"Heyy... apa yg terjadi? lo baik-baik aja kan?!" gue gedor pintunya berkali-kali
"buka pintunya!" teriak gue karna panik
Beberapa kali pun gue memutar handle pintu itu tetap tidak bergeming, tidak ada respon dari orang di dalam. Hanya suara tangisnya yg kini lenyap.
"minggir.." Candra memasang kuda-kuda
Gue menepi dan kemudian dia menghempaskan tubuhnya ke pintu berusaha mendobraknya.
"aaaaarrggggh..." suara Candra terdengar miris, dia terhuyung mundur sambil pegangi kaki kanannya yg kesakitan akibat benturan tadi.
"ah lo belagak di film laga aja," komentar gue melihat Candra yang gagal dan kesakitan.
Aneh memang di saat seperti ini gue pengen ketawa, cairan merah di bawah pintu masih menjalar sampai nyaris menyentuh ujung kaki gue. Gue gedor lagi pintunya. tetap tidak ada jawaban.
"Bongkar aja jendelanya," Candra mengusulkan
"nih ambil obengnya di bagasi motor gue." Kata Candra lagi
Dengan gelagapan gue menangkap
"DIAM!!!" Sebuah tamparan mendarat di pipi kiri wanita ituSeketika dia berhenti memberontak, dengan cukup terkejut gue menatap bergantian Candra dan wanita itu. Gue nggak nyangka Candra akan melakukan hal itu, iya menampar si wanita."Gue mau nolong lo... please lo jangan berontak terus," suara Candra terdengar bergetarWanita itu hanya diam dan nafasnya masih terengah-engah. Saat ini seprai kasur Candra yang berwarna putih sudah nyaris ber metamorfosa jadi warna merah gara-gara darah yang terus mengucur dari kaki si wanita ini."Ri, lo lap dulu lukanya gue bikin perban deh," Candra bergegas membuka lemari baju dan mulai menggunting di bagian depan dan belakang baju yang dia ambil"sorry," gue pegang kaki wanita itu dan mulai menyeka darah dari kakinya dengan secarik kaos yang diberikan Candra tadi.Luka di kaki dan tangannya cukup dalam. Meski sekarang darah yang mengucur nggak sebanyak di awal tadi, wanita itu meringis kesakitan saa
"Ri... bangun Ri....." sebuah tepukan di bahu membangunkan gue "ikut gue…" bisik candra.Kepala gue mendadak pening, gue baru saja tertidur selama beberapa menit. Tidur sebentar memang selalu nggak baik buat gue. Perlahan gue bangkit dan mengikuti Candra ke tembok balkon, bahkan saat itu gue masih nggak menyadari kalo pakaian gue masih belepotan darah wanita itu."Kita harus bereskan ini sebelum yang lain tau," kata Candra melirik percikan darah yg menghubungkan dua pintu kamar"gimana sama si Anna? kita perlu bawa dia ke rumah sakit." Jawab gue"enggak, lo tau sendiri kan dia ngotot nolak ke rumah sakit? Biar gue minta dokter kenalan gue ke sini. Makanya gue butuh bantuan lo, lo beresin kamarnya sementara gue yang jalan yaa?" jelas Candra dan gue mengangguk setuju.Dan lima menit kemudian mulailah gue membersihkan noda darah di lantai sekitar pintu ini."Gue nggak bakal lama kok magrib juga balik," kata Candra sambil be
"Jadi gimana nih selanjutnya?" tanya gue ke Candra sambil menatap tumpukan obat yang tadi diberikan dokter.Candra diam sebentar, "kita tunggu dia bangun dulu, baru kita bicarakan baik-baik apa yang harus kita lakukan," jawabnya.Potongan kain di kedua kakinya sudah diganti dengan perban oleh Dr. Yusuf, wanita berkaos kaki hitam itu kini jadi wanita "berkaos kaki" putih. Dalam hati gue sendiri nggak pernah menyangka kaos kaki hitam yang dipakainya ternyata untuk menutupi bekas-bekas luka yang dibuatnya sendiri. Muncul rasa iba sekaligus takut melihat sosok wanita yang sekarang sedang tertidur di kasur itu. Gue melangkah keluar kamar menuju tembok balkon favorit gue. Haah... betapa tadi gue masih meratapi kesedihan karena kehilangan Eci dan beberapa jam terakhir pikiran gue tersedot ke wanita berkelainan jiwa yang bernama Arianna. Sekarang waktunya gue mengistirahatkan otak gue, gue duduk di kursi kecil depan kamar yang gue taro di sudut tembok balkon. Sambil menjulurka
