Share

Chapter 8

Pintu di buka membuat Ara menoleh dan menemukan sosok perempuan yang sedikit familiar di ingatannya. Hingga memori Ara berputar kembali dan membuatnya ingat dengan perempuan di depannya.

"Kau dokter itu!" Ucap Ara dan Melly tersenyum mendengarnya.

Perempuan itu berjalan masuk dan mendekati ranjang. Hingga sebuah kernyitan muncul di dahi perempuan itu.

"Pria brengsek" gumam Melly yang membuat Ara menatapnya dengan wajah bingung.

Melly mendekati ranjang dan menaruh tas miliknya di bawah ranjang sebelum berbalik tanpa mengatakan apapun.

Perempuan itu keluar kamar dan menghilang untuk beberapa menit. Sebelum kembali dengan seorang pria yang terlihat murung seperti baru saja di omeli.

"Katakan dengan bos bodohmu! Bagaimana bisa dia memborgol perempuan hamil" Omelan Melly meluncur dengan mulus yang membuat Ara paham siapa yang baru saja mengomeli pria itu.

Dengan cepat pria itu melepaskan borgol di tangan Ara. Rasa lega langsung menghampiri Ara, setidaknya tangannya tidak akan pegal terlalu lama lagi.

"Kau bisa menguncinya dari luar jika kau tidak percaya padaku" ucap Melly dan pengawal itu hanya menundukkan tubuhnya.

Ara memegangi pergelangan tangannya yang memerah dan helaan nafas berat membuat Melly langsung menoleh menatapnya.

"Ehem... Hari ini aku akan memeriksa mu" ucap Melly yang membuat Ara mendongak menatap perempuan itu.

"Kau dokter kandungan ?" tanya Ara dan Melly menganggukkan kepalanya.

Melly terlihat menyiapkan beberapa keperluan yang di butuhkannya. Langkah kaki mendekat sebelum pintu kamar itu terbuka memunculkan Belva dengan makan siang Ara.

"Mrs. Ladeva" ucap Belva dengan menundukkan tubuhnya. Melly hanya tersenyum dan menghadap Ara.

"Belva kemari karena di suruh untuk mengawasimu. Pria brengsek itu takut kau pergi" ucapan Melly cukup membuat Ara paham maksud ucapannya.

Belva yang disindir seperti itu hanya menampilkan senyuman tipisnya dan menaruh nampan makanan di atas nakas. Kemudian perempuan itu hanya berdiri di ujung ruangan dalam diam.

"Kau baik-baik saja ?" Ucap Melly ditengah-tengah pemeriksaanya yang membuat Ara mengernyit bingung

"Maksudku, perempuan yang dihamili cenderung stress tetapi aku melihatmu kau biasa saja" ucapan Melly membuat Ara menghela nafas dan menerawang.

"Jelas aku tidak pernah membayangkan akan hamil. Tetapi bukankah ini anugrah ? Jarang sekali aku mendapatkan anugrah begitu spesial seperti ini" ucap Ara pelan.

"Aku bukan perempuan di drama yang akan mengancam bunuh diri karena diketahui hamil anak pria antah berantah"

"Awalnya aku ingin menggugurkannya tetapi temanku menyadarkan sesuatu padaku" Lanjut Ara dengan mengusap perutnya pelan.

Melly terlihat diam mendengarkan apa yang dikatakan Ara. Perempuan itu diam dan menatap manik mata Ara yang menampilkan sebuah pancaran mata kesedihan.

"Tidak semua wanita beruntung bisa memiliki anak. Ini anugrah dan dulu ibuku saja tidak pernah menentang kehadiranku, aku di terima" ucap Ara dan Melly tersenyum.

"Kau perempuan tangguh, tidak salah Axton memilihmu" ucapnya dan Ara hanya terkekeh.

"Axton tidak memilihku, dia hanya terjebak denganku" sahut Ara dan Melly hanya menganggukkan kepalanya kemudian terkekeh.

