Castle

Castle

Oleh:  Lucy Ann  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
92Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Kastil Chivalry dan Kastil Grissham memperebutkan seorang gadis dari kalangan rakyat biasa. Keduanya merupakan kastil yang sangat bertolak belakang. Apa yang membuat mereka menginginkan seorang gadis sebatang kara dengan ingatan yang hilang? Ada apa sebenarnya dari dalam gadis itu, sehingga kedua Kastil tersebut sangat menginginkan?

Lihat lebih banyak
Castle Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Chubby Misso
Tulisan & alurnya ciamik bgt! Love it so much! Semoga makin banyak pembacanya!
2024-03-02 19:49:27
0
92 Bab
Prolog
Sore ini benar-benar sangat indah, matahari mulai merendah. Langit berwarna jingga melukiskan seluruh langit dengan berbagai bentuk awan yang menghiasinya. Pada waktu seperti ini sangat cocok meminum teh. Aku memandangi sekitar sambil menikmati secangkir teh. Ini benar-benar membuat hati sangat tenang dan nyaman. Biasanya aku akan membaca beberapa buku untuk menikmati waktu senggang ini. Hanya saja teman dari ayahku sedang berkunjung kesini. Mereka bersahabat sudah lama sekali, namun mereka tampak lebih suka berteman secara diam-diam.Tidak sopan jika aku tidak menyambut kedatangannya. Aku hendak pergi ke pintu utama. Namun, kedatangannya sudah tiba. Aku melihat dia bersama beberapa prajurit yang sedang menemaninya. Aku mulai menghampirinya."Selamat datang." Aku membungkukkan badan ketika dia melewatiku."Terima kasih. Kau sudah tampak besar. Boleh aku bicara denganmu sebelum bertemu dengan ayahmu?"Aku mengangguk. "Lewat sini."Dia mulai mengikutiku berjalan, aku mengarahkannya ke t
Baca selengkapnya
Chapter 1
Aku membuka mata memandangi langit-langit. Setengah tersadar, bahwa aku tidak berada di sini sebelumnya. Kedua tanganku meraba sekitar, badanku sedang terbaring di sebuah ranjang yang sangat besar. Aku bangun dan duduk, memandangi sekitar. Ini kamar yang luas! Seperti sedang berada di rumah yang megah dan mewah. Ini bukan kamarku kurasa, di mana aku berada? Aku menggosok kedua mataku dengan tanganku. Sepertinya sekarang tampilanku sedang berantakan. Aku benar-benar kebingungan.“Nona, saatnya sarapan. Semuanya sedang menunggu Anda.”Semuanya? Siapa yang dia maksud 'semuanya'? Apa ini? Di mana ini? Ingatanku hilang seketika. Aku bingung apa yang harus aku lakukan, tapi ada sesuatu yang mendorongku untuk melakukannya. Padahal aku rasa, sebaiknya aku pergi dari sini. Mungkin dengan ini aku bisa mengetahui mengapa aku berada di sini?Pelayan itu membantuku merapikan diriku setelah dia menyuruhku untuk membersihkan diri. Apa yang terjadi semalam? Sungguh aku tidak berani bertanya kepadanya
Baca selengkapnya
Chapter 2
Aku membuka mataku, buram. Kepalaku pusing. Aku menutup kembali mataku.“Siapa dia? Mengapa kau membawa gadis itu kemari?”“Diam jangan berisik, dia sedang tidur!”Terdengar suara dua lelaki yang sedang bercakap, aku membuka mata perlahan menatap langit-langit. Tidak seperti sebelumnya, langit-langit ini tampak seperti rumah biasa saja. Apa aku sudah terbangun dari mimpi gila tadi? Akan tetapi jika itu mimpi mengapa ada dua orang laki-laki di luar kamar ini?Aku mencoba memulihkan diriku sendiri. Diam sejenak—mengamati lingkungan sekitar. Ingatanku belum pulih secara menyeluruh. Aku bahkan tidak ingat sama sekali bagaimana rupa kamar diriku sendiri. Jelas ini bukan kamarku sepertinya, berantakan sekali. Aku bangun dan duduk di atas kasur sambil memegang kepalaku yang masih terasa pusing. Aku harus bersiap diri, jika memang ini bukan kamarku, berarti ini kamar milik orang lain. Orang itu entah baik ataupun jahat aku tidak tahu sama sekali. Aku harus menjaga diriku sendiri.Aku mulai be
