Mencari jodoh seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Itulah yang Theresia rasakaan, sampai-sampai dia mendapatkan titel perawan tua bagi orang-orang di sekitarnya. Dewi, sang sahabat, akhirnya turun tangan dan menyuruh Theresia ikut Grup Cenat-Cenut Cinta yang lagi hits saat ini. Berhasilkah Theresia menemukan jodohnya di sana? Atau, dia harus gigit jari lagi nantinya?
View More🌷🌷Harusnya aku tidak selemah ini. Harusnya aku bisa lebih kuat dari sebelumnya. Jatuh dalam hal cinta hal biasa, tapi cara untuk bangkit bisa membedakan seperti apa dirimu yang sesungguhnya.Aku menghempaskan tubuh di sofa, suasana rumah yang sepi membuatku tenang. Terlebih Papa masih akan tinggal di puncak bareng Bang Bro dalam waktu yang tidak ditentukan.Aku memejamkan mata dengan kepala bersandar di sandaran soga. Rasa lelah membuatku cepat mengantuk. Tapi saat diri ini hendak terlelap, bayangan wajah Denis terlintas di ingatan.Sial.Aku kembali membuka mata, berusaha menepis bayangan malaikat maut itu. Sikap dan perlakuan lembut Denis selama ini berhasil menyelinap masuk ke dalam hati. Perlahan tapi pasti, aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan itu membuatku nyaman.Apakah sebuah kesalahan jika aku tidak mau memberikan kesempatan kedua untuk Denis? Hati kecilku ingin kembali, tapi di hati lain aku takut jika ia akan mengkhianati cinta lagi.Aku dilema.Di saat kegamangan,
🌷🌷Film yang sedang diputar menampakkan adegan seorang lelaki tampan tengah duduk berdampingan dengan seorang wanita di sebuah taman yang dipenuhi bunga tulip.Asep sialan. Kenapa pilih nonton film romantis, aku 'kan baperan orangnya.“Sayang ... bibirmu basah!” seru lelaki itu.“Tolong basahi dengan lidahmu,” ucap si gadis tanpa ragu.Aku memerhatikan orang-orang yang ada di bioskop, semuanya fokus pada layar lebar di hadapan. Di ujung podium aku melihat sepasang manusia sedang asyik berbisik-bisik sampai ke tetangga.Aku kembali menatap layar bioskop, tapi tiba-tiba wajah si aktor berubah menjadi wajah Denis, dan wanita yang ada di sampingnya persis seperti wanita yang kulihat tadi.Denis mendekatkan wajahnya dengan menjulurkan lidahnya hendak menyentuh bibir gadis itu, aku menutup mata dan telinga dengan tangan, diri ini tidak sanggup untuk melihat adegan selanjutnya.Tidaaakk ....Aku berteriak lantang dan untuk sesaat aku melupakan di mana aku berada.Jantungku seolah berhenti
🌷🌷“Menarilah, Theresia!” seru Denis menyemangati. Ruang auditorium sudah sepi ditinggalkan karyawan karena metting telah usai, tapi Denis masih menahanku di sini dan ia ingin melihatku menari.Bukan perkara sulit untuk mengabulkan permintaannya, karena menari adalah hobi yang diturunkan Mama padaku.Aku melepas sepatu high heels lalu berdiri dengan bertumpu pada ujung jari, aku menari balet, dan Mama adalah gurunya.Denis menyalakan music dari ponselnya, suara piano mengalun lembut. Denis berdiri dengan tubuh bersandar di dinding, wajahnya terus mengarah padaku, membuatku salah tingkah.Alunan suara piano seolah menghipnotis, membuatku enggan berhenti dan terus menari. Sudah lama aku tidak menari sebebas ini karena dulu sempat terpuruk saat Mama pergi untuk selamanya.“Theresia ....” Aku membuka mata, lalu menoleh saat Papa menepuk bahu. Rupanya tadi aku tengah melamun.Papa duduk di sampingku, wajah senjanya menatapku teduh.Kedatangan Denis pagi ini malah membuat suasana hatiku s
Huachim ....Aku duduk di saung yang terletak dekat kolam ikan sambil mengelap hidung yang terus-menerus mengeluarkan ingus. Papa dan Denis begitu asyik serta terlihat kompak saat memancing. Di saat Papa mendapatkan ikan pancingan, Denis turut serta membantu. Pun sebaliknya, sampai hasil tangkapan mereka banyak.Jika hatiku luluh dengan semua sikap manis dan hangatnya Denis, apakah aku harus menerima Denis kembali? Jawab please. Jangan biarkan aku galau sendirian, guys.Aku merapatkan jaket, cuaca hari ini terasa begitu dingin, tapi kulihat kening Denis dan Papa berpeluh, serta pakaian mereka pun basah oleh keringat.“The, kamu nggak apa-apa?” Denis mendekat ke arahku yang duduk di pojokan saung, merapatkan diri dengan tiangnya. Butuh kehangatan akutuh.Aku menjawab pertanyaan Denis dengan gelengan kepala.“Kita pulang aja, muka kamu pucat, tuh.” Denis menyentuh keningku, rona wajahnya menampakkan kekhawatiran.“Aku nggak apa-apa. Kalian terusin aja mancingnya.” Aku berusaha mengukir
