Share

Bab 113

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-01 19:00:00

Danang memacu motornya dengan kecepatan yang semakin meningkat. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, tetapi ia tidak peduli. Semangatnya untuk segera memberikan hadiah itu kepada Dina mendorongnya untuk terus melaju. Sesekali, ia merogoh saku jaketnya, memastikan kotak kecil berisi kalung liontin tetap aman di tempatnya.  

"Dina, tunggu kedatanganku!" serunya, suaranya nyaris tenggelam oleh deru mesin motor. Pikirannya dipenuhi bayangan wajah Dina yang tersenyum saat menerima hadiah tersebut.  

Saat ia tiba di depan rumah, kegembiraannya perlahan berubah menjadi kebingungan. Rumah itu tampak gelap gulita, tidak ada satu pun lampu yang menyala. Danang mematikan mesin motornya dan turun dengan tergesa-gesa, mengerutkan kening saat menatap rumah yang sepi. "Kenapa rumah gelap begini?" gumamnya, rasa khawatir mulai menjalar di hatinya.  

Ia merogoh saku celananya, mengambil ku

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Happy Adriana
lanjuuuttt thor... makasih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 175

    Suasana di kamar rumah sakit mendadak penuh kehangatan ketika pintu diketuk dan terbuka.Hanum yang sedang duduk di sisi tempat tidur segera berdiri dan tersenyum.“Nih, tamu istimewa datang,” katanya ringan.Dina langsung menoleh ke arah pintu. Matanya berkaca-kaca saat melihat sosok ibunya dan adiknya masuk dengan langkah tergesa.Aini langsung menghampiri putrinya, sementara Deni mengekor di belakangnya.“Bundaa…” lirih Dina.Aini mendekat, wajahnya diliputi kekhawatiran dan kelegaan sekaligus. Tapi begitu matanya menatap wajah Dina yang pucat namun tersenyum, ia tahu putrinya akan baik-baik saja.“Kamu bikin Bunda panik, Nak,” gumam Aini."Karena panik, bunda mau pergi semalam kak. Bunda lupa bus tidak

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 173

    Pintu kamar diketuk pelan, lalu terbuka perlahan.Ketiganya, Hanum, Alma, dan Dina menoleh bersamaan ke arah pintu.Seno, suami Hanum, muncul dengan dua tangan penuh tentengan kantong plastik dari rumah makan. Senyumnya lebar, meski keringat membasahi pelipisnya.“Assalamualaikum…”Hanum langsung berdiri, menahan tawa dan heran.“Lho, Mas! Kenapa nggak bilang kalau mau datang? Aku mau nitip makanan tadi!”Seno mendekat, meletakkan semua kantong plastik di meja kecil dekat jendela.“Justru mau kasih kejutan. Aku tahu kamu pasti belum sempat makan yang bener. Jadi, sekalian beli untuk semuanya.”Hanum melihat apa saja yang dibeli oleh sang suami dan Alma juga ikut membantu membuka satu per satu

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 172

    Malam turun dengan sunyi yang menusuk. Lampu kamar Danang menyala redup, memantulkan bayangan suram di dinding.Danang duduk di tepi ranjangnya. Tangan kirinya menopang kepala yang berat, sementara mata menatap kosong ke arah lantai. Luka-luka di tubuhnya memang mulai membaik, tapi luka di hatinya… seperti makin dalam.Ia menghela napas panjang, berat, lalu mendengus kesal.“Mereka pikir aku nggak punya perasaan? Mereka kira gampang buat aku kayak gini?” gumamnya pelan tapi penuh tekanan.Ia bangkit, berjalan perlahan ke arah jendela. Menyibak tirai, menatap ke luar. Gelap. Sepi. Seperti hatinya.“Dinda… dia adikku sendiri. Tapi dia lebih membela Dina. Bukannya bantu aku, malah kasih buku nikah itu. Kalau bukan karena dia, Dina nggak akan gugat cerai…”

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 171

    “Sebentar...” gumam Dokter Eva pelan. Ia menekan beberapa tombol, memutar alat USG perlahan ke sisi lain perut Dina, matanya terus menatap monitor dengan fokus yang intens.Alma berdiri gelisah, begitu juga Hanum. Keduanya saling pandang dengan wajah cemas.“Ada apa, Dok?” tanya Dina, suaranya lemah namun terdengar jelas.Dokter Eva masih diam. Ia menggeser alat sekali lagi, lalu menarik napas panjang. Wajahnya serius, tapi tidak menunjukkan kepanikan.“Dokter... apa ada masalah?” tanya Hanum, tak kuasa menahan kekhawatirannya.“Tidak,” sahut Dokter Eva singkat.Ketiganya sama-sama menarik napas lega. Namun, suasana tetap hening. Semua mata kini terpaku pada layar.“Saya perl

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 170

    Begitu keluar dari rumah, Danang menepis tangan mamanya. Napasnya memburu, wajahnya merah karena emosi yang memuncak.Ia berdiri di halaman rumah Aini, menengadah dan berteriak lantang,“Dina! Kamu denger, kan?! Aku nggak akan ceraikan kamu! Kamu dengar itu?! AKU TIDAK AKAN CERAIKAN KAMU !!”Suara itu menggema, memecah keheningan pagi di desa. Beberapa detik kemudian, pintu-pintu rumah tetangga terbuka satu per satu. Warga sekitar berdiri di ambang pintu atau mengintip dari jendela, ekspresi wajah mereka campuran antara heran, penasaran, dan gelisah.Dari seberang jalan, Bu Narti—tetangga Aini yang terkenal suka ikut campur—menggumam pelan sambil memeluk lengannya,“Ya ampun... Kirain rumah tangga Dina bahagia-bahagia aja. Ternyata lagi ada huru-hara."

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 169

    Hanum menutup mulutnya dengan tangan, napasnya tertahan. “Ya Allah…”Alma juga. Ia maju sedikit. “Bagaimana kondisi kandungannya, Dok?”“Untuk saat ini masih tertolong. Tapi… dia harus benar-benar istirahat total. Bedrest. Tidak boleh stres, tidak boleh kelelahan. Kondisinya sangat rentan.”Dokter membuka catatan medis di tangannya. “Hasil pemeriksaan menunjukkan tubuhnya kekurangan nutrisi."Hanum mengangguk pelan, matanya mulai berkaca-kaca. Dalam hati ia membatin,"Karena banyak pikiran, Dina pasti tidak selera makan.""Dia terlalu memaksakan diri," ucap Alma lirih."Apa pekerjaannya?" tanya dokter, menatap mereka dengan serius."Menjahit, Dok," jawab Hanum singkat.Dokter menghela napas pelan, lalu menatap mereka

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status