Baca selengkapnya
Chapter 3
Lelah sekali rasanya. Aku tidak paham mengapa Williams berkata seperti itu, sedangkan kita harus jalan sejauh ini? Apa jangan-jangan dia akan menjadikanku umpan untuk hewan buas? Sial! Mengapa aku tidak terpikirkan sampai situ?Ini benar-benar hutan belantara, sama seperti sebelum aku terjatuh. Hanya jalan setapak. Sepertinya waktu menunjukkan sore hari, aku bisa melihat cahaya matahari yang mulai merendah. Badanku sudah mulai berkeringat, mungkin karena aku menempuh jalan yang cukup jauh. Cahaya matahari itu menyilaukan pandanganku, aku benar-benar merasa terganggu dengan perjalanan ini. Ah, sudahlah—tidak baik jika terus mengeluh. Hutan yang lengkap dengan pemandangan, menyejukkan pikiran, dihiasi suara kicauan burung dan serangga yang bersahutan satu sama lainnya. Lelahku hilang seketika. Aku berhenti sejenak, menutup mata menikmati semua ini.Seseorang menepuk jidatku, dan membuyarkan semuanya."Nyamuk di sini besar sekali. Aku jadi tidak tahan untuk membunuhnya."Aku melotot. Ter
Baca selengkapnya
Chapter 4
Aku membuka pintu kamar berencana keluar, tetapi ada pelayan menunggu di pintu kamarku. Dia mengatakan bahwa makan malam sudah siap, sambil memegang tumpukan baju dia meminta izin untuk memasukkan semua baju itu ke dalam lemari. Dia sudah lama menunggu, tetapi karena aku sedang tertidur dengan lelap, dia membiarkanku tidur dan melewati makan siang.Makan malam sudah siap. Aku sangat menanti makan malam, karena perutku sudah benar-benar lapar. Oh, perutku tolonglah jangan membuat masalah ketika di ruang makan. Jika sampai itu terjadi, apa sebaiknya aku berpura-pura mati?Aku mengenakan gaun sederhana berwarna coklat muda yang telah disiapkan pelayan tadi. Busana yang sederhana namun tetap mempunyai kesan yang anggun. Dia mengatakan bahwa kehadiranku mendadak di sini, jadi semua baju ini adalah milik mendiang ibu Pangeran Tom. Tom yang malang, dia sudah kehilangan ibunya. Ingin aku bertanya kepada pelayan itu mengapa ibunya meninggal, tapi aku tahan. Aku harus berhati-hati dengan orang
Baca selengkapnya
Chapter 5
Seorang pelayan mengetuk pintu dan masuk ke kamarku. Aku membuka mataku.”Maaf, Nona. Pangeran Tom memberikan ini untukmu.”Ternyata dia, Amy.”Baiklah, Amy. Letakkan di sana. Nanti aku pakai setelah membersihkan badanku terlebih dahulu.””Izinkan saya merias Anda, Nona.””Baiklah, tapi jangan panggil aku Nona.””Baik, Nona. Eh, Jane.”Aku pergi mandi.Aku mengenakan gaun yang sudah disiapkan Tom, dibantu Amy memakaikan korset. Aku benci sekali dengan korset ini. Gaun ini berwarna merah muda—sangat muda seperti bunga mawar yang baru mekar. Meskipun acara malam hari yang seharusnya berwarna gelap. Namun, aku yakin Tom memilih ini tanpa ragu. Dia pikir ini cocok denganku dan aku suka, sangat suka.Amy menata rambutku sedemikian rupa. Dia menyanggul rambutku ke belakang, dan membiarkan rambut depanku terurai. Rambut yang tidak bisa tersanggul karena terlalu pendek. Dia menyanggul lebih rapi daripada sebelumnya. Amy memberikanku hiasan mutiara-mutiara kecil di rambutku. Terasa lebih hidup
Baca selengkapnya
Chapter 6
