"Paman Brodie, kau tahu seberapa susahnya aku ke luar dari tempat menyeramkan itu?" tanya wanita yang bernama Helena tadi.
Sang pemilik memiliki nama Brodie yang baru saja aku ketahui dari wanita yang bernama Helena. Ia terkekeh mendengar suara Helena yang terdengar jengkel terhadapnya.
Namun, setelah terkekeh, ia kembali terlihat panik dan buru-buru menatap orang yang berada di belakangnya. Ilkay berada di belakang pemilik toko, tidak tersenyum bahkan pikirannya terlihat sedang bekerja keras–terlihat jelas dari keningnya yang mengernyit.
Pemilik toko yang dipanggil Paman Brodie itu kembali menatap Helena. "Kau bisa tunggu sebentar? Pelangganku sudah menunggu terlalu lama."
Helena menganggukkan kepalanya dengan mantap, lalu mengibas-ngibas sebelah tangannya yang mungkin mengartikan bahwa ia tidak masalah jika menunggu.
"Tidak masalah," jawabnya santai. "Aku ke sini juga untuk melihat keadaanmu, paman," jawabnya, dengan jujur.
Lantas, p
"Itu cerita yang menyeramkan ...." Tanpa sengaja, aku mengeluarkan isi pikiranku."Tidak, nona!" Tapi, suara wanita itu membuatku terperanjat kaget.Kini, ia menjauhkan tubuhnya dari Ilkay dan memperbaiki posisi berdirinya. Ia berdiri tegap dengan kedua tangan di simpannya di belakang punggung."Ini lebih menyeramkan dari sekedar berkelana di tengah hutan pada malam hari seorang diri!" sambungnya.Aku membungkam mulutku karena kesalahan yang kuperbuat. Lalu, wanita itu menghela napasnya begitu panjang."Kalian beruntung bisa selamat dari tempat itu," ucapnya.Lantas, pandanganku berganti pada Ilkay. Itu memang benar, aku beruntung ke luar dari desa yang mengerikan itu, dan Ilkay bukanlah beruntung, melainkan ia melakukan atas kemampuannya. Mengalahkan banyak bandit dalam sekejap mata, kekuatan apa yang dimilikinya?Tentu saja ia tidak menggunakan kekuatan apapun, pria itu menggunakan sarung pedangnya dan hanya membuat para bandit itu
"Kau ...." Ia mencoba mencari kata-kata yang pantas untukku dan aku tahu itu bahwa ia sedang mencurigaiku. "Kau seakan lebih mengenal wanita itu."Dan sekarang, apa yang harus kujawab jika ia benar-benar mencurigaiku.Aku tidak ingin mati di hari kedua aku hidup di kesempatan kali ini. Hidup dengan tenang tanpa adanya pandangan orang-orang yang berbeda terhadapku ialah hal yang kuinginkan.Aku hanya bisa mendengar Helena mencurigaiku dengan tatapan mengintimidasi."Kami semua berharap untuk menghapus hama itu, tapi istana tidak pernah bergerak mengani hal ini. Seolah-olah desa itu pantas untuk dimusnahkan," ucapnya, tidak terima sehingga menyalahkan istana.Ucapannya memang tidak bisa diterima, terutama pada diriku yang menjadi pelaku hancurnya Desa Jeffre yang mereka bilang. Akan tetapi, yang bisa kulakukan hanya menatap mata Helena yang tidak terima pada semua perlakuan ini. Sebab, rasa takut lebih mendominasi diriku.'Apa pada akhirnya ak
"Tentu saja." Helena menganggukkan kepala tanda ia bangga telah bekerja melayani bangsawan selama ini. "Lihatlah penampilanku, aku seorang pelayan di tempat Duke Lamford."Dengan bangganya ia memutarkan rok hingga mengembang. Ia menyunggingkan senyumnya yang tertuju padaku.Namun ....Untuk apa dia membanggakan tuannya yang telah melakukan hal yang keji, dan sebelum itu, bukankah ia merasa jengkel pada kediaman Duke Lamford?"Lalu, apa yang kau lakukan di tempat seperti ini?" tanyaku, menyipitkan mata untuk memberi kesan mengintimidasi.Helena mengendikkan bahu. "Yah, bisa disebut aku akan berhenti bekerja menjadi pelayan mereka dan berencana untuk membantu Paman Brodie menjaga tokonya," ucapnya panjang lebar.Aku hendak membalas ucapannya, akan tetapi terhalangi oleh tubuh Ilkay yang mendadak maju selangkah dariku."Kau mengetahui kejadian mereka, bukan?" tanya Ilkay.Suaranya semakin terdengar dingin dan tatapannya–dari