Aku membuka mata saat mendengar suara rintik hujan di luar. Mataku melirik ke arah jam di dinding, pukul lima sore. Aku bangkit dan keluar kamar.Hujan deras mengguyur bumi senja ini dan jauh dalam hati ini merasakan sepi. Kakiku perlahan mendekati teras, tangan kanan terulur menyentuh air yang turun dari atap.“Denis.” Nama itu lolos dari mulutku.Sebegitu besarkah rasa cintanya padaku, sampai ia melakukan ini semua? Apakah ia benar-benar akan berubah, dan tidak meninggalkan aku seperti dulu.Tuhan ... aku bingung.Aku berjalan semakin menjauhi teras, sampai tubuh ini basah oleh air hujan.Tuhan ... aku pun ingin bahagia, meski tak bersama dia ....Nyanyian sendu penghantar kegalauan sore ini. Mandi hujan sampai puas mumpung Papa tidak ada di rumah.Aku memejamkan mata, bayangan wajah Denis melintas. Kenangan masa lalu berputar-putar dalam ingatan, membuatku pusing.Aku menyudahi mandi hujan, bergegas ke kamar mandi guna bilas dengan air hangat lalu mengganti pakaian.Aku duduk di ru
Memang benar, sejak saat aku menerima surat undangan pernikahan Denis, aku resign dan mengurung diri di rumah selama hampir setengah tahun. Lalu berikutnya aku kembali bertemu Dewi setelah sekian lama tidak berjumpa. Saat lulus SMA, Dewi ikut orang tuanya kuliah di luar negeri dan aku tetap di sini.Aku menoleh ke arah Denis, wajah lelaki itu menampakkan keseriusan. Ah, entahlah, aku tidak mau membayangkan yang indah-indah, tapi di sisi lain, hatiku pun kesepian dan sepertinya aku butuh manusia seperti Denis.Ah, dasar aku labil.“Kamu bawa aja uangnya. Aku nggak butuh!” Aku masih dengan pendirian ini, enggan menjalin dengan manusia yang sudah menjadi mantan.Lah, emang kalo udah mantan, dia jadi setan, gitu?“Ini hak kamu. Aku kembalikan.”Kartu ATM ia letakkan di dekatku. Denis lantas berdiri. Ih ... kok cepet banget pergi.“Aku pulang dulu.” Denis mengarahkan wajahnya, menatapku yang sedang menatapnya.“Saranku, kencan butanya nggak usah diterusin. Karena cintaku padamu aka
Aku berusaha mencairkan suasana dengan bertanya seputar pekerjaannya dan apesnya dijawab pake gaya rapper.Pengen rasanya ngelus dada laki orang. Eh, dada Denis nggak apa-apa, deh. Dia pasti seneng dielus dadanya sama aku. Aku juga kangen nggak lakuin itu.Hayo, loh. Theresia, kamu nakal!Aku berusaha berbaur dengan situasi begini, meski yang kulihat Dewi sepertinya tidak nyaman. Ia bahkan butuh ketenangan yang jauh lebih tenang setelah masalah gagalnya pernikahannya.Duh, Wi. Maafin aku.Tiba-tiba mataku menangkap sosok tak asing, seorang lelaki tengah menggandeng tangan wanita hendak masuk ke dalam cafe.“Dion!” seruku pelan, tapi sepertinya Dewi mendengar ucapanku. Wajahnya lalu menatap ke arah sosok yang sedang aku amati.Raut wajah Dewi berubah drastis. Wajahnya yang semula sedikit ceria, kini mendadak muram.Kesialan hari ini tidak sampai di sini, Dion pun menyadari kehadiran Dewi. Lelaki itu berjalan mendekat ke arah kami.“Hai, Wi. Kamu lagi apa?” tanyanya. Dion memas
Bab. 7Aku, Dewi dan Denis duduk bertiga di ruang tengah. Sahabatku tertawa lepas saat Denis melemparkan guyonan padanya. Mudah-mudahan masalah yang Dewi hadapi segera menemukan titik terang dan Denis berhenti mengejarku.“The ... gimana kencan buta kamu. Ada hasil?” Dewi menanyakan itu tanpa rasa bersalah. Harusnya ia berpikir ribuan kali jika masuk ke sebuah grup biro jodoh. Ini pun risikonya tidak main-main, jika dalam waktu 30 hari masih jomlo, maka akan dinikahkan dengan orang yang pilihan admin grup.Otakku membayangkan bagaimana calon suami pilihan admin. Tiba-tiba tubuhku bergidik saat terbayang Lamban yang jadi suamiku. Nggak bakal bisa bohong kalo dia jadi suamiku, sedangkan aku paling jago bohong sama Papa.Eits ... jangan ditiru, ya.Aku menjawab pertanyaan Dewi dengan menggelengkan kepala, lalu mengembuskan napas panjang.“Mas ini, siapa kamu, The?” Dewi menunjuk Denis yang tengah fokus nonton drakor. Yaelah, laki-laki, kok doyan nonton beginian.“Dia mantan aku d
🌷🌷Tidak pernah terlintas di benakku bisa akur dengan mantan. Hal Yang sering aku lakukan dulu adalah menjaga jarak sejauh mungkin dengan mereka. Perasaan takut disakiti lagi, lebih dominan dari rasa benci, dan aku memilih menjauh.Denis mengantarku pulang setelah puas jalan-jalan di taman, tidak lupa ia membelikan aku pop corn. Ia masih ingat rupanya dengan apa yang kusuka.Aroma parfum dari tubuhnya memenuhi rongga hidung saat aku duduk manis di boncengan membangkitkan kenangan di masa lalu. Ahh ... aku merindukan momen kebersamaan ini.“Pilihin parfum dong, Sayang,” ucapnya kala itu saat kami tengah berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan, dan aku dengan senang hati memilih.“Ini kayanya cocok deh!” Aku menyodorkan parfum dengan aroma campuran menthol dan pinus. Menurutku cocok dengannya yang maskulin tapi terkesan dingin, mirip primata yang ada di hutan. Denis memang seperti itu, btw.Denis dengan wajah semringah saat aku menyodorkan parfum pilihanku. Sejak saat itu ia selalu me
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments