Keesokan harinya aku merasa bahwa tidak selamanya bermalas-malasan itu menyenangkan dan aku membutuhkan udara yang segar serta pemandangan luar yang cerah. Walaupun aku baru saja menghabiskan waktu sehari di sini, aku mulai bosan dengan udara yang aku hirup dan pemandangan di dalam kamar. Bukan waktu yang lama, tapi aku merasa jika waktu berjalan terlalu lambat. Dua hari terasa seperti dua bulan. Meski kamar ini sangat indah, mataku mesti melihat pemandangan dengan jangkauan yang lebih luas dan tentunya berada di alam terbuka.Setiap kali aku keluar kamar, Amy memergokiku. Dia melarang keras jika aku keluar kamar, dengan alasan perintah dari Pangeran Tom tidak bisa dilanggar. Aku muak mendengarnya, aku benar-benar bosan. Ketika aku mencobanya lagi, aku bertemu dengan Williams di depan pintu. Dia memelototiku. Dia yang lebih menyeramkan daripada ucapan Amy."Tidak bisa kah kau berdiam diri di kamar?" ketus Williams.Baru saja dia bersikap manis kemarin, dan hari ini sifatnya kembali ke
Aku memakai pakaian yang Williams berikan, aku berusaha tidak memedulikan sesuatu yang terjadi di balik pakaian ini. Meskipun terkadang ketika aku memperhatikan pakaian ini secara mendalam, kepalaku kembali terasa sedikit sakit. Aku merapikan pakaian di hadapan cermin, dan mengepang rambutku agak ke samping, yang seharusnya lurus ke belakang. Terlihat sedikit berantakan memang, karena aku melakukannya sendiri tanpa bantuan Amy. Aku belum memotong poniku, terlihat sangat panjang dan ikal, akan sangat mengganggu jika aku melakukan banyak aktivitas. Aku menjepit poniku dengan jepitan yang diberikan Williams. Setelah semuanya selesai, aku mengikat tali sepatuku. Sepatu boot yang panjang sehingga menutupi seluruh betisku. Jujur saja, aku lebih terasa nyaman mengenakan sepatu ini daripada sepatu yang berhak.Pakaian ini sangat melekat di tubuhku. Meskipun terlihat jelas lekukannya, aku masih bisa bernapas lega. Tidak seperti ketika mengenakan korset. Aku merasa sangat nyaman dengan pakaian
Aku melaju dengan kencang, gerbang kastil terbuka ketika prajurit melihatku. Aku bisa merasakan kecepatan ini, hampir saja angin menghempaskan tubuhku. Setelah sekian jarak yang aku tempuh, aku mulai memperlambat kecepatanku. Entah berapa jarak yang aku tempuh sampai sini. Aku bisa melihat pemukiman warga beberapa meter ke depan. Aku menuruni kuda yang kutunggangi, dan mengikatnya di bawah pohon besar sebelum memasuki ke pemukiman. Ketika aku memasuki pemukiman, di sini ramai sekali. Mereka sedang sibuk dengan masing-masing kegiatannya. Ada yang sedang bertransaksi jual beli, ada pula anak-anak yang sedang bermain berlari ke sana kemari. Ah, terasa sangat bergembira dan tidak ada beban hidup sama sekali. Mereka hanya senang bermain dengan riang. Aku merindukan masa kecilku. Meskipun aku tidak ingat sama sekali, tapi sepertinya aku banyak bermain daripada mempelajari suatu hal. Betapa bodohnya diriku. Aku mencari sebuah tempat agak sepi, untuk beristirahat. Akhirnya aku menemukan sebu
Apakah Tom akan memaklumiku jika aku benar-benar pergi dari sana? Apakah aku bisa bertahan hidup tanpa pekerjaan atau orang yang aku kenal? Apakah jika aku menetap di kediaman Tom, semua kekhawatiran akan terjadi? Apakah aku akan kembali ke Kastil milik Raja tua itu? Apakah aku bisa melalui itu semua? Apakah pada akhirnya aku akan hidup dengan tenang?Aku menghela napas, memikirkan bagaimana aku harus bertindak sekarang dan nanti? Aku tidak tahu harus bagaimana? Sejujurnya aku sangat bergantung kepada Tom dan Williams.Entahlah. Memikirkan semua kekhawatiran itu membuat kepalaku kembali terasa cukup sakit. Aku benar-benar ingin bebas, tanpa terkekang oleh siapa pun.“Jane?” Seseorang membuyarkan lamunanku.Aku mengangkat kepalaku. Williams memberikanku jepitan rambut."Kau menjatuhkan ini.""Maafkan aku, aku tidak berniat menghilangkannya.""Tidak, kau tidak perlu meminta maaf."Aku kembali memakaikannya dan wajahku berpaling ke arahnya. Aku baru menyadari bahwa pakaian yang Williams
