Ara menatap cincin yang melingkar di tangannya. Cincin sederhana tetapi beribu makna baginya. Cincin pernikahan. Tak pernah dipikirkannya jika dirinya akan menikah ketika baru saja lulus sekolah.
Apa yang akan dikatakan orang tuanya jika mengetahui tentang fakta ini. Ara menghela nafas pelan. Ini sudah jalan takdirnya dan kenyataannya harus berjalan seperti ini.Pernikahan mereka diselenggarakan secara tertutup. Tidak banyak orang yang datang atau malahan hanya beberapa orang saja.Bibi, Austin, Melly, teman-temannya dan beberapa orang yang tak dikenalnya. Bahkan setelah acara utama mereka semua hanya memutuskan untuk makan bersama.Selesai.Pernikahan yang manis bukan. Ara menggelengkan kepalanya ketika pikirannya menjalar kemana-mana.Saat ini dirinya tengah berada di kamar yang ditempatinya selama di apartemen Axton. Pria itu mengatakan jika ada beberapa hal yang harus di urusnya jadi pria itu menghilang sejak satu jam yang lalu.Keren bukan. MeAra memasuki ruangan super mewah yang dilengkap oleh berbagai perlengkapan bekerja super lengkap. Tidak heran jika mengingat ini adalah ruang petinggi perusahaan seperti Axton.Lebih tepatnya ini adalah perusahaan miliknya. Tentu saja dia lebih spesial dari siapapun.Hari ini pagi-pagi sekali Axton membangunkannya mengatakan jika hari ini Ara akan di ajak ke perusahaannya. Alhasil di sinilah mereka berdua.Mood Axton terlihat sangat baik bahkan pria itu tidak menatapnya dingin sama sekali. Ingatannya langsung berputar pada ucapan Melly beberapa waktu lalu ketika perempuan itu memeriksa kandungannya."Mungkin sedikit olahraga ranjang bisa membuatmu mengontrol pria itu"Sepertinya tuhan menghukumnya untuk tidak akan pernah bisa melupakan ucapan Melly. Maafkan hamba mu ini dengan pikiran kotornya."Apa yang sedang kau pikirkan" ucap Axton dengan menoel lengan Ara.Ara menatap pria itu yang berdiri di sampingnya dengan menggunakan jas mahalnya."A
Ara menatap beberapa orang yang berdiri menatapnya. Mereka terlihat mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum melambaikan tangannya."Kau pasti pegawai baru ?" ucap salah satu pria yang membuat Ara langsung tersenyum kaku.Kenapa suasananya begini ?"Ya, Aratha Casabelle. Mohon bantuannya" ucap Ara dengan canggung dan mereka langsung tersenyum."Salam kenal, Ara" ucap pria itu dengan mengulurkan tangan padanya. Ara dengan senang hati langsung mengangkat tangannya dan menjabat tangan pria itu."Devian" ucap pria itu dan membuat Ara tersenyum.Ketika pria itu ingin berucap kembali tiba-tiba sosok perempuan yang ditemuinya kemarin masuk. Perempuan yang baru diketahui Ara bernama Mrs. Fransiska."Saya harap kalian bisa berbaur dengan baik dengan Mrs. Casabelle dan bisa saling bekerja sama ya" ucap Mrs. Fransiiska yang langsung dijawab dengan serempak oleh semua orang di Divisi ini."Devian, tolong bantu Mrs. Casabelle" ucap perempuan itu sebelum
Ara memasuki ruangan divisinya dan langsung menemukan wajah teman-teman nya terlihat berbeda. Ara berjalan mendekat dengan rasa bingung yang menghinggapi hatinya."Ada apa ?" Ucap Ara kepada Celline yang terlihat kebingungan.Perempuan itu menatapnya sebentar sebelum membalas pesan di ponselnya"Devian tiba-tiba di pindah ke cabang di luar kota. Tanpa alasan dan dia menjadi pegawai biasa juga di sana" ucap Celline dengan kerutan yang jelas di keningnya.Devian ? Dipindahkan tanpa alasan? Bukankah hal seperti itu tidak di benarkan ? Apalagi Devian di sini merupakan kepala divisinya.Seharusnya tidak mungkin jika perpindahan di lakukan secara mendadak. Harus ada pemberitahuan terlebih dahulu."Kau tenang saja. Nanti pasti kita akan diberitahu. Tidak perlu di pikirkan" ucap Celline sambil menepuk lengan Ara."Kerjakan tugasmu saja dulu. Hampir jam masuk kerja" ucap Celline yang membuat Ara memutuskan berbalik menuju tempat duduknya.Ara berdiri d
