Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.
Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.Axton menepati janjinya.Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara."Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk.Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.Bagaimana Ara bisa lupa jika dirinya sekarang ada di belahan dunia lain karena pria yang menghamilinya dan juga menculiknya.Pria kriminalitas tanpa batas!"Nona jadi keluar ?" Ucap pria itu yang membuat Ara tersadar dan mengangguk dengan cepat."Saya Agustus. Saya yang akan menemani anda kemanapun" ucapnya yang membuat Ara mengernyitkan keningnya.Pengawal pribadi? Apakah ia hidup di jaman penjajahan? Oh dirinya tawanan."Agustus adalah pengawal pribadimu. Aku tidak memberikan kebebasan secara cuma-cuma. Aku masih harus memantaumu"Axton muncul dari samping dan membuat Ara menatap pria itu dan menganggukkan kepalanya. Wajah Ara terasa panas mengingat tentang ciuman mereka tadi malam.Sialan! Pikiran kotorHapuskan segala pikiran buruk yang bisa mengacaukan keadaannya saat ini. Perasaan feminim yang muncul hanya mengganggu dan mungkin menghambat jalannya."Kau jadi turun ?" Ucap Axton lagi dan Ara menjernihkan tenggorokannya."Ya" sahut Ara dengan melangkahkan kakinya keluar.Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan suasana di rumah ini sungguh indah. Desain rumah yang sangat luas dengan warna putih gading membuat rumah ini begitu indah dan adem.Tanpa sadar Ara menerbitkan senyumannya menatap sekitar. Beberapa pelayan lalu lalang membungkukkan tubuhnya melihat kehadiran Ara dan Axton.Ketika akan menurunkan kakinya menuju tangga. Sebuah tangan langsung menggenggam tangannya yang membuat Ara menoleh.Axton menarik Ara untuk menuruni tangga dengan perlahan tanpa mengatakan apapun. Ara hanya diam saja dan tetap ikut.Semua kata-katanya seakan menghilang bahkan rencananya hari ini langsung pecah dari isi kepalanya.Axton membawa Ara menuju sebuah meja makan yang sudah terisi penuh dengan berbagai jenis makanannya. Disana ada Belva yang menyiapkan segelas susu di meja makan."Belva" sapa Ara dengan melambaikan tangannya yang hanya dibalas dengan Belva yang menundukkan tubuhnya hormatMereka berdua duduk di kursi makan yang sudah di siapkan. Beberapa pelayan langsung menyajikan dan menempatkan makanan untuk mereka.Ara mengambil gelas susunya dan meneguknya pelan. Ara dapat merasakan jika Axton sedang menatapnya saat ini. Tetapi Ara berusaha tidak mempedulikan."Belva nanti akan mengantarmu berkeliling. Jangan terlalu lelah, ingat kau sedang hamil" ucap Axton dengan wajah dinginnya yang membuat Ara melirik pria itu."Hm... Aku tidak akan lupa" sahut Ara dan mengambil alat makannya dan mulai memakan makanannya.Ara melirik beberapa pelayan yang tersisa di ruangan makan ini langsung berjalan keluar. Seakan mereka memang ingin Ara dan Axton hanya berdua."Aku akan ada perjalanan ke London, mungkin seminggu lagi aku akan pulang""Aku boleh ikut ?" Ucap Ara yang sukses membuat Axton menatapnya tajam.Apakah perempuan di depannya ini memiliki otak yang terbalik ? Atau bahkan tak memiliki otak sama sekali ?"Lalu untuk apa kau kubawa ke Las Vegas jika kau kuajak ke London lagi?" Jawaban Axton sukses membuat Ara mengerucutkan bibirnya."Aku juga tidak minta kau ajak kemari. Ya, aku ikut ya" ucap Ara dan Axton menatapnya datar."Kau merengek seperti anak kecil" ucap Axton yang membuat Ara menatapnya datar.Terlihat jelas jika amarah akan meledak sebentar lagi. Namun nyatanya Axton tak