Saat Vincent mengajukan tawarannya, Chloe mengertakkan gigi. Pria ini masih memiliki keberanian untuk mengejek dan mempermainkannya ketika dia sudah selesai dengannya. Jelas sekali, dia tidak akan kembali ke rumah Vincent karena Vincent akan memanfaatkan Mackenzie untuk menyanderanya, menyuruh Mackie untuk mulai menanyai ibunya sampai Chloe tidak tega untuk pergi.
"Kamu lucu sekali, Vincent. Pikirku aku sudah memberimu kesempatan emas untuk meniduri sekretarismu sesukamu. Sial, kamu bisa meniduri siapa pun tanpa merasa bersalah—bukan berarti kamu bisa merasa bersalah," ejek Chloe."Hmm? Aku akan tetap meniduri sekretarisku setelah semua yang kamu lakukan ini. Aku hanya tidak ingin putriku berpikir bahwa dia kehilangan ibunya," jawab Vincent ringan, tampak acuh tak acuh terhadap ejekan apa pun yang di ucapkan Chloe."Dia tidak akan pernah kehilangan ibunya, tapi dia sudah lama kehilangan ayahnya!"Chloe membalas ketika dia menyadari bahwa Vincent tidak menganggapnya serius. "Baiklah, aku akan pergi ke pesta, Ibumu, dan aku akan mengajak Mackenzie bersamaku!"Bip.Chloe mengepalkan ponselnya dan melemparkannya ke tempat tidur sambil menutupi wajahnya dengan telapak tangannya. Dia pikir dia akan segera memisahkan diri dari keluarga Gray setelah ini, tetapi Vincent mengikatnya dengan mudah menggunakan putrinya sebagai alasan yang kuat."Sial, sekarang aku harus berperan sebagai istri yang baik dan keluarga bahagia bersama Vincent lagi," Chloe mengutuk kemalangannya sendiri.Yang paling tidak dia sukai dari ibu mertuanya adalah ekspektasinya. Ibu Vincent selalu mengharapkan Chloe berperilaku baik karena dia seorang wanita, dan dia mengabaikan semua keluhan Chloe.Jika Chloe berani menyuarakan ketidaksenangannya terhadap perlakuan Vincent, Dorothea Gray—ibu Vincent akan memarahi Chloe dan memanggilnya keluar karena tidak menghormati tuan rumah.Chloe menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum memberikan sedikit dorongan pada dirinya sendiri, "Tidak apa-apa, Chloe. Ini terakhir kalinya kamu bertemu dan terlibat dengan keluarga Gray. Yang perlu kamu lakukan hanyalah mengajak Mackenzie dan tersenyum anggun seperti biasanya. Jadi Dorothea tidak akan menyadari perceraiannya terlalu cepat."Vincent mendengus ketika Chloe tiba-tiba menutup telepon. Dia tahu bahwa Chloe tidak akan mengabaikan putrinya, jadi mudah untuk mengikatnya kembali untuk menghadiri pesta ulang tahun ibunya."Heh, jalang bodoh," gumam Vincent puas pada dirinya sendiri."Papa, aku mau yang ini!" Mackenzie kembali dengan membawa boneka bayi yang bisa mengeluarkan suara tangisan dan meminta susu dotnya.Vincent tersenyum dan memeriksa mainannya, "Kamu mau ini? Putri kecilku ingin merawat bayinya sekarang?""Tidak, Papa, itu untuk Mama!" Mackenzie menjelaskan. "Mama dan aku akan merawat bayi ini bersama-sama!""Hmm? Hanya Mama? Papa juga bisa menjaga bayinya lho," kata Vincent sambil mengambil boneka bayi itu dari tangan Mackenzie."Tidak, Papa tidak bisa melakukan itu.""Kenapa tidak?""Karena Papa bukan seorang ayah yang baik untuk bayi ini, Papa tidak pernah pulang'" Mackenzie mendengus polos. "Bayi ini menginginkan ayah yang lebih baik!"