau makan dulu,” ucapku seraya berdiri hendak keluar kamar. Biasanya jam segini Bi Sumi sedang memasak sesuatu untuknya sarapan, jadi bisa sekalian minta jatah makanannya.

Di dapur tampak wanita berusia lima puluh tahun tengah menggoreng telur. Wajahnya menoleh lalu tersenyum saat menyadari kehadiranku dan Dewi.

Bi Sumi sudah mengabdi di sini hampir empat tahun, tepatnya setelah Mama meninggal. Papa meminta beliau untuk beres-beres saja, tidak mewajibkan memasak atau menginap. Jika pekerjaannya sudah selesai, ia boleh pulang dan kunci rumah bisa dititipkan ke satpam komplek.

“Sarapan, Mbak The,” tawarnya. Aku mengangguk, lalu duduk di meja makan. Dewi yang rupanya mengikuti ikut duduk di sebelahku dan membuka tudung saji. Mataku dibuat takjub dengan banyaknya makanan di sana.

“Siapa yang beli, ini? Buju buneng. Banyak bener!” seruku saat melihat makanan di meja. Ada batagor, siomay, bala-bala, dan tak lupa odading Mang Solihin yang terkenal seantero komplek seksi.

Dewi menepuk dadanya, sebagai pertanda dialah pahlawan kesiangan yang membelikan semua makanan itu.

Tanpa ba bi bu, aku mengambil dua buah odading lalu melahapnya. Tak lupa berdoa juga berharap semoga setelah memakannya aku bisa berubah menjadi cantik.

Uhukkk ... saking semangatnya aku tersedak. Dewi menepuk-nepuk punggung lalu menyodorkan segelas air.

“Pelan-pelan napa, The.”

Tersedak membuatku kehilangan selera makan. Kata mendiang Mama, kalau kita dibelikan makanan lalu tersedak, itu tandanya orang yang membelikan tidak ikhlas. Oke, fix. Dewi nggak ikhlas.

“Makan lagi, The. Aku beli ini buat kamu,” ucapnya. Aku diam sambil melap mulut dengan tissue.

“Hari ini ketemuan di mana, Wi?”

“Tempat kemarin, The.”

Dewi menyerahkan ponselnya agar aku bisa melihat seperti apa lelaki yang akan berkencan denganku hari ini.

Namanya Roy Bayangan. Lelaki blasteran karena terlihat dari bibirnya yang mirip bule Eropa, namun matanya mirip orang Arab. Bagaimana bentuknya, silakan bayangkan saja sendiri. Yang terpenting buatku, dia ganteng. Titik!

“Ketemuan jam berapa?”

“Siang ini.”

“Oke. Aku siap-siap dulu!” Aku beranjak meninggalkan dapur, mandi dan ganti pakaian.

🌷🌷

Grup Cenat cenut Cinta, sedikit aneh menurutku. Meskipun begitu, sudah banyak pasangan manusia yang naik ojek, eh, pelaminan berkat grup ini. Followersnya pun bikin geleng-geleng kepala. Banyak!

Kedai kopi ini langganan aku dan Dewi nongkrong jika pulang kerja, dan hampir semua karyawan di sini hafal benar apa yang biasa kami pesan.

Setelah memilih tempat duduk yang nyaman, seorang waiters yang mengenakan seragam kedai berwarna hitam kuning membawakan minuman. Tentu saja, es kopi ditemanu sepiring pisang goreng.

Jujur saja aku masih trauma dengan kencan pertama. Lelaki yang kemarin pun tampak sempurna, bahkan idaman banget. Namun, ya sudahlah. Jangan dibahas. Anak Mama, go away. Manja! Lalu bagaimana dengan yang sekarang?

“The, dia bentar lagi sampai!”

Dewi mengarahkan ponselnya di depan wajahku. Melalui layar GPS, aku bisa melihat bulatan kecil berwarna merah bergerak perlahan. Namun untuk kali ini Dewi enggan membiarkan aku sendiri. Dewi Fortuna ini pun ingin melihat sosok Roy Bayangan yang memiliki fans garis keras sampe ribuan.

Cringg ... lonceng di pintu berbunyi saat dibuka, pertanda ada pengunjung datang.

“Sumpah demi Dewi persik, eh salah. Demi Dewi Fortuna. Ganteng banget, Theresia!” Dewi yang duduk di sebelahku menatap ke arah pintu dengan mulut menganga. Air liurnya nyaris meluncur, namun dengan cepat ia meraih selembar tissue lalu menyekanya. Ish, jorok!