menduga jika muntahan amarah itu akan keluar dengan secepat itu."Ya sudah jika kau tidak mau! Ini anakmu yang ingin biarkan bayi ini ileran. ILERAN!" Teriak Ara di kata terakhir sebelum berlalu pergi.Axton menatap Ara dengan meneguk ludahnya beberapa kali. Bagaimana bisa seorang perempuan akan terlihat sangat cantik ketika marah seperti itu.Mungkin semua itu hanya berlaku pada Ada. Perempuan itu terlihat semakin cantik ketika amarah meluap seperti itu.Sepertinya Axton sudah gila sekarang.Beberapa pelayan mengintip dari ujung pintu dan menatap wajah Axton yang memerah dengan menatap kepergian Ara."Berani taruhan, Mr. Ellard sedang jatuh cinta" ucap kepala pelayan itu yang membuat perempuan muda di belakangnya terkekeh pelan.*-*-*Axton masuk ke dalam kamar Ara dan menemukan perempuan itu sedang bergelung di ranjang dengan selimut yang membungkusnya rapat.Axton menggelengkan kepalanya melihat kelakukan Ara yang begitu ajaib di matanya. Perempuan itu kemarin yang merengek ingin dikeluarkan.Tetapi lihatlah hari ini perempuan itu malah memilih bergelung di balik selimut seperti ini.Suara pintu tertutup membuat Ara membalikkan kepalanya dan mendengus pelan melihat Axton masuk"Kau adalah tawananku, tetapi kenapa kau yang lebih galak dariku" ucap Axton yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Ara."Aku berbicara denganmu" ucap Axton dengan menyingkap selimut dari wajah Ara."Kau menyebalkan" ucap Ara dan entah kenapa Axton malah terkekeh mendengarnya."Apa yang kau ingin ?" Ucap Axton dengan menarik tangan Ara supaya duduk.Entah kenapa Axton sedikit ngeri melihat tubuh Ara yang tertekuk. Pikirannya membayangkan jika bayi yang ada di perut Ara akan tertekanAra mengikuti tarikan Axton tanpa mengatakan apapun. Mereka saat ini berhadapan dengan Axton yang berdiri menjulang di atasnya."Ikut ke London. Ini bukan tempatku, Axton. London rumahku" ucap Ara dengan suara serak ingin menangisinya.Mendengar ucapan Ara kernyitan tidak suka muncul di wajah Axton."Sekarang ini rumahmu" Ara mendongak menatap Axton."Terserahmu, tetapi aku ingin ikut ke London" ucap Ara dengan menyedot ingus yang hampir keluar.Tidak peduli apa tanggapan Axton yang mungkin akan menganggapnya jorok. Ara harus melakukan segala cara agar bisa kembali ke London.Melihat Axton yang hanya diam Ara mengumpat di dalam hati. Dengan tangan dinginnya Ara memegang tangan Axton yang membuat Axton menatap kedua tangan mereka."Aku akan menciummu jika itu syaratnya. Aku mau" rengek Ara yang membuat Axton meneguk ludahnya."Aku ada rapat sekarang" jawab Axton dengan suara seraknya yang berusaha dijernihkan.Ara mengedipkan beberapa kali matanya dengan menatap Axton. Perempuan itu tersenyum manis menatap Axton"Aku akan menunggumu nanti malam"Sialan!*-*-*Axton membuka pintu mobilnya dan menemukan salah satu pengawalnya ada di samping mobil. Pria itu menundukkan tubuhnya hormat pada Axton.Jam menunjukkan pukul sebelas malam. Pekerjaannya hari ini sangat menyita waktu dan tenaga. Kenapa juga banyak permasalahan akhir-akhir ini. Membuatnya semakin lelah saja."Bagaimana keadaan rumah ?" Ucap Axton yang membuat pengawal itu mendongak dan berdehem sebentar."Semuanya aman, Mr. Ellard. Tidak ada yang mencurigakan" ucapnya lancar dan Axton menganggukkan kepalanya.Axton berjalan menuju pintu tepat ketika mobilnya bergerak maju dipindahkan ke garasi rumahnya.Axton membuka pintu di depannya dan berjalan pelan di antara kegelapan di rumahnya ini. Jam sudah malam dan setiap sudut rumah pasti akan gelap gulita.Namun kali ini terasa beda. Kenapa ruang keluarga terlihat lampunya masih menyala. Tidak mungkin jika pelayan berani-beraninya menonton televisi di sana.Axton berdecak kesal dan berjalan menuju ruang keluar
