Share

Chapter 9

Ara membuka pintu di depannya dengan rasa ragu luar biasa. Mungkin pria itu hanya mengerjainnya.

Ara paling benci jika harus merasa ragu ataupun sampai di kerjai. Perasaan kesal selalu menghantuinya.

Namun senyuman Ara melebar ketika pintunya terbuka dan tidak di kunci seperti sebelumnya.

Axton menepati janjinya.

Ara mengintip keluar dan menemukan seorang pria dengan baju hitam berdiri di depan kamar. Pria itu menoleh dan segera memberikan hormat pada Ara.

"Nona ingin turun ?" Tanya pria itu yang membuat Ara mengedipkan matanya sebelum menganggukkan kepalanya.

Awalnya Ara mengira jika pria itu akan menahannya mungkin bahkan mendorongnya agar masuk.

Ternyata pria itu tak menahannya membuat Ara membuka pintu semakin lebar. Suasana ruangan mewah langsung masuk ke dalam matanya.

Sepertinya Axton adalah pria kaya. Sialan! Tentu saja pria itu kaya bahkan pria itu memiliki dokter pribadi yang bisa membiusnya sampai bisa di bawa kesini.

Bagaimana Ara bisa lupa jika dirinya sekarang ada di belahan dunia lain karena pria yang menghamilinya dan juga menculiknya.

Pria kriminalitas tanpa batas!

"Nona jadi keluar ?" Ucap pria itu yang membuat Ara tersadar dan mengangguk dengan cepat.

"Saya Agustus. Saya yang akan menemani anda kemanapun" ucapnya yang membuat Ara mengernyitkan keningnya.

Pengawal pribadi? Apakah ia hidup di jaman penjajahan? Oh dirinya tawanan.

"Agustus adalah pengawal pribadimu. Aku tidak memberikan kebebasan secara cuma-cuma. Aku masih harus memantaumu"

Axton muncul dari samping dan membuat Ara menatap pria itu dan menganggukkan kepalanya. Wajah Ara terasa panas mengingat tentang ciuman mereka tadi malam.

Sialan! Pikiran kotor

Hapuskan segala pikiran buruk yang bisa mengacaukan keadaannya saat ini. Perasaan feminim yang muncul hanya mengganggu dan mungkin menghambat jalannya.

"Kau jadi turun ?" Ucap Axton lagi dan Ara menjernihkan tenggorokannya.

"Ya" sahut Ara dengan melangkahkan kakinya keluar.

Jam menunjukkan pukul tujuh pagi dan suasana di rumah ini sungguh indah. Desain rumah yang sangat luas dengan warna putih gading membuat rumah ini begitu indah dan adem.

Tanpa sadar Ara menerbitkan senyumannya menatap sekitar. Beberapa pelayan lalu lalang membungkukkan tubuhnya melihat kehadiran Ara dan Axton.

Ketika akan menurunkan kakinya menuju tangga. Sebuah tangan langsung menggenggam tangannya yang membuat Ara menoleh.

Axton menarik Ara untuk menuruni tangga dengan perlahan tanpa mengatakan apapun. Ara hanya diam saja dan tetap ikut.

Semua kata-katanya seakan menghilang bahkan rencananya hari ini langsung pecah dari isi kepalanya.

Axton membawa Ara menuju sebuah meja makan yang sudah terisi penuh dengan berbagai jenis makanannya. Disana ada Belva yang menyiapkan segelas susu di meja makan.

"Belva" sapa Ara dengan melambaikan tangannya yang hanya dibalas dengan Belva yang menundukkan tubuhnya hormat

Mereka berdua duduk di kursi makan yang sudah di siapkan. Beberapa pelayan langsung menyajikan dan menempatkan makanan untuk mereka.

Ara mengambil gelas susunya dan meneguknya pelan. Ara dapat merasakan jika Axton sedang menatapnya saat ini. Tetapi Ara berusaha tidak mempedulikan.

"Belva nanti akan mengantarmu berkeliling. Jangan terlalu lelah, ingat kau sedang hamil" ucap Axton dengan wajah dinginnya yang membuat Ara melirik pria itu.

"Hm... Aku tidak akan lupa" sahut Ara dan mengambil alat makannya dan mulai memakan makanannya.

Ara melirik beberapa pelayan yang tersisa di ruangan makan ini langsung berjalan keluar. Seakan mereka memang ingin Ara dan Axton hanya berdua.

