Ada semacam rasa senang saat memandang wanita itu tersenyum, love at the first sight atau entah apapun itu namanya, gue seperti terkena addict. Gue ingin melihatnya tersenyum lagi, ekspresi tenang dan menyenangkan yang gue lihat pagi ini benar-benar berbeda dari yang pertama gue temui saat dia tengah murung dan melamun. Entahlah, apa sekarang beban pikirannya sudah hilang? Apa masalah yg menghantuinya sudah benar-benar bisa diatasi? Gue nggak peduli itu, yang gue pedulikan adalah gimana caranya gue bisa ngeliat dia senyum lagi ke gue.
Dua jam sudah gue duduk mengamati kamarnya tanpa bergeser se inchi pun dari posisi gue, sambil menikmati makanan yg akhirnya gue habiskan sendiri hehehe.. Gue menunggu dia membuka pintu dan menampakkan diri. Saat itulah nanti gue akan coba berkenalan atau sekedar say hayy. Lampu dalam kamarnya masih menyala, saking konsentrasinya gue sampai nggak menyadari kehadiran Candra di depan pintu kamar gue.
"ngapain lo Her bengong gitu?" kata Candra sambil kucek-kucek mata dan menguap lebar.
Gue menoleh ke arahnya yang menatap gue heran. "gue pengen buktiin ke elo," kata gue.
"Bukti apaan?" sahutnya malas.
"Tuh liat," gue menunjuk kamar wanita itu.
"Apaan yg lo maksud?" Candra bingung
"tuh liat lampu kamer nya nyala. berarti ada orang di dalemnya kan?" gue mengamati ekspresi wajah Candra.
"mana? apanya yang nyala??" katanya datar.
"Itu lamp.........." gue terdiam saat menoleh ke depan dan mendapati lampu kamar di dalamnya mati. Keadaan di dalam sana gelap total. Gak gak, gue nggak percaya ini. Gue kedipkan kedua mata gue berkali-kali, berharapa pada kedipan ke sekian gue akan melihat lampunya menyala lagi dan gue akan bilang ke Candra 'tuh kan..' tapi lampu itu tetap mati.
"ckckck..." Candra geleng kepala. "lo beneran liat setan kali Her!"
Gue terdiam, gue tau posisi gue saat ini nggak menguntungkan untuk melakukan debat dengannya. Gue hanya heran, kenapa wanita ini sepertinya enggan menampakkan diri ke orang lain.
"ngapain lagi lo, Her?" tanya Candra begitu melihat gue bergerak ke pintu kamar depan gue.
"permisi..." gue mengetuk pintu.
Gue tunggu beberapa detik, dan gue ulangi lagi ketukan saat nggak ada sahutan dari dalam.
"serah lo deh Her, mau lo bilang cewek pake kaos kaki item, atau kaos kaki nya dipake cewek...lo kayaknya butuh dukun," Candra berkomentar.
"dukun? buat apaan?" tanya gue bingung
"kali aja lo mau melahirkan." jawabnya asal.
"gue bawa makanannya ya. thanks," lanjut Candra sambil meraih kantong berisi makanan dari atas kursi lalu masuk lagi ke kamarnya.
Gue hanya bisa diam memandangi pintu kayu di hadapan gue saat ini. Ingin sekali gue mendobraknya dan memastikan wanita ada di baliknya. Tapi rasa penasaran gue perlahan diselimuti rasa takut yg tiba-tiba.
"jangan-jangan emang hantu??" batin gue dalam hati.
"Ndraaa..." gue berjalan ke kamar Indra.
"utang gue berapa ke elo?" Candra sedang nonton berita di tivi.
"pego. eh, emangnya lo udah ada buat bayarnya?" tanya dia
"ada dong. kemaren gue gajian," gue mengambil dompet lalu memberikan sejumlah uang yg dimaksud ke Candra.
"thanks ya. laen kali gue nganjuk lagi ke elo. hehehe..." Candra hanya menggerutu pelan.
"eh, ada temen gue mau kenalan sama elo Her." kata Indra.
"temen? siapa? cewek apa cowok?" tanya gue heran
"cewek, cakep lagi," kata Candra sambil mengacungkan jempol tangannya.
"serius lo?"
Candra mengangguk mantap.
"kok bisa, mau kenalan sama gue?" tanya gue yang masih heran.
"temen gue namanya Desi, biasa pada manggil Echi. Temen sekolah dulu sih, ketemu lagi di sini. Doi lagi patah hati ditinggal kimpoi mantannya, jadi ya butuh temen ngobrol gitu. Tapi inget, jangan macem-macem lo. jangan di apa-apa in deh."
"busett deh... kayak gue penjahat kelamin aja," sahut gue.
"lagian kan udah ada elo? kenapa nggak sama lo aja ngobrolnya?" tanya gue
"kan gue sama dia udah kenal? ya sama temen sekolah gimana sih rasanya? gue pikir sama lo bakal nyambung deh." Jelas Candra
"ya udah bawa sini aja anaknya." Gue mengiyakan
"beneran? entar malem gue suruh ke sini deh." Lanjut Candra.
Gue mengangguk setuju lalu beranjak pergi.
"eh eh...mau ke mana lo?" tanya Candra
"tidur," jawab gue singkat.
"inget lho pesen gue tadi!" lanjut Candra
"iyaa bawel lo!" gue masuk ke kamar.
Sepintas gue pandangi pintu kamar di seberang gue, masi tertutup rapat dan gelap di dalamnya. Apa mungkin tadi memang benar-benar hantu? atau gue yang berhalusinasi? entahlah, yang pasti saat ini gue butuh yang namanya tidur...
Malam minggu itu Candra benar-benar membuktikan ucapannya, sekitar jam setengah delapan malam dia muncul di atas tangga bersama seorang wanita yang baru gue lihat. Mereka berjalan ke arah gue yang sedang duduk di atas tembok beranda pembatas kamar."Chi, ini dia cowok yg gue ceritain ke lo." Candra menunjuk gue."Her, kenalin nih Echi." Kami lalu berjabat tangan."Salam kenal ya," kata Echi seraya tersenyum.Echi bertubuh pendek, tingginya sekitar di telinga gue kalau kami sama-sama berdiri. Kulitnya putih dan berambut panjang sebahu. Sebenarnya gue yakin wajahnya manis, tapi agaknya dia sedikit over dengan make up yg dipolesnya di wajah."Ya udah kalian ngobrol-ngobrol aja dulu, gue mau ngapel hehe…" kata Candra sambil meninju lengan gue pelan."inget pesen gue tadi pagi." Lanjutnta lagiGue pun cuma bisa nyengir.Candra mengedipkan matanya ke Echi lalu beranjak turun ke tangga."Kalian ada 'pesen' apa sih?" Echi
Sehabis balik mengantar Echi, Gue tapaki anak tangga menuju kamar. Saat tiba di anak tangga terakhir mata gue terpaku pada sosok wanita yang duduk di beranda sambil memandang kosong ke depan seperti biasanya. Malam sudah larut saat gw balik mengantar Echi, dan wanita itu seolah tidak peduli dengan dingin angin ataupun gigitan nyamuk di lengannya. Dia benar-benar seperti patung. Gue masuk ke kamar dan menutup pintu tanpa menyapa wanita berkaos kaki hitam itu. Lalu gue mulai berguling di atas kasur mencoba mencari posisi yg pas untuk segera tidur. Lima menit... Sepuluh... Dua puluh.... sampai setengah jam, mata gue enggan terpejam. Gue duduk sambil memandangi hampa atap kamar gue dan lalu memutuskan keluar kamar hanya untuk sekedar menghirup udara segar. Dan wanita itu masih di tempatnya, sama persis posisi duduknya seperti yang terakhir gw lihat."nih," gue menyodorkan lotion anti nyamuk kepadanya.Ada lebih dari lima ekor nyamuk yg sedang asyik menyedot darah di lengan
Harusnya minggu pagi yang mendung ini gue habiskan dengan meringkuk di bawah selimut sampai siang karena semalaman tadi gue begadang di kamar Candra main Play Station sampai jam empat pagi. Selepas subuh gue baru bisa terlelap tapi suara ketukan di pintu sangat mengusik kenyamanan gue pagi itu. Awalnya gue abaikan, tapi makin diabaikan suaranya malah semakin keras."iya bentar!" gue menggerutu dengan kesal lalu keluar dari balik selimut ke arah pintu."hay Her..." gue mendapati Echi tersenyum lebar ke gue."baru bangun ya?" tanya nya"eh, kamu Chi." gue buru-buru mengusap wajah gue dengan sarung yg melingkar di pundak gue."tadi lagi tidur ya?" tanya Echi lagi."ya begitulah. hehe.." gue nyengir pait.Gue yakin saat itu gue culun banget, muka kusut, rambut acak-acakan ditambah sisa-sisa iler yg mungkin masih menempel di pipi. (gak usah dibayangin ya!)"masuk yuk Chi," gue mempersilakan Echi masuk sementara gue bergegas cu
Hari-hari gue kini jadi sedikit banyak berbeda dengan sebelumnya karena ada Echi yang hadir menjelma jadi pengisi kekosongan yang gue rasakan sebelumnya. kalau nggak Echi yg menginap di kamar gue, maka gue yg ngandong ke kosannya. Kebetulan kami berdua sama-sama non shift jadi nggak ada istilah jam kerja malam. Layaknya pasangan lain yg tengah dimabuk asmara, gue dan Echi juga kerap memilih menghabiskan waktu berdua meski harus menolak jam lembur yang ditawarkan bos di kantor, gue pikir gaji tanpa lembur gue sudah lebih dari cukup. Selain itu Echi juga adalah tipe cewek yang pengertian, dia menilai nggak harus selalu cowok yg nraktir cewek, beberapa kali gue bahkan makan gratis dari dia. Soal Candra, awalnya dia heran sama gue karena gue sering nggak menampakkan diri di kosan. Setelah gue beritahu kalo gue udah jadian sama Echi dia cuma tertawa lebar sambil tetap ngomong"jangan diapa-apain dulu!" kata Candra tegasdan gue jawab "udah terlanjur!" heheJarang bal