Axton masuk ke dalam ruangan praktek yang membuat seorang perempuan di meja kerjanya menoleh. Sebuah tatapan tak menyangka muncul di wajah Melly."Seriusan ? Mr. Ellard datang ke sini ?" Ucap Melly sambil menggelengkan kepalanya pelan.Axton hanya memandang datar Melly dan memilih duduk di depan perempuan itu. Jam menunjukkan pukul sepuluh siang. "Jadi apa yang mau dikonsultasikan oleh Mr. Ellard nih ?" Ucap Melly sambil mengambil catat buku di mejanya.Di balik wajah tenang Axton sebenarnya Axton sedang mengumpati dirinya sendiri. Bagaimana bisa dirinya berakhir di sini, di ruang praktik Melly.Tidak lain tidak bukan adalah dokter kandungan. Pertanyaan yang sejak semalam terus berputar di pikirannya yang membuat Axton nekat pergi ke tempat praktik Melly."Urusan ranjang ya ?" Celetuk Melly yang membuat Axton berdehem pelan."Itu hal wajar katakan saja mau tanya apa" oceh Melly lagi yang membuat Axton berdehem dan menganggukkan kepalanya."Apa kau ya
Axton memasuki rumah besar itu dan menemukan kesunyian di sana. Menandakan jika orang yang sedang di carinya memang tidak ada di sini. Axton mengalihkan tatapan matanya pada seorang pelayan yang sedang berdiri di samping Vas dengan wajah ketakutannya. Semua orang takut terhadap Axton.Selama bertahun-tahun Axton tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di mansion besar ini dan semua orang tau akan hal ituTetapi entah gerangan apa yang membuat Axton mau datang kesini dan menginjakkan kakinya lagi di sini. Tetapi pasti itu bukan hal yang baik."Dimana Austin ?" tanya Axton dengan suara dinginnya dan pelan itu terlihat meneguk ludahnya dengan susah payah."Mr. Ellard sudah seminggu tidak pulang" jawab pelayan itu dengan takut-takut.Wajahnya semakin memucat kala Axton mengumpat keras dan menghela nafas berat. Seminggu ? Waktu yang sama dengan Ara yang menghilang dari rumah.Sepertinya Austin kali ini tidak hanya sedang bermain-main kecil dengan Axton. Tetapi
Ara mendudukkan tubuhnya di kursi makan dan menatap beberapa temannya yang mulai bergabung di meja makan. Pagi ini mereka akan sarapan bersama sambil membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya. Itu yang dikatakan Clark."Kau ingin makan sesuatu ?" Ucap Clark yang membuat Ara menoleh dan menggelengkan kepalanya."Aku tadi sudah makan apel. Oh atau bisakah kau membuatkan susu ibu hamil untukku ?" Ucap Ara dan Clark langsung mengiyakan ucapannya.Ara tetap menyandarkan tubuhnya dan mengelus perutnya pelan. Menatap Frank dan Dave yang mulai berbincang ke sana kemari. Tak lupa Ara juga melirik Austin yang juga bergabung dan makan sepiring roti bakar di hadapannya.Ketika asik dengan pikirannya tiba-tiba namanya disebut dan membuat Ara menoleh menatap Dave yang tadi menyebutnya."Apaan ?" Ucap Ara dan Dave menoleh kearahnya."Aku dan Frank berpikir jika sepertinya anakmu ini kan harus ada bapaknya. Nanti aku yang akan menjadi bapak untuk anakmu ini" uca