Pemandangannya sungguh gelap dan berkabut tebal, tapi sepertinya ini bukan malam hari. Jarak pandangku hanya beberapa meter saja. Aku melangkah dengan perlahan-lahan. Suara ranting patah terdengar begitu jelas ketika aku menginjakinya. Aku berada di dalam hutan. Sunyi sekali, sehingga aku tidak mendengar apa pun bahkan suara serangga sekalipun. Aku hanya berjalan lurus, dan aku tidak tahu arah karena ini gelap sekali. Ada setitik cahaya di depan sana, aku mulai bergegas menghampirinya. Namun, jalan yang aku lalui kini menyempit, aku tetap memaksakan untuk berjalan menuju cahaya itu. Seluruh badanku mulai terasa sakit, seperti tergores benda tajam. Aku merasa bahwa jalan yang aku tempuh melalui tanaman berduri. Aku rasa demikian, karena jalannya seperti menyempit, tapi aku berusaha melalui ini semua dan berjalan ke arah sumber cahaya.Aku berhasil melewati tanaman berduri dan menghampiri sumber cahaya. Kedua lenganku penuh dengan luka tergores dan mengeluarkan darah. Aku membencinya, t
Udara siang hari terasa begitu hangat dan menyejukkan. Aku menikmatinya. Aku pergi keluar rumah begitu melihat pemandangan di luar sana. Cuaca yang cerah, langit biru yang bersih hanya dihiasi beberapa awan tipis. Rumput hijau, dan beberapa pohon cukup memberikan ketenangan untukku. Aku merasa bahagia hanya dengan melihat pemandangan seperti ini. Di tengah-tengah halaman terdapat pancuran air tapi tidak mengeluarkan air. Pancuran itu dihiasi oleh beberapa patung kuda dengan gaya yang sedang berlari. Terlihat indah dan mewah. Terdapat kolam yang memutar mengelilingi patung-patung kuda untuk menampung air tersebut. Aku mendekati pancuran itu. Um, menjijikkan! Genangan air di dalamnya berwarna hitam, lumut di sekitarnya sangat tebal. Jika aku menyentuh air itu, mungkin akan terasa kental dengan beberapa serangga yang menempel di tanganku. Aku benar-benar tidak sanggup hanya dengan membayangkannya. Jika aku adalah Philip, lebih baik aku menghancurkan pancuran air ini daripada memelihar
Aku bisa melihat di ujung sana terdapat ruangan yang terbuka. Pikiranku bercabang seketika, apakah aku harus memasukinya atau tidak? Jika aku memasukinya sangat tidak sopan, tapi rasa penasaranku sangatlah tinggi. Aku tidak bisa menahannya.Akhirnya aku bergegas ke ruangan itu, aku memasukinya secara diam-diam. Tuan Philip sedang berada di sana. Ah, aku bingung seketika. Sebaiknya aku kembali sebelum dia menyadari kedatanganku.”Duduklah, Jane.”Aku membalikkan badan. Dia menyadari kedatanganku. Aku menghampirinya, dan menduduki salah satu kursi. Dia tampak sangat sibuk.”Aku tidak bermaksud mencari tahu tentangmu, Tuan. Sepertinya aku mengganggu pekerjaanmu, dan sebaiknya aku pergi”Dia tertawa. “Panggil saja aku Philip, Jane. Tidak usah merasa canggung. Aku mengerti kau sangat bosan. Aku bisa melihatmu pada saat berada di Kastil Burchard, kau merengek meminta kepadaku agar aku bisa membebaskanmu dari kamar.”Aku tersenyum malu. “Baiklah, Philip. Terima kasih sudah menyelamatkanku du
Kastil Grissham. Di mana itu berada? Apa dia mempunyai hubungan denganku?"Jane!" Seseorang memanggilku.Aku tidak menghiraukan suara itu, mungkin dia Williams yang sedang berusaha membujukku. Aku tidak peduli, aku harus mencari kastil itu! Akan tetapi, aku harus bertanya kepada siapa? Aku tidak percaya dengan orang-orang ini. Terlalu banyak hal yang harus aku pikirkan akhir-akhir ini. Aku tidak bisa hidup dengan tenang.Tiba-tiba dia memelukku, aku bisa mencium aromanya yang khas. Dia adalah Tom. Harusnya aku sudah mengenalinya ketika dia memanggil namaku. Hanya saja aku terlalu mengabaikannya. Mengapa aku bisa melupakan Tom? Sudah jelas suara dia dan Williams sangat berbeda."Kau sungguh tak apa?" Dia melepas pelukannya dan menatapku.Aku hanya terdiam."Aku benar-benar khawatir, apa lukamu sudah membaik?"Aku hanya menatapnya dan memalingkan wajahku ke arah luka yang sudah dibalut kain."Apa masih terasa sakit? Aku mendengar ceritanya. Kemudian aku bergegas pergi kesini, karena ses