"Aku akan ada perjalanan ke London, mungkin seminggu lagi aku akan pulang"

"Aku boleh ikut ?" Ucap Ara yang sukses membuat Axton menatapnya tajam.

Apakah perempuan di depannya ini memiliki otak yang terbalik ? Atau bahkan tak memiliki otak sama sekali ?

"Lalu untuk apa kau kubawa ke Las Vegas jika kau kuajak ke London lagi?" Jawaban Axton sukses membuat Ara mengerucutkan bibirnya.

"Aku juga tidak minta kau ajak kemari. Ya, aku ikut ya" ucap Ara dan Axton menatapnya datar.

"Kau merengek seperti anak kecil" ucap Axton yang membuat Ara menatapnya datar.

Terlihat jelas jika amarah akan meledak sebentar lagi. Namun nyatanya Axton tak menduga jika muntahan amarah itu akan keluar dengan secepat itu.

"Ya sudah jika kau tidak mau! Ini anakmu yang ingin biarkan bayi ini ileran. ILERAN!" Teriak Ara di kata terakhir sebelum berlalu pergi.

Axton menatap Ara dengan meneguk ludahnya beberapa kali. Bagaimana bisa seorang perempuan akan terlihat sangat cantik ketika marah seperti itu.

Mungkin semua itu hanya berlaku pada Ada. Perempuan itu terlihat semakin cantik ketika amarah meluap seperti itu.

Sepertinya Axton sudah gila sekarang.

Beberapa pelayan mengintip dari ujung pintu dan menatap wajah Axton yang memerah dengan menatap kepergian Ara.

"Berani taruhan, Mr. Ellard sedang jatuh cinta" ucap kepala pelayan itu yang membuat perempuan muda di belakangnya terkekeh pelan.

*-*-*

Axton masuk ke dalam kamar Ara dan menemukan perempuan itu sedang bergelung di ranjang dengan selimut yang membungkusnya rapat.

Axton menggelengkan kepalanya melihat kelakukan Ara yang begitu ajaib di matanya. Perempuan itu kemarin yang merengek ingin dikeluarkan.

Tetapi lihatlah hari ini perempuan itu malah memilih bergelung di balik selimut seperti ini.

Suara pintu tertutup membuat Ara membalikkan kepalanya dan mendengus pelan melihat Axton masuk

"Kau adalah tawananku, tetapi kenapa kau yang lebih galak dariku" ucap Axton yang tak mendapatkan jawaban apapun dari Ara.

"Aku berbicara denganmu" ucap Axton dengan menyingkap selimut dari wajah Ara.

"Kau menyebalkan" ucap Ara dan entah kenapa Axton malah terkekeh mendengarnya.

"Apa yang kau ingin ?" Ucap Axton dengan menarik tangan Ara supaya duduk.

Entah kenapa Axton sedikit ngeri melihat tubuh Ara yang tertekuk. Pikirannya membayangkan jika bayi yang ada di perut Ara akan tertekan

Ara mengikuti tarikan Axton tanpa mengatakan apapun. Mereka saat ini berhadapan dengan Axton yang berdiri menjulang di atasnya.

"Ikut ke London. Ini bukan tempatku, Axton. London rumahku" ucap Ara dengan suara serak ingin menangisinya.

Mendengar ucapan Ara kernyitan tidak suka muncul di wajah Axton.

"Sekarang ini rumahmu" Ara mendongak menatap Axton.

"Terserahmu, tetapi aku ingin ikut ke London" ucap Ara dengan menyedot ingus yang hampir keluar.

Tidak peduli apa tanggapan Axton yang mungkin akan menganggapnya jorok. Ara harus melakukan segala cara agar bisa kembali ke London.

Melihat Axton yang hanya diam Ara mengumpat di dalam hati. Dengan tangan dinginnya Ara memegang tangan Axton yang membuat Axton menatap kedua tangan mereka.

"Aku akan menciummu jika itu syaratnya. Aku mau" rengek Ara yang membuat Axton meneguk ludahnya.

"Aku ada rapat sekarang" jawab Axton dengan suara seraknya yang berusaha dijernihkan.

Ara mengedipkan beberapa kali matanya dengan menatap Axton. Perempuan itu tersenyum manis menatap Axton

"Aku akan menunggumu nanti malam"

Sialan!

*-*-*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status