"Gimana kalau Ara suka denganmu ?" Ucap Austin yang sukses menghentikan langkah kaki Axton.Axton membalikkan badannya menatap Austin yang terlihat serius dengan ucapannya.Suka ? Ara suka padanya ? Pikiran seperti itu tidak pernah terlintas di pikirannya. Walaupun tidak pernah terlintas tetapi hal itu tak menutup kemungkinan jika Ara bisa saja menyukainya.Axton terdiam tidak tau harus mengatakan apa pada kembarannya. Ucapan Axton sangat tak terduga bahkan tak pernah terpikirkan jawabannya."Lebih tepatnya dalam kasus ini. Kau harus mencintainya, Axton. Posisinya tidak akan mudah karena janji bullshitmu. Kita tau akan hal itu" ucap Austin dan Axton langsung paham kemana arah pembicaraannya.Menjadi anak pertama dari Boss Mafia bukanlah hal mudah. Menjadi sosok yang diincar kematiannya oleh setiap musuh ayahnya adalah mimpi buruk bagi Axton.Dulu Axton adalah sosok yang ceria seperti anak pada umumnya. Hingga kematian Ibunya mengantarkannya menjadi sosok pend
"Aku tidak ingin pulang, Axton" ucap Ara dan cengkraman di pundaknya terasa sedikit menekan."Ara kau sedang hamil anakku, jadi kau milikku" bisik Axton lagi dan Ara menggelengkan kepalanya.Ara melepaskan tangan Axton dan maju menerima gelato yang sudah disediakan. Ketika tangannya akan memberikan uang kepada penjual.Tiba-tiba tangan Axton sudah terulur lebih dulu memberikan uang pada penjual gelato itu.Pria itu mengalihkan pandangan matanya ketika sudah menyelesaikan transaksi itu. Menatap Ara yang tentu saja tingginya jauh dari tinggi Axton.Ara tidak ingin kabur. Entah kenapa hatinya ingin mereka membicarakan hal ini. Sampai kapanpun kabur tidak akan menyelesaikan masalah.Buktinya walaupun Austin saudara pria itu sendiri yang membawanya kabur. Pria ini masih menemukannya.Apalagi jika dirinya kabur ke London. Pasti Axton juga bisa menemukannya dengan mudah. Jangan membuang waktu untuk kabur yang tau jawabannya akan sia-sia."London adalah rumahku, hidupku di sana Axton" ucap Ar
Ara melirik Axton yang sedang serius menyetir di sampingnya. Pria itu setelah mengatakan jika dirinya adalah 'Istrinya'. Axton membawanya pergi dari sana.Hal itu membuat Clark menjadi kesal tetapi Axton mengatakan jika ini adalah hal penting. Clark mau tidak mau mengiyakan dan tidak menutupi wajah kesalnya pada AxtonSekarang Ara sendiri tidak tau akan di bawa kemana. Axton hanya membantunya masuk ke dalam mobil dan sekarang pria itu sibuk dengan kegiatannya."Jika ada yang ingin dikatakan, katakan saja" ucap Axton tiba-tiba dan membuat Ara terkesiap langsung mengalihkan pandangan matanya."Tidak baik perempuan hamil memendam rasa" ucap Axton lagi setelah Ara tak mengatakan apapun dan hanya diam.Ara yang mendengar bahasa Axton yang berbeda langsung menatap pria itu dengan pandangan ngeri. Menatap Axton dari atas sampai bawah"Kau Axton ? Oh atau Austin ?" Ucap Ara yang seketika meragukan jika pria di sampingnya ini adalah Axton."Jadi kau sampai sekarang belum bisa membedakan ku dan
Ketika ingin mengungkapkan penolakannya. Tiba-tiba tangan Axton bergerak mengusap perutnya tersebut. Perasaan hangat langsung terasa memenuhi relung hatinya.Tidak pernah di sangkanya jika Axton akan melakukan hal itu. Hal kecil beribu makna dan reaksi yang ditimbulkannya pada tumbuhnya.Axton masih dengan menyandarkan tubuhnya pria itu tetap mengelus perutnya lembut. Sesekali hanya jempol tangan Axton saja yang bergerak mengusap."Kita menikah, kita rawat anak ini sampai besar" ucap Axton yang membuat Ara semakin terdiam."Orang tua yang lengkap adalah kunci utama anak akan bertumbuh baik. Itu kata Mom" ucap Axton dengan suara kecilnya.Ara tertegun mendengar hal itu. Untuk pertama kalinya Axton mengatakan hal yang menyangkut kehidupan keluarganya, kecuali Austin.Axton yang menjauhkan tubuhnya membuat Ara menoleh menatap pria itu. Tangan Axton masih berada di perutnya."Kita nikah ya" lanjut Axton dengan menatapnya sungguh-sungguh.Entah kerandoman apa lagi yang akan dirasakannya ji