Lelaki tinggi itu sesuai dengan yang di foto. Tinggi, putih, hidung mancung, ganteng dan seksi dengan tubuh berotot. Pastinya bukan editan kamera jahanam. Ini asli ganteng made in rahim.

“Halo ... boleh saya duduk?” tanyanya. Aku hanya bisa mengangguk, kehabisan kata-kata saking terpesona dengan ciptaan Tuhan yang maha sempurna ini. Aku menoleh ke arah Dewi, ia pun sepertinya sama sepertiku. Speechless!

“Oh, iya. Maaf. Kamu Theresia, 'kan?” tanyanya, ia lalu mengulurkan tangannya. Refleks, Dewi menyambar tangan kekar itu terlebih dulu.

“Saya, Dewi. Temannya Theresia!” Dewi nyengir memamerkan keindahan senyumannya, bonus lesung pipi yang dalamnya mirip sumur.

Aku menepuk kening, tidak habis pikir dengan tingkahnya. Usia aku dan Dewi hanya berbeda setengah minggu, bedanya Dewi lebih beruntung daripada aku, karena ia akan segera melangsungkan pernikahan beberapa bulan lagi.

Aku berdehem, menetralisir radikal bebas. Dewi pun menawarkan minum untuk Roy. Dan beruntungnya lelaki ini menyukai kopi. Yes, dia lelaki sejati. Bukan lelaki rumahan yang setia di bawah ketiak Mama.

Untuk beberapa saat lamanya, kami bertiga hanyut dalam canda tawa. Roy Bayangan pandai bermain kata, membuatku terbuai dan yakin untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang yang lebih serius.

Oh, Roy! Kamu adalah makhluk Tuhan yang paling seksi!

Pesanan kopi milik Roy datang, si Mbak waiters pun dibuat terpesona sampai saat hendak meletakkan kopi di meja, tangannya menyenggol nampan yang ia bawa dan kopi panas itu nyaris tumpah. Namun dengan cepat tangan Roy menahannya, maka jadilah adegan saling berpegangan tangan pada secangkir kopi. Membuatku sukses hareudang!

Wajah Mbak waiters memerah, setelah mengucapkan maaf dan terima kasih ia undur diri. Lalu kami pun melanjutkan obrolan.

Roy mengangkat kaki kanannya lalu bertumpu pada kaki kiri. Oh, God. Sumpah demi apa aku memperhatikan semua gerakannya. Ini cowok perfect abis!

Yang baju merah jangan sampai lolos. Genderang perang bertalu-talu menyuarakan agar jangan sampai melepaskan momen berharga ini. Roy, kamu adalah milikku!

Sesi pertanyaan tentang latar belakang pun dimulai. Roy bercerita bahwa ia adalah seorang binaragawan dan instruktur di sebuah pusat kebugaran. Ucapannya bisa dipercaya melihat tubuhnya yang kekar dan macho. Aww!

“Usiaku 42 tahun,” ucapku. Dalam hati aku berdoa agar dia tidak keberatan dengan usiaku yang sudah tua.

Roy tersenyum manis, membuta hati ini meringis ingin memiliki bibir ranumnya. Eh, belum halal, woy! Sadar, The, sadar!

Roy mengangguk paham, dan mengatakan ingin mengadakan pertemuan selanjutnya. Itu artinya jika kencan buta ini berhasil.

Horeee ... Papa ... The pulang bawa calon mantu ganteng! Please, ya. Cuma teriak dalam hati.

Saat hendak sesi pertukaran nomor telepon, aku menghidu aroma lain dari bawah meja yang membuatku mual.

Huek ... Dewi yang sudah tidak tahan dengan baunya bereaksi lebih cepat. Ia tancap gas menuju toilet.

Kepalaku berada di bawah meja, mencari sumber masalah. Masa iya ada bangkai buaya darat di kolong kedai kopi. Namun pada nyatanya bersih, bangkai nyamuk pun tidak ada. Yang ada hanya sepasang kaki yang dibalut sepatu hitam. Oh, no! Jangan-jangan ....

Tak lama Dewi muncul dan kembali duduk bergabung. Aku menatap wajah Roy yang masih terlihat tenang.

“Sorry, ya. Kamu pasti mencium aroma dari sepatu aku ya,” tuturnya polos.