"Axton memang pria kaku. Kurasa sedikit belaian hangat dia akan luluh denganmu" ucapan Melly membuat Ara menggeleng.

"Pria itu hanya membutuhkan anak di kandunganku, tidak ada maksud lebih"

Suara tawa Melly membuat Ara mengernyitkan keningnya. Tetapi Melly masih sibuk dengan ingatannya ketika mengingat jika Axton merecokinya dengan berbagai pertanyaan seputar perempuan hamil.

Bukan tentang kandungan melainkan perempuan hamil. Axton bukan pria yang peduli akan sekitarnya dan Melly cukup bisa mengartikan seperti apa perhatian Axton.

"Kau harus percaya jika Axton sama sekali tidak pernah mengharapkan anak" ucapan Melly sukses membuat Ara mengernyitkan keningnya.

"Apa maksudmu ?"

Bukannya sebuah jawaban yang dia dapatkan melainkan Melly terlihat berdiri dari duduknya. Perempuan itu tersenyum lembut.

"Bukan hakku mengatakannya dan tugasku sudah selesai. Semua laporannya akan kusampaikan pada Axton" ucap Melly dengan membereskan beberapa perlengkapannya.

"Hey! Kau tidak bisa meninggalkanku dengan berbagai pertanyaan" omel Ara dan Melly terkekeh kembali.

"Bukan aku yang harus menjelaskannya. Aku senang bisa mengobrol hangat denganmu" ucap Melly sambil melambaikan tangannya

Perempuan itu berjalan sampai ke depan pintu yang diikuti oleh Belva setelah pelayan pribadinya itu memberikan bungkukkan badannya sedikit.

Ara berusaha memikirkan apa maksud perkataan Melly. Hingga pintu yang sudah tertutup itu kembali terbuka dan memunculkan kepala Melly yang masuk ke dalam.

"Mungkin sedikit olahraga ranjang bisa membuatmu mengontrol pria itu" ucap Melly sebelum benar-benar menghilang.

Meninggalkan Ara yang sudah bingung dan memerah akibat ucapan perempuan yang baru saja akrab dengannya.

'Olahraga ranjang sialan!'

*-*-*

"Sejak kapan tanganmu terlepas" ucap seseorang membuat Ara yang sedang berdiri di samping jendela menoleh.

Axton masuk dengan kemeja kerjanya yang sudah lecek dimana-mana. Ini hari ketiga setelah Ara tidak melihat Axton kembali ke rumah ini.

Oh atau tidak mengunjungi kamar ini.

"Sejak beberapa hari yang lalu" jawab Ara dengan membalikkan badannya dan memilih duduk di ranjang.

Axton memandang Ara dengan tatapan tak suka. Pria itu menutup pintu dan berjalan memasuki kamar lebih dalam.

"Siapa yang berani melepasmu ?" tanya Axton lagi.

"Mrs. Ladeva" ucap Ara dengan nada biasanya lagi.

"Ck, perempuan sialan itu" bisik Axton lagi dan terlihat tatapan mata pria itu memandang ke segala arah mencari sesuatu.

Ara yang refleks ikut melihat sekitar padahal dirinya sedang tidak mencari apapun.

"Kemana borgolnya ?" Tanya Axton dengan melangkah mendekat.

Ara mengangkat tangannya yang membuat Axton seketika menghentikan langkahnya. Pria itu menatap Ara dengan tatapan bingungnya.

"Kau akan memborgolku lagi ? Oh tidak bisa, aku tidak mau" ucap Ara

"Memangnya siapa yang meminta persetujuan mu?" Sahut Axton dan Ara mendengus.

"Kata Melly, perempuan hamil tidak baik untuk di ikat karena itu bisa membuatnya stress"

Ara meneguk ludahnya dengan susah payah. Berharap jika alasannya akan di terima oleh pria sialan di depannya ini.

Wajah tampan yang datar itu membuat Ara tidak bisa menebak apa yang ada di dalam pikiran pria itu. Sialan! Kenapa Ara malah memuji pria di depannya ini.