Terdengar suara pekikan yang tertahankan tidak jauh dari tempatku. Dengan cepat, aku menoleh dan menatap Helena yang merupakan pelakunya. Wanita itu sedang menutup mulutnya dengan rapat guna mencegah pekikannya yang melengking.Ada apa dengannya?"Mata-mata istana pastinya tidak akan mendekati orang-orang dan menunjukkan wajahnya dan juga–" Ilkay membuang napasnya. Frustasi. "Apa memprediksi yang akan terjadi merupakan keahlian penyihir?"Pria berambut emas itu mengacak rambutnya, sehingga rambut yang telah berantakan itu semakin berantakan. Menambah pesona yang berhasil membuat Helena mimisan.-oOo-"Sebentar! Aku tidak pernah berpartisipasi dalam tawaran ini!"Dia berusaha menyeretku untuk memasuki permasalahan yang tidak ingin kulewati bersamanya."Tapi kau akan mengikutiku, bukan?"Pertanyaan dari Ilkay berhasil membuatku tertegun. Keningku bisa saja mengernyit karena termakan oleh ucapanku yang sebelumnya. Aku menata
"Pertimbangkan apa yang aku ucapkan barusan." Ia sedikit memutar kepalanya dan menampilkan sudut mata yang tajam. "Jika tidak, kau akan dalam masalah jika terus-menerus menjalankan hari seperti ini."Dia memberi waktu sampai esok. Sungguh, sangat pantas menjadi sang tirani.Segera, aku melirik ke belakang hanya untuk menatap Helena sebelum meninggalkannya. Wanita itu tampak terkejut dengan kedua mata yang melebar dan mulut tertutup rapat.-oOo-"Kenapa kau berbicara seperti itu kepada dia?"Aku terus melangkah mengikuti arah ke mana pria itu pergi. Menatap penutup kepalanya yang sudah bertengger di atas kepalanya dan menutup rambut emas tersebut."Aku tahu seperti apa akhirnya," ucapnya, dengan suara yang terdengar santai.Ucapannya sukses membuatku mengernyit. Akan tetapi, aku memilih untuk mengedarkan pandangan dan menangkap banyak orang sedang berlalu-lalang dengan santai. Toko-toko yang tidak jauh berbeda dengan Kerajaan Lotus mem
"Senjata yang kita pilih akan lebih mudah untuk dikendalikan, daripada menggunakan senjata pemberian orang."Tatapannya begitu tajam kepadaku. Seakan-akan memberi peringatan pada wanita naif yang ada di hadapannya ini."Dan jangan pernah terlalu mempercayai orang sepertiku."Wajahnya menjadi kelam dan ucapan yang dingin itu mampu menusuk tulang-belulangku.Ya. Aku mengetahuinya dan tidak akan mempercayai orang-orang yang telah mengkhianatiku.Siapapun itu.Napasku mulai mengangkat suara, akan tetapi ku urungkan ketika Ilkay lebih dulu telah menjawab pertanyaan yang ada di dalam benakku."Kita bisa mencari koin lagi jika telah habis, tapi penyakit akan sulit disembuhkan."Kali ini, apa yang dikatakannya?Apa hanya menggunakan pakaian ini selama mengembara dan bertemu dengan bandit-bandit yang sama sangarnya dengan sebelumnya dapat membuatku terjangkit penyakit?Aku menghela napas. "Terlalu banyak berhutang budi aka
"Sudah lama tidak jumpa kawan-kawanku!" ucapnya, dengan penuh semangat.Senyumnya melebar dan matanya hampir menyipit sontak membuatku tertegun. Ia berubah menjadi orang yang belum pernah kulihat sebelumnya–tentu saja, karena ini hari kedua setelah aku mengenalnya. Tangannya terbuka lebar sehingga tubuhku spontan mundur untuk menghindari tangannya yang hampir memukulku."Kali ini, aku membawa berita terbaru untuk kalian semua," sambungnya.Ucapannya berhasil membuatku terkejut.Menatap tajam ke arahnya tidak akan membuat pria itu merasa. Ia tetap mengatakan apa yang ingin ia katakan tanpa memikirkan orang di sampingnya.Dan juga, berita yang dikatakannya bukan tentang diriku, bukan?Benar-benar membuatku terkejut dan juga meningkatkan kewaspadaanku padanya.Seseorang yang tidak jauh dari kerumunan itu masih duduk di atas kursinya dan tangannya meminum bir yang ia pesan. Menarik perhatian ketika gelas yang sedang ia pegang ia let
"Bandit? Bukannya para bandit di sana juga termasuk yang paling berbahaya?" tanya seorang pria lain yang ikut terkejut dengan jawaban Ilkay.Suasana semakin gaduh, membuatku merasa tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian mereka.Kemudian, suara seseorang yang begitu tenang dan bercampur dengan rasa takjub itu menarik perhatianku. "Seperti yang ku bayangkan dari pengembara tampan seperti dia, sudah kupastikan bahwa ia memiliki keahlian dalam berpedang!"Suaranya begitu takjub sampai-sampai seluruh orang yang berada di dalam bar menaruh perhatian mereka ke arah Ilkay. Untungnya, aku tersisihkan meskipun semakin banyak orang yang mengelilingi kami."Kau tidak melakukan hal licik pada pria tampan itu, bukan?"Lalu, wanita yang sedang mabuk itu kembali bersuara. Berbeda dengan orang-orang yang ada di sekitarnya–yang memilih untuk berbicara dengan Ilkay–, wanita itu justru menaruh perhatiannya kepadaku.Aku membungkam mulutku. Toh,