Bukan. Itu bukan dia... suaranya lain. Eh, iya itu dia tapi bukan! Cara menyanyinya lain! Ah, daripada bingung sendiri gue balikkan badan dan... "hemmpph........" gue cukup dibuat terkejut saat mendapati sosok Echi berdiri di belakang gue. Nyaris saja gue terlompat ke bawah"kamu ngagetin aja Chi," gue sedikit terengah karena benar-benar terkejut tadi"by the way kok lo ke sini gak bilang dulu sih?"Echi tersenyum simpul sangat sederhana dengan sedikit sudut bibirnya terangkat ke samping beda dengan cara dia tersenyum biasanya."Lo kenapa Chi? kok murung gitu?" tanya gue lagi mendapati Echi yg berdiri mematung di samping gue.Echi menggeleng perlahan"mau bikin kopi?" gue menawarkanEchi menggeleng lagi"atau lo laper?"Dijawab dengan gelengan lagi.Gue turun dari tempat gue duduk, menyandarkan gitar ke dinding lalu berdiri di samping Echi. Gue raih dan genggam tangannya, hmm dingin... tadi sore memang sempa
"Tok tok tok!" ketukan di pintu membangunkan gue dari tidur.Ketukannya makin cepat terdengar dan hampir saja pintu roboh kalau gue nggak cepat-cepat membukanya."apaan sih lo Ndra?" gue mendengus begitu tau yg mengetuk pintu adalah Candra."masih pagi juga udah gedor-gedor kamar orang. Ini kan kamar gue?""iya iya gue ulangi deh, ngapain pagi-pagi gedor kamar elo? buruan pake pakean lo!" kata Candra tetap berdiri di tempatnya."ada apaan emang?""sms gue masuk nggak sih??" gue cek hp yg masih tersambung dg charger.Di layarnya terdapat pemberitahuan memori pesan penuh, maka gue segera hapus semua pesan di inbox dan satu pesan baru dari nomor Candra langsung masuk. 'Echi kecelakaan. dia dirawat di RS Dewi S*i nanti gue jelaskan lagi, ketemu di sana aja.'"maksudnya apaan nih?" tubuh gue bergetar cukup hebat.Gue berharap yang gue baca ini hanya sms lelucon."tadinya gue mau kita ketemu di sana, tapi gue sms elo ko
N 6689 M Gue pandangi coretan nomor plat motor di kertas kecil yang lagi di tangan gue, sudah dua hari ini gue sering menatap berlama-lama deretan angka itu meski tanpa hasil apapun. Dua hari yg lalu saat gue ke kantor Polsek gue mendapat informasi tentang identitas pelaku tabrak lari Echi, salah satu saksi berhasil menghafal plat nomor sepeda motor yg melarikan diri itu. Sebuah sepeda motor Me*a P*o berplat nomor N 6689 M. Untuk identitas pelakunya, sayang belum ada kejelasan karena saat kejadian si pelaku menggunakan helm full face dan jaket kulit serta celana jeans hitam sehingga cukup menutup ciri-ciri fisiknya, yang pasti dia memiliki tinggi badan se Candra lah.. lumayan tinggi. Pihak Polisi sedang melacak keberadaan kendaraan asal kota Malang itu (huruf N adalah kode nopol Malang). Hal ini juga menjadi ironi sendiri buat gue, dimanapun gue berada, setiap gue melihat sepeda motor melintas gue jadi selalu tertarik untuk memperhatikan plat nomornya. Siap
"Heyy... apa yg terjadi? lo baik-baik aja kan?!" gue gedor pintunya berkali-kali"buka pintunya!" teriak gue karna panikBeberapa kali pun gue memutar handle pintu itu tetap tidak bergeming, tidak ada respon dari orang di dalam. Hanya suara tangisnya yg kini lenyap."minggir.." Candra memasang kuda-kudaGue menepi dan kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke pintu berusaha mendobraknya."aaaaarrggggh..." suara Candra terdengar miris, dia terhuyung mundur sambil pegangi kaki kanannya yg kesakitan akibat benturan tadi."ah lo belagak di film laga aja," komentar gue melihat Candra yang gagal dan kesakitan.Aneh memang di saat seperti ini gue pengen ketawa, cairan merah di bawah pintu masih menjalar sampai nyaris menyentuh ujung kaki gue. Gue gedor lagi pintunya. tetap tidak ada jawaban."Bongkar aja jendelanya," Candra mengusulkan"nih ambil obengnya di bagasi motor gue." Kata Candra lagiDengan gelagapan gue menangkap