"Oh benarkah?" Ucap Axton dengan melangkahkan kaki mendekat.

Ara sedikit panik karena berpikir Axton akan mendekatinya. Tetapi dugaannya salah pria itu malah duduk di sofa sebrang ranjang.

Sedikit kekecewaan terasa di hati Ara. Salahkan saja apa yang ada di perutnya saat ini. Entah kenapa Ara seketika ingin mencium aroma pria itu saat ini.

Semenjak Axton masuk ke dalam kamar ini aroma tubuh Axton sudah menguar memenuhi kamar. Hal itu membuat Ara makin tergiur untuk menciumnya dari tempatnya langsung.

"Ya, udara segar juga cocok untuk ibu hamil, Melly mengatakan hal itu padaku" ucap Ara dan sebuah senyuman muncul di sudut bibir Axton.

"Oh, begitu" sahut singkat Axton dan Ara hanya menganggukkan kepalanya.

Melihat Axton tak merespon apapun dan hanya menatapnya membuat Ara merasa terintimidasi. Ara menundukkan badannya dan menatap kedua kakinya yang menggantung di ranjang.

"Kau ingin mendapatkan semua itu ?" Ucapan Axton sukses membuat Ara mendongakkan kepalanya dan menghadap Axton

Tak bisa di tutupi jika Ara terlihat berharap dengan ucapan Axton. Tentu saja! Siapa yang tidak berharap sebuah kebebasan yang sudah direnggut secara paksa.

Ara tak menganggukkan kepalanya dengan semangat. Axton yang melihat hal itu menampilkan senyum tipisnya dan berdiri dari tempatnya.

Axton berjalan mendekati ranjang dan berdiri menjulang di depan Ara. Hal itu membuat Ara mau tidak mau mendongak menatap Axton.

"Tentu saja ada syaratnya" ucap Axton dan Ara terlihat mengernyitkan keningnya.

"Apa ?" Ucap Ara pelan dan Axton menundukkan tubuhnya.

Jarak wajah mereka berdua begitu dekat bahkan hembusan nafas satu sama lainpun terasa. Ara meneguk ludahnya susah payah merasakan Axton begitu dekat dan...

Panas

"Cium aku"

Ucapan Axton sukses membuat suasana semakin panas. Hembusan nafas Axton membuat Ara memejamkan matanya dan dapat dipastikan jika wajah Ara saat ini memerah.

"Jika kau menciumku, kau akan kuberikan kebebasan di rumah ini" lanjut Axton dan Ara membuka matanya.

Ara melirik sebentar kearah bibir menggoda yang sudah terpampang nyata di depan matanya.

Dengan cepat Ara memajukan kepalanya dan menempelkan bibirnya tepat di atas bibir Axton. Hanya menempelkan beberapa detik sebelum memundurkan badannya.

Wajah Ara terasa begitu panas dan bingung harus melakukan apa karena Axton tak memberikan respon apapun. Pria itu masih di posisinya.

"Aku tak merasakannya. Lumat bibirku" ucapan Axton sukses membuat Ara melebarkan matanya.

"Ak.. aku tidak tau, ehm... Caranya" ujar Ara dengan kejujuran tingkat dewa.

Dan

Demi tuhan Ara melihat sebuah senyuman di sudut bibir Axton. Bukan senyuman sekilas tetapi memang sebuah senyuman tulus.

"Begini..."

Belum sempat Ara mencerna bibir Axton sudah menempel di bibirnya dan memberikan lumatan perlahan.

Ara terbuai

Terjebak

Terpikat

Axton hendak menyentuh Ara lebih jauh lagi. Tetapi suara pintu digedor membuat Ara dan Axton melepaskan ciuman mereka.

"Saudara sialan!" Umpat Axton sebelum melangkah menjauh meninggalkan Ara dengan wajah memerahnya.

Sialan!

*-*-*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status