Buset, itu sepatu udah berapa bulan nggak dicuci.

Dewi menyikut lenganku dan mengatakan supaya pergi, dan dengan cekatan menarik tanganku agar segera menjauh dari TKP.

“The, saya belum tau nomor hape kamu!” Terdengar teriakan Roy. Dewi semakin mempercepat langkahnya. Aku bingung dengan sikap temanku ini, di satu sisi ia ingin aku segera punya pasangan, giliran yang sempurna ada di depan mata malah disia-siakan.

“Wi ....” Aku menarik tangannya agar berhenti saat kami sudah jauh dari kedai. Ia manut, lalu menoleh ke arahku.

“Aku tekan tombol failed ya untuk kencan hari ini.”

“Kok gagal, sih, Wi!” protesku.

“Dia ganteng. Tapi nggak bisa ngerawat dirinya, The. Gimana dia mau jagain kamu coba.” Dewi mengeluarkan unek-uneknya.

“Tapi bagi aku dia sempurna, Wi!”

“Kesempurnaan hanya milik Tuhan, kamu dan aku atau dia, hanya manusia biasa!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    END

    Saat aku tengah tertawa, tiba-tiba Teguh bangkit dan berjalan ke wastafel cuci piring lalu menyalakan keran dan membasuh wajahnya. “Om kacamata, jangan dihapus dulu make-upnya!” teriak Beha tidak terima. Ia berlari mendekati lelaki itu, tapi Teguh tidak menggubris perkataannya. Teguh menghapus make-up yang menempel di wajahnya, setelah dirasa bersih, ia mengambil tissue di meja makan dan melap kering wajahnya. “Om ....” Beha menarik celana Teguh, wajahnya sendu dan matanya basah. “Sini, Sayang. Dandanin Om Manis, aja!” teriak Denis. Aku yang semula melihat ke arah Teguh, kini beralih ke Denis. Wajahnya sudah tidak karuan akibat ulah Bra, tapi dia santuy dan tidak protes. Wajah Beha kembali semringah, ia lalu berlari dan mulai ikut mendandani Denis. Tapi kali ini dia mulai merias rambut Denis dengan koleksi jepitan miliknya. “The, saya pamit pulang. Ada metting mendadak!” seru Teguh.Tanpa melihat ke arahku dan si kembar, lelaki jangkung itu berlalu. Di dalam sini, ada yang

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 19

    🌷🌷 Hari pertama selesai, meski ada sedikit insiden kecil. Denis dan Teguh tidak bisa menghias rambut si kembar dengan rapi. Maklum, lah, mereka berdua 'kan masih bujang, belum khatam soal mengurus anak kecil. Akhirnya setelah aku rayu keduanya mengikhlaskan rambut diikat ala kadarnya. Setelah makan malam, Bra dan Beha tertidur pulas di kamarku. Malam ini, sampai tujuh hari ke depan aku harus rela berbagi kamar dengan mereka. Aku tidak masalah, itung-itung belajar jika suatu hari nanti memiliki anak dari pernikahanku dengan salah satu dari lelaki ini. Denis atau Teguh? “The ... aku pulang,” ucap Denis. Aku mengangguk. Teguh pun mengucapkan kalimat yang sama. Aku mengantar kedua lelaki itu sampai teras. “Tunggu!” seruku pada keduanya. Denis dan Teguh memutar badannya menghadapku. “Kenapa, The?” tanya Teguh. “Saranku kalian nyerah aja. Aku yakin ucapan Papa siang tadi nggak serius soal kompetisi konyol ini. Jadi aku harap kalian besok nggak usah datang ke sini lagi,” uc

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 18

    🌷🌷Papa melarikan diri di kamar, menguncinya rapat agar tidak diganggu si kembar. Idih, curang.“Papa minta bantuan kamu, The, awasin mereka!” seru Papa sebelum pintu kamar terkunci.Papa yang punya rencana, kenapa aku yang harus merana? Untung dia Papaku, kalo bukan, udah aku hiiih!Aku terduduk di sofa, lemas. Sementara telinga harus kebal saat si kembar mulai berteriak-teriak.Denis dan Teguh saling sikut, Denis berbisik pada Teguh, tapi aku masih bisa mendengar.“Cara bedain mereka gimana, Guh?”“Ntah, Den. Aku juga nggak tau!”Aku tertawa dalam hati. Si kembar memiliki wajah dan postur tubuh yang sama. Bahkan tahi lalat di wajah pun sama, panjang rambut pun tidak beda. Yang membedakan hanya cara menata rambut mereka. Jika Bra terbiasa dikuncir dua, sedangkan Beha selalu ingin dikepang.“Om, Manis, Bra mau maen sepeda! serunya pada Denis. Ia sepertinya menyukai Denis yang hitam manis mirip gula jawa.“Om, Kacamata, Beha juga mau! Ayo ambil sepeda di garasi!” seru Beha pada Teguh