"Kau yakin di sini ?" Ucap Axton pada Nial yang berjalan disampingnya sejak mereka menurunkan kaki di gedung apartemen mewah ini.Salah satu properti miliknya di London. Bisa-bisanya Ara memilih gedung apartemen ini untuk dijadikan tempat persembunyian.Bahkan dengan sekali perintah Axton bisa saja menyuruh anak buahnya di sini untuk menyeret Ara untuk kembali ke rumahnya.Tetapi Axton sadar diri jika di sini mereka sedang salah paham. Sebagai gentleman yang baik Axton akan datang menjemput istrinya sendiri.Menjelaskan dan merayu istrinya untuk pulang. Bukannya seperti pria keji yang menyeret istrinya pulang.Permasalahan mereka saat ini adalah sebuah kesalah pahaman yang tentu saja harus segera di selesaikan. Perempuan itu sangat sulit di rayu.Kata Melly perempuan merajuk yang sedang hamil adalah double kill yang mantap untuk para suami. Lalu di sinilah Axton berada. Diposisi sebagai suami yang harus meredamkan amukan istrinya.Banyak hal
"Kita harus bicara!" Ucap Axton ketika mereka baru saja masuk ke dalam apartemen."Ya! Mari kita bicarakan kegilaanmu" teriak Ara dan Axton langsung bergerak maju ingin mendekat tetapi Ara langsung mundur.Axton menghentikan gerakannya dan menatap Ara yang menatapnya tanpa gentar. Walaupun terlihat ketakutan membayang di mata perempuan ituDengan tampilan seperti itu Ara terlihat semakin cantik. Terkutuklah pikiran mesum Axton yang berkeliaran di pikirannya saat ini."Aku tidak suka dengan gaya bicaramu, Ara!" Desis Axton dan sebuah tawa sinis keluar dari bibir Ara."Kau pikir aku suka dengan segala tingkahmu, Mr. Ellard! Kau pria paling brengsek yang pernah kutemui" ucap Ara dan terlihat jelas Axton mengernyit tidak suka."Apa lagi yang akan kau lakukan ? Setelah berselingkuh dan kemudian memukul sahabatku. Demi tuhan ! Kau kenapa ?""Aku tidak selingkuh Ara" bela Axton yang membuat Ara tertawa kembali.Bahkan Ara memundurkan beberapa l
Ara terbangun dengan sebuah lengan yang memeluknya erat di pinggang. Lebih tepatnya lengan itu seakan menjaganya dan juga kandungannya saat ini.Terasa posesif namun begitu lembut. Seperti itulah rasa ketika lengan Axton memeluknya dengan posisi seperti iniDengkuran halus terdengar dari pria di belakangnya itu. Nampaknya Axton terlelap dengan sangat nyenyak. Seperti Ara sendiri yang tidur dengan lelap.Kemarin adalah hari yang melelahkan. Drama hebat untuk pertama kalinya sejak mereka menyandang gelar suami istri.Entah bagaimana pikiran Ara akan berjalan selanjutnya. Perasaan gila itu sudah merasuki dirinya tanpa disadari.Cinta.Ya entah bagaimana Ara bisa-bisanya menyimpan perasaan pada pria yang tengah memeluknya saat ini. Sepertinya ini adalah hal yang bodoh.Mencintai sosok yang sulit di gapainya. Pikirannya sempat merasa senang melihat Axton cemburu dengan Dave. Tetapi hal itu langsung di tepisnya.Semua ini karena Ara tengah mengandun
"Kenapa kau di sini ?" Ucap Ara sambil menarik Axton untuk masuk ke toilet perempuan.Setelah memastikan bahwa tidak ada yang Melihat Axton berdiri di toilet karyawan ini."Kau membuatku terhina karena masuk ke sini" ucap Axton dengan entengnya dan Ara mendengus."Kau sudah terhina sejak membuka pintu itu" ucap Ara dan kekehan muncul di bibir Axton.Celline yang masih berdiri di sana hanya diam menyaksikan dua orang yang sedang berdebat. Celline cukup kaget dengan perubahan suasana hati Mr.Ellard yang dikenal sebagai sosok yang dingin.Pria itu tersenyum dan bahkan saat ini tengah mengusap rambut Ara dengan lembut."Kenapa kau meninggalkanku hm ?" Ucap Axton yang membuat Ara mendengus dan menyingkirkan tangan Axton dari kepalanya."Ada beberapa pekerjaan" bohong Ara dan Axton hanya mendengus pelan."Kenapa kau ke sini ?" tanya Ara dan Axton hanya mengedikkan bahunya."Aku tidak menemukan istriku jadi kucari ke sini" ucap Axton enteng dan
"Hai, Aratha ?"Jari lentik dengan kutek berwarna nude itu di letakkan di atas meja Ara yang masih sedikit terkejut dengan kehadiran sosok yang lama tak ditemuinya itu.Perempuan itu terlihat ya cantik walaupun bisa di lihat jika beberapa bagian wajahnya terlihat di permak. Setidaknya itu pandangan Ara tentang sosok sepupunya itu, Lenny. Anak dari Bibi tercintanya."Hai Lenny" sapa Ara dengan senyum canggungnya.Bagimana bisa dirinya beramah tamah dengan orang yang selalu menganggapnya remeh. Orang yang selalu merasa tersaingi dengan adanya Ara.Bahkan dulu sepupunya ini pernah merengek pada Bibinya jika dirinya tidak tau satu sekolah dengan Ara.Dengan sangat jelas ingatan itu masih ada di pikiran Ara sampai sekarang. Drama keluarga yang membuat Ara mulai merasa tidak enak jika terus saja menumpangAlhasil ketika umurnya 17 tahun ya hampir 18 tahun kalau tidak salah Ara memutuskan untuk keluar dari ruang Bibinya.Lalu takdir menem