**Chloe mengenakan anting-anting kecilnya. Sebelum bersiap menghadiri pesta ulang tahun Dorothea hari ini. Dia menelepon Uber dan lalu menelepon Vincent saat dia menuju ke lokasi pesta, mansion Grey.Telepon berdering beberapa kali sebelum Vincent mengangkatnya.Vincent merasakan telepon berdering. Baru sehari dia mengajak Mackenzie ke mal. Dia menyeringai."Ya?" Vincent mengangkat telepon dengan ringan."Vincent, kamu di mana sekarang? Aku menuju ke rumah ibumu," Chloe memberi tahu sambil memeriksa jalan untuk memperkirakan waktu kedatangannya di rumah itu."Oh, Mackie dan aku sudah berada di pesta. Mackie sedang bersama neneknya sekarang. Ibuku terus bertanya tentangmu," jawab Vincent. Dia menyeringai dan merendahkan suaranya untuk kalimat berikutnya, “Dia bilang kamu adalah wanita malas yang tidak bisa mengurus dirimu sendiri dan keluargamu. Maksudku, dia tidak salah.”Bip.Chloe menutup telepon lagi. Dia ingin bertengkar dengan Vincent karena panggilan itu tetapi kemudian Chloe menyadari tidak ada gunanya. Karena dia dan Vincent akan segera berpisah, jadi lebih baik hilangkan semua racunnya secepat mungkin.Chloe tiba di mansion setelah 30 menit. Dia melihat deretan mobil mahal yang diparkir di sekitar mansion. Tapi itu tidak mengejutkannya. Dia tahu bahwa keluarga Gray adalah uang lama. Mereka kaya raya selama beberapa generasi, dan Dorothea Gray menjadi ibu pemimpin saat ini setelah kematian Vaughn Gray mendiang ayah Vincent dan Vernon."Wow, semua mobil mahal ini, haha..." komentar pengemudi uber yang gugup sambil mengantar Chloe ke teras depan mansion.Chloe menghela nafas, "Kamu akan terbiasa setelah beberapa saat. Mereka hanyalah penjilat."Chloe keluar dari mobil setelah tiba di depan pintu masuk. Pesta itu ramai dengan obrolan orang-orang dengan jas dan gaun mahal berbicara dalam kelompok, tentang pekerjaan mereka, kehidupan atau siapa yang berpenghasilan lebih tinggi.Chloe mengabaikan pandangan menghakimi dari beberapa wanita yang menyadari bahwa gaun Chloe tidak semahal gaun mereka."Apa yang dia kenakan?""Kelihatannya mengerikan. Jelas sekali.""Apakah menurutnya dia lebih baik dari kita semua untuk tampil seperti ini?"Mereka menunjuk ke arah Chloe, saling berbisik. Chloe tidak memedulikan mereka. Chloe tidak mengambil gaun mahal apa pun dari lemari pakaiannya karena itu semua adalah hadiah Vincent. Jadi, dia mengenakan gaun hitam tua yang dia miliki sebelum menikah, beruntung masih muat.Dia melangkah ke aula utama, dan seorang pria tiba-tiba masuk dan menghalangi langkahnya, "Kamu datang beneran, ya?”"Singkirkan nostalgia burukmu, Vincent. Di mana Mackenzie?" Chloe bertanya sambil memelototi Vincent.Tetapi mata pria itu penuh dengan arogansi. Nyatanya, Vincent seolah melihat semuanya hanya sekedar lelucon. Dia tidak tertawa, tapi ada senyuman kecil di sana. "Mackie sedang bersama ibuku sekarang?" jawab Vincent lancar. "Dia sudah menunggumu di kamarnya." Chloe memandangi kue di tengah aula yang telah diiris. Dorothea telah kembali ke kamarnya, mengizinkan tamu lainnya menikmati pesta. Dia mendecakkan lidahnya dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Vincent memperhatikannya dari belakang. Chloe mengenakan gaun yang memperlihatkan punggungnya. Chloe memiliki sosok yang menggairahkan ketika dia masih muda. Sayangnya, hal itu berubah setelah dia melahirkan. Tetapi depresi dan gangguan makan yang terus-menerus memberinya kecantikan tubuh luar biasa yang disukai semua pria. "Lihat? Aku membantunya," Vincent terkekeh ringan sebelum
Kata-kata Dorothea terasa seperti racun bagi telinga Chloe. Dia terhuyung ke belakang, seolah-olah Dorothea telah memukulnya secara fisik. Dorothea memberinya tatapan merendahkan, sambil mengembuskan lebih banyak asap rokok kearah Chloe."Jika kamu ingin menjalani kehidupan yang baik, tetaplah bersama anakku. Berlututlah dan cium kakinya jika perlu, karena di situlah satu-satunya tempat di mana kamu bisa hidup.""Bahkan jika dia adalah bajingan penipu yang mengabaikan anaknya keluarga?" Chloe bertanya. Mungkin Dorothea mengucapkan kata-kata seperti itu karena dia tidak tahu tentang perzinaan yang dilakukan Vincent selama 7 tahun berturut-turut. Karena Chloe tidak pernah membicarakan hal itu kepada siapa pun.Dorothea berhenti sejenak. Dia merokok lagi dan membuang muka, menghindari tatapan Chloe.“Pria kuat seperti Vincent perlu bersantai, bahkan dari tanggung jawabnya sebagai seorang suami. Seorang wanita terutama wanita yang tidak menarik sepert
Chloe memasukkan kartu nama itu ke dalam dompet kecilnya dan mencari Mackenzie. Dia tidak ingin berurusan lagi dengan keluarga sialan ini, termasuk Vernon.Dia berjalan mengitari kerumunan, dan dia melihat sekeliling untuk menemukan putrinya, tetapi dia tidak dapat menemukannya. "Tidak, Mackie mengunjungi neneknya. Dia pasti tahu jalan di sekitar mansion. Tidak mungkin dia diculik karena tahu dia pasti dijaga oleh security, pikir Chloe sambil terus mencari. Chloe merasakan ponselnya bergetar dari dalam dompet, dia memeriksa si penelepon dan memutar matanya, tapi dia tetap mengangkat panggilannya. "Ada apa?" Chloe bertanya dengan kasar. "Aku masih mencari Mackie, jangan ganggu aku." "Mencari putri kita?" pria di ujung telepon itu terkekeh. "Yah, dia bersamaku. Kami di kamarku, datang dan jemput dia." ".. Baiklah, jangan pergi ke mana pun. Aku akan membawa Mackie dan pergi." Bip. "Sial, sekarang aku punya menemuinya di ruangan itu," umpat Chloe lagi. Tapi dia tidak punya pilihan,
"Tidak apa-apa, Ma. Papa mengajakku bermain ke mal! Tapi aku lelah sekarang. Bolehkah kita pulang, Ma?" Wajah Chloe langsung memucat. Dia memandang putrinya, dan kata-katanya tersangkut di tenggorokannya. Chloe ragu-ragu sejenak karena Mackenzie masih terlalu muda untuk mengetahui masalah yang memaksa mereka meninggalkan rumah indah mereka. "S-Sayang, bagaimana pendapatmu tentang liburan kecil?" "Liburan?" Mackenzie memiringkan kepalanya karena dia bingung. "Ma, Mackie ada sekolah besok. Mackie tidak bisa pergi!" "Ah, ini hanya liburan singkat, seperti piknik! Kita akan tinggal di tempat lain sebentar, tapi tidak terlalu jauh dari sekolahmu!" Chloe berusaha menahan senyumnya, cukup untuk membodohi putrinya. "Oh, kedengarannya menyenangkan! Papa juga akan pergi piknik bersama kita?" "Ah, Papamu sibuk seperti biasanya.." Chloe melirik bagasi di samping putrinya dan menariknya ke samping. “Itu sebabnya Papa