Pikiranku kosong. Air mata mengalir begitu saja, tapi tidak seperti sebelumnya. Aku menangis tapi ada perasaan senang di dalamnya. Apa ada hal sesuatu yang telah terjadi? Apa aku pernah bertemu dengan Tom sebelumnya? Namun, Tom mengatakan bahwa dia belum pernah menemuiku. Jika dia belum pernah bertemu denganku, mengapa dia bisa mengutarakan perasaannya meski baru bertemu beberapa hari? Padahal kami baru dekat pada saat sedang berdansa.Aku membasuh muka dan kedua tanganku. Aku melihat diriku sendiri di cermin. Riasanku mulai memudar, tapi aku tidak memikirkannya. Aku mencoba menenangkan detakan jantungku, dan air mataku sudah berhenti mengalir. Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Rasanya akan canggung sekali. Aku tidak bisa mengatasinya.Aku melamunkan diri di hadapan cermin. Tujuanku sebenarnya adalah mencari tahu mengapa aku hilang ingatan, tapi aku merasakan ada hal yang berbeda. Ada apa dengan ini? Apa aku mengingat sesuatu? Mengapa jantungku tidak bisa berhenti kembali normal
Baca selengkapnya
Chapter 7
Sayup-sayup aku mendengar suara perasan air menetes ke bawah genangan air dalam suatu bejana. Tetesan air itu mulai menyentuh keningku. Terasa dingin sekali. Aku mulai membuka mata, memang masih terasa berat. Sepertinya aku tidak membuka mata secara menyeluruh. Entah ini rasa kantukku atau memang aku kelelahan. Amy melakukan ini untukku, dia sudah menyiapkan makanan. Sesungguhnya aku tidak berselera dengan makanan.Aku melihat di sebrang sana, Tom sedang duduk di sofa. Namun, ia sedang tertidur. Dia masih mengenakan kemeja yang semalam ia pakai. Apa semalaman dia tertidur di sini?Badanku masih lemas. Hanya saja aku mencoba untuk berdiri menghampiri Tom. Aku sempat dicegah oleh Amy, tapi aku mengabaikannya. Dia langsung pergi keluar begitu aku membawa selimut dari tempat tidurku, dan memakaikannya kepada Tom. Aku tahu ini sudah siang, tapi aku merasa kasihan sekali kepadanya. Dia mengkhawatirkanku sampai seperti ini. Tom, maafkan aku. Dia terbangun—menggosok matanya."Jane, mengapa ka
Baca selengkapnya
Chapter 8
Semua orang hampir meninggalkan kamarku begitu Tuan Philip pergi, dan Williams ikut pergi untuk mengantarkannya.Tom masih di sini dan duduk di atas kasur. Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan? Setelah kejadian semalam, aku benar-benar merasa canggung. Apakah aku menyakiti hatinya?Kepalanya masih menunduk. Aku sangat yakin dia ingin mengatakan sesuatu, akan tetapi mengingat kejadian semalam, itu membuatnya menjadi canggung. Aku tidak berani berucap, hanya saja pandanganku tidak berpaling darinya. Aku menatap rambutnya yang berwarna keemasan, rasanya aku ingin sekali menyentuh rambutnya yang lembut itu. Kemudian dia mulai menegakkan kepalanya, dan melihat bahwa aku sedang menatapnya.Aku benar-benar memalukan, mungkin dia berpikir jika aku memang sedang memperhatikannya. Meskipun itu memang benar, tapi aku berharap dia tidak berpikir seperti itu."Jane?""Ya? Ada yang ingin kau sampaikan? Aku tidak tahu harus berkata apa? Sedangkan kau hanya melamun menunduk ke bawah."Dia tersen
Baca selengkapnya
Chapter 9
Keesokan harinya aku merasa bahwa tidak selamanya bermalas-malasan itu menyenangkan dan aku membutuhkan udara yang segar serta pemandangan luar yang cerah. Walaupun aku baru saja menghabiskan waktu sehari di sini, aku mulai bosan dengan udara yang aku hirup dan pemandangan di dalam kamar. Bukan waktu yang lama, tapi aku merasa jika waktu berjalan terlalu lambat. Dua hari terasa seperti dua bulan. Meski kamar ini sangat indah, mataku mesti melihat pemandangan dengan jangkauan yang lebih luas dan tentunya berada di alam terbuka.Setiap kali aku keluar kamar, Amy memergokiku. Dia melarang keras jika aku keluar kamar, dengan alasan perintah dari Pangeran Tom tidak bisa dilanggar. Aku muak mendengarnya, aku benar-benar bosan. Ketika aku mencobanya lagi, aku bertemu dengan Williams di depan pintu. Dia memelototiku. Dia yang lebih menyeramkan daripada ucapan Amy."Tidak bisa kah kau berdiam diri di kamar?" ketus Williams.Baru saja dia bersikap manis kemarin, dan hari ini sifatnya kembali ke
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status