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab. 17

    🌷🌷Aku membolak-balikkan tumpukan berkas di hadapan. Belum lagi kerjaan lain yang menunggu untuk segera diselesaikan. Aku harus bagaimana. Pikiranku terus berada di rumah, memikirkan hal aneh-aneh yang akan dilakukan Papa ke Denis dan Teguh.Bagaimana nasib mereka?Tiba-tiba pikiranku memutar memori kejadian kencan dua minggu yang lalu, aku menjalani kencan buta dengan orang yang berbeda. Rasanya aku seperti orang yang nggak laku. Diobral dengan harga murah. Ish, apaan, sih. Akhirnya aku pun menekan tombol winner, sebagai tanda bahwa aku sudah menemukan jodoh.Namun, dari kejadian itu aku bisa menyimpulkan bahwa tidak ada manusia yang sempurna.Meski pun demikian, Tuhan akan selalu punya cara untuk bisa membahagiakan hambanya, bukan? Melalui Denis dan juga kembalinya Teguh. Dua orang di masa lalu, yang kini hadir kembali.Denis si hitam manis kaya Malika yang dirawat dengan sepenuh hati. Pun Teguh, lelaki berkacamata yang memiliki pertahanan diri seteguh namanya.Teguh atau Denis, p

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 16

    🌷🌷Aku tidak pernah membayangkan akan seperti ini. Bisa duduk berdampingan dengan Teguh adalah hal yang mustahil bagiku. Itu dulu, tapi sekarang lain cerita, lelaki berkacamata yang dulu dikenal jail dan sering bikin masalah kini terlihat kalem dan berwibawa. Tentunya makin ganteng.Tuhan ... kuatkan iman hamba!Aku banyak diam dan melihat sisi jalan, sementara Teguh bercerita tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya setelah wisuda. Mulai dari mengerjakan pekerjaan serabutan, hingga mencapai kesuksesan sepet sekarang ini.“Kamu sekarang kerja di mana, The?” tanyanya. Ia mungkin sengaja menyelipkan pertanyaan saat ocehannya tidak aku hiraukan.“Aku kerja di perusahaan milik keluarga temanku. Sebagai marketing.” Aku menoleh sekilas ke arah Teguh yang sedang mengemudi, tapi jantungku berdebar lebih kencang seperti habis lari maraton lapangan. Apalagi saat dirinya menoleh sekilas ke arahku, membuat kami beradu pandang. Ya ampun, rasanya jantung kaya mau copot.“Kamu bagaimana? Sudah

  • Cari Jodoh di Grup Cenat-Cenut Cinta    bab 15

    🌷🌷Semalam padahal aku mimpi ketemu oppa Korea yang gantengnya nyaris naik genteng, kenapa hari ini malah ketemu sama setan kampus. Sial, memang. Hasrat hati ingin mengusirnya, tapi aku mengenal Teguh dengan baik, pendiriannya seteguh namanya. Yang artinya ia bukan tipe orang yang mudah diusir.Ndableg memang!Lelaki berkacamata itu meraih ponsel di saku celananya dan tampak menelepon seseorang yang entah siapa.“Baik, saya tunggu,” ucapnya dan sambungan telepon terputus.“Jadi sampai di mana obrolan kita tadi?” tanyanya, wajahnya yang lumayan ganteng tapi tidak sepadan dengan otaknya yang kurang separo. Orang ini harusnya berada di rumah sakit jiwa, bukannya malah berkeliaran bebas seperti ini.“Kamu nggak waras-waras, ya?” tanyaku sinis. Lagi pula, satu detik saat dirinya datang pun, kita belum terlibat obrolan apa pun.Teguh terkekeh, raut wajahnya menandakan bahagia. Entah, dia bahagia karena apa. Mungkin saja mainannya saat di kampus dulu, kini sedang duduk berhadapan dengannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status