"Tiga puluh lima tahun?" pewawancara HR itu mengerutkan keningnya saat membaca Daftar Riwayat Hidup Choe. Dia memandang Chloe yang duduk di kursi di depannya dan kemudian melihat dokumen di tangannya."Wow, harus kuakui kamu terlihat lebih muda dari usiamu, tapi..." pewawancara meletakkan kertas itu dan menghela nafas, "Aku tidak bisa memperkerjakanmu." "Ah, jangan khawatir, aku bisa bekerja apa saja di sini—" "Tidak, disini hanya ada satu lowongan, menjadi resepsionis, dan batasan usianya adalah dua puluh tujuh tahun. Kamu sudah melewati itu." Ucap pewawancara HR. Dia meletakkan dokumen itu di atas meja dan menyerahkannya kepada Chloe. "Saya sarankan Anda mencari pekerjaan di tempat lain. Mungkin tempat penitipan anak, mereka pasti akan menerima wanita berusia tiga puluh lima tahun dengan sedikit kompetensi kerja." Chloe menghela nafas. Dia mengucapkan terima kasih kepada pewawancara dan meninggalkan kantor. Chloe minum dari botol air yang dia
"Ingatlah untuk mengabaikan Jaden jika dia mengatakan sesuatu yang aneh, oke?" kata Chloe sambil mengantar putrinya sampai ke gerbang depan sekolah. "Jangan membuat masalah." "Tapi, Jaden salah, Ma..." "Yah, kadang-kadang, kamu tidak boleh bereaksi terhadap seseorang yang mengolok-olokmu. Jaden akan melupakanmu begitu dia menyadari bahwa kamu tidak membalas perhatian padanya, mengerti?" "Un.." Mackenzie mengangguk. Dia masih merasa Jaden yang salah, tapi mamanya tidak pernah salah, jadi dia hanya menuruti kata-katanya. Setelah mengantar Mackie ke sekolah, Chloe duduk di dalam toko terdekat dan menelepon nomor kantor Vernon. Setelah beberapa kali bunyi tut, panggilan tersambung. "Kantor CEO Goldenstar, selamat pagi. Dengan Diamond yang berbicara, ada yang bisa saya bantu?" sekretaris itu menjawab panggilan itu dengan profesional. "Ah- uhm..." Lidah Chloe tiba-tiba kelu karena tak menyangka panggilan telepon itu langsung ters
"Kupikir sekretarisku menyuruh kakak untuk duduk dan menunggu, Kakak Ipar." Chloe mendengar suara dari belakang. Dia menoleh dan membeku di tempat ketika dia melihat Vernon Phoenix Grey berdiri di pintu yang terbuka. "Ah, maafkan aku, Vernon. Aku hanya... hanya.." Chloe menjadi kelu saat ini karena dia merasa gugup. Dia tidak yakin bagaimana cara membuatnya tidak terlalu canggung saat Vernon memergokinya sedang mengintip di sekitar kamar, bahkan ingin memeriksa pintu. Vernon memandangnya sambil tersenyum, namun matanya menatap berbahaya ke arah Chloe, memastikan Chloe tidak bergerak sedikit pun dari posisinya, "Duduklah, aku akan bicara denganmu." "Y-Ya!" Chloe bereaksi secara spontan. Dia duduk di kursi lagi dan mendengar langkah kaki Vernon yang mantap saat dia berjalan melewatinya. Vernon duduk di kursi seberang, hanya beberapa inci darinya. Dia bersandar di sandaran dan menyilangkan kaki sambil menatap Chloe dengan tatapan merenu
"Aku... aku butuh pekerjaan." "Pekerjaan?" Vernon mengangkat alisnya. "Untuk apa kamu membutuhkan pekerjaan? Kakakku telah memberimu apa pun yang kamu inginkan, kan? Warisannya saja sudah cukup untuk memberimu gaya hidup mewah, dan dia juga pandai mengelola bisnisnya." Chloe menelan ludahnya dengan keras. Vernon tidak diragukan lagi benar. Uang Vincent cukup untuk memberinya gaya hidup mewah hingga hari tuanya. Tapi sebenarnya bukan itu yang diinginkan Chloe. Chloe menikahi Vincent karena cintanya. Uang hanyalah bonus. Tapi sekarang, bonusnya pun tidak akan mampu menutupi lubang di hatinya. Vernon memperhatikan Chloe tiba-tiba kelu. Karena itu, dia mencari informasi lebih lanjut, "Apakah ada masalah dengannya?" "A-Ah, tidak, tidak sama sekali.." Chloe mencoba mengelak. Tapi kegugupannya seharusnya sudah terlihat. "A-aku hanya ingin bekerja. Aku sudah lama menjadi ibu rumah tangga, aku ingin bekerja untuk menyibukkan diri."