Share

Bab 83

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-04-05 22:22:11

Dina dan Alma berdiri puas, menatap ruko yang sudah tertata rapi dengan barang-barang seperti mesin jahit dan mesin obras, serta dua lemari besar yang akan digunakan untuk menyimpan bahan kain dan pakaian. Cahaya matahari sore menembus pintu ruko yang terbuka, menyoroti senyum lebar yang terukir di wajah mereka.

"Akhirnya!" seru Dina dengan wajah ceria, senyumnya merekah saat ia menatap mesin jahit yang baru saja tiba. Tangannya perlahan mengelus mesin itu dengan lembut, seolah sedang menyentuh permata berharga. Matanya berkilau, mencerminkan rasa syukur dan kebahagiaan yang mendalam. "Aku tidak mengira momen ini terjadi, Al. Ini bukan mimpikan?" katanya dengan suara yang penuh haru.

"Ini nyata, Din. Bukan mimpi!" kata Alma dengan semangat, menatap Dina sambil tersenyum lebar.

Tanpa menunggu respons, Alma tiba-tiba mencubit lengan Dina. "Aduh!" seru Dina sambil meringis kesakitan, tangannya langsung mengusap bekas cubitan itu.

"Sakit, kan? Nah, itu tandanya nyata!" kata Alma sambil te
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 144

    Suasana ruang rawat inap masih sunyi saat Endang mendorong pintu perlahan. Wajahnya terlihat letih tapi tetap rapi seperti biasa. Namun langkahnya langsung terhenti ketika matanya menangkap Danang yang sedang duduk bersandar di ranjang—sendirian.Endang menoleh cepat ke sekeliling ruangan. Tidak ada tas atau barang Dina. Tidak ada suara di kamar mandi. Sepi."Kok kamu sendirian, Dan?" tanyanya curiga, nada suaranya mulai naik satu oktaf. "Istrimu mana? Dina ke mana?!"Danang mengerjap pelan, seolah terbangun dari lamunan. Ia membuka mulut, namun tak langsung menjawab.Endang mendekat. “Kamu baru habis kecelakaan! Masih lemah begini! Dina ke mana, ha? Bukannya dia yang seharusnya jaga kamu?! Apa-apaan ini?!”Sebelum Danang bisa berkata apa-apa, suara langkah cepat terdengar dari arah luar pintu, lalu pintu terbuka. Dinda masuk, berhent

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 143

    Sinta berjalan cepat dengan wajah memerah karena emosi. Tumit sepatunya menghentak lantai, menimbulkan suara tajam yang bersahut dengan gerutuan-gerutuannya.“Kurang ajar!” umpatnya, “Adik Mas Danang kurang ajar sekali ! Anak bawang tiba-tiba main seret-seret aku, kayak aku maling aja!”Ia terus berjalan, tapi pikirannya belum bisa lepas dari kejadian barusan. Napasnya masih memburu. Namun di tengah langkahnya yang terburu-buru, tiba-tiba ia berhenti. Alisnya berkerut.Sinta menoleh, seolah mencari sesuatu di udara. Lalu ia bergumam, “Tadi dia bilang aku apa sih?”Keningnya berkerut dalam-dalam, mencoba mengingat kembali.“Pelakor ! Dia memanggilku pelakor," ucapnya pelan, seperti baru sadar.Ia terdiam sesaat, lalu tertawa kering—penuh ketidakpercayaan. “Pelakor? Gila! Aku pelakor? Maksudnya

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 142

    Dina terdiam, matanya menyipit. Ia hanya bisa melihat punggung wanita itu—rambut panjang tergerai, langkah cepat, dan sikap penuh percaya diri.Beberapa detik… satu menit… dua menit.Wanita itu tidak keluar.Ia mempercepat langkahnya. Rasa penasaran mencubit hatinya. Wajah perempuan itu tidak bisa dilihatnya.Dina berdiri tepat di depan pintu kamar yang tidak tertutup sempurna. Ia bisa mendengar suara perempuan itu dari balik pintu. Jantungnya berdegup keras, seperti tahu akan ada sesuatu yang tak ingin ia saksikan, namun juga tak bisa ia hindari.Perlahan, ia mendorong pintu beberapa senti—cukup untuk mengintip ke dalam.Jantungnya nyaris berhenti. "Dia... Wanita itu," gumamnya dalam hati.Sinta. Wajahnya jelas. Wanita dalam foto itu. Wanita yang menjadi duri dalam rumah tangganya.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 141

    Dina sudah hampir satu jam duduk di taman. Saat menjaga Danang, ia lebih suka duduk di luar. Dia malas untuk satu ruangan dengan Danang, saat Danang tidak tidur. Jika dia lihat Danang tidur, baru Dina masuk. Ponsel Dina berdering saat ia sedang duduk taman rumah sakit, tak jauh dari kamar Danang. Nama “Tante Hanum” terpampang di layar. Dina segera mengangkatnya.“Assalamu'alaikum , Tante?”“Walaikumsalam Dina, kamu sibuk? Tante mau ketemu. Bisa kita ngobrol?”Dina menarik napas. “Saya di rumah sakit, Tante.”Hanum langsung panik. “Hah? Kamu sakit, Nak?”“Bukan. Mas Danang, Tante. Dia kecelakaan, sempat dioperasi. Sekarang dirawat di sini.”“Ya Allah… Tante ke sana sekarang.”Sambungan terputus setelah Dina mengatakan ruma

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 140

    Deni dan Johnny baru saja turun dari angkot sepulang sekolah. Karena Deni hari ini tidak bawa motor. Depan pos ronda dekat rumahnya. Pak Johan, salah satu tetangga yang cukup dikenalnya duduk di pos ronda, memanggilnya.“Den, kamu sudah dengar kabar di pasar tadi pagi?” tanyanya sambil menatap Deni dengan wajah serius.Deni mengernyit. “Kabar apa, Pak?”Pak Johan menoleh kanan kiri, lalu berbisik, “Itu, soal juragan Zuki yang ngomong aneh-aneh soal ibumu.”Deni terdiam. Wajahnya langsung berubah. “Maksud Bapak apa?”“Dia bilang di depan orang-orang kalau ibumu janda, dan… ya, nadanya enggak pantas. Banyak yang dengar,” kata Pak Johan pelan."Bapak tidak bohong?""Nggaklah Den. Untuk apa bapak bohong. Bapak ini sudah kenal lama dengan almar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 139

    "Kamu mengetahuinya, Dinda?" tanya Dina dengan tatapan mata memicing tajam.Dinda menghela napas, lalu menatap lurus ke depan. “Aku pernah lihat, Kak… Mas Danang bersama seorang wanita. Mereka kelihatan… mesra. Terlalu dekat untuk dikatakan sekadar teman biasa.”Ucapan itu menusuk langsung ke jantung Dina. Ia terdiam, wajahnya memucat. Seketika ingatannya melayang pada gambar yang ia terima beberapa waktu lalu—foto Danang dengan seorang perempuan. Foto yang membuat hatinya remuk dan pikirannya penuh pertanyaan, siapa yang mengirimya.Dina menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. “Kapan kamu lihat mereka?” tanyanya pelan, nyaris berbisik.“Beberapa minggu lalu,” jawab Dinda. “Aku nggak yakin awalnya. Rasanya, tidak mungkin Mas Danang berbuat begitu. Aku mengikutinya dan melihat kemesraan keduanya. Tidak mun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status