"HUUAA.....JAM SETENGAH SEMBILAAN!!" setengah berteriak gue bangun dan menatap jam dinding"Berisik lo, gue juga tau," kata Candra dengan santai sambil kucek-kucek mata"lo kok nggak bangunin gue dol?" tanya gue"nih, lo liat gue juga masih ileran noh.." dia menunjuk mulutnya "gue juga baru bangun!"Gue pandangi lagi jam dinding, berharap dengan begitu jarum-jarumnya akan berputar mundur. Tapi gue tau itu nggak mungkin, hari ini pertama kalinya gue bangun kesiangan di hari kerja."santai aja lah nggak usah dibikin panik," kata Candra lagi sambil dia merebahkan diri di kasur"busett.. kesiangan gini malah nyantai?!" protes gue"terus mau ngapain? maksain berangkat? kebayang nggak gimana bos lo bakal ngomelin plus maki-maki lo gara-gara dateng terlambat dua jam?" jawab CandraGue terdiam, sepertinya gue mendapat pembenaran dari statement Candra."so?" tanya gue pelan"tidur lagi," jawab Candra entengGue diam
Gue hirup rokok di tangan gue dalam-dalam."tumben-tumbenan lo ngudud Ri," Candra berkomentar setengah mengejek.Siang itu gue dan Candra duduk-duduk di tembok balkon menikmati 'bolos bersama' hari itu."Lo pikir gue banci?" balas gue"eits.. jangan salah lo, banci juga ngudud" kata Candra"ngudud beneran atau apa nih? yang jelas dong kalo ngomong" jawab gueCandra tertawa lebar, "itu mah hobi lo Ri!""najis, ogah gue biar dibayar mahal juga" kata gue"jadi lo mau kalo nggak dibayar?" tanya Candra.Giliran gue yang tertawa, "nggak usah bahas masa lalu lo deh," kata gue.Saat itulah pintu kamar Candra terbuka dan Anna keluar berjalan agak tertatih, perban di kedua kakinya pasti sudah membuatnya tidak nyaman."Mau ke mana lo?" Candra bertanya padanya"percuma nggak akan dijawab," kata gue mengingatkan"mau ke kamar gue," jawabnyaGue menoleh kaget bercampur kesal gue rasa. Nggak sal
Pintunya nggak dikunci, dengan mudah gue membukanya dan mendapati cewek itu sedang duduk memeluk lutut di sudut kamar yang gelap dan pengap. Gue meraba-raba dinding mencari saklar lampu."Jangan nyalain lampu!" kata Anna tanpa menoleh ke gue.Isaknya terdengar lirih di ruang kosong ini."Kenapa?" sahut gue sambil telunjuk gue tertahan di saklar.Anna menggeleng, wajahnya masih terbenam di lututnya."Ada yang mau lo ceritain? seenggaknya sedikit bercerita dengan orang lain adalah lebih baik daripada dipendam sendirian," kata gue sok bijak"bukan urusan lo!" bentak Anna"heh, lo pikir kalo ada seseorang yang dengan bodohnya nyoba bunuh diri di depan mata lo, itu bukan urusan lo?? huh.. mungkin lebih baik kemaren gue biarin lo mati tolol di WC!" kata gue dengan sengitnya.Gue sengaja ngomong begitu untuk memancing emosinya. Kalau manusia normal, gue yakin dia akan mencak-mencak ke gue. Tapiiii yaah mungkin dia memang nggak normal
Sore harinya gue terbangun dengan wajah tertutup sebuah amplop putih kecil berkop tinta biru. Nampaknya amplop resmi dari lembaga tertentu dan karena nyawa gue belum sepenuhnya kumpul, gue taruh amplop putih itu di atas galon. Sambil menggeliat melemaskan otot, gue mulai berfikir soal menu makan yang enak sore ini. Baru saja gue melangkah keluar kamar saat terdengar suara Candra memanggil dari tembok balkon."Tuh surat sakitnya tadi gue taro di muka lo," katanya"oh, sembarangan aja lo naro barang gituan di muka gue! mending tuh amplop nggak basah kena iler," gue melangkah dan duduk di kursi"laper nih, udah beli makan belom?" tanya gue"udah barusan" jawabnya"yaah nggak bisa nitip dong gue?" keluh gue"skali-kali beli sendiri lah" jawab Candra lagi"busett... jahat amat lo! kan selama ini yang sering nitip tuh elo, gue yang jadi babu" protes gue"pahala... ri... pahala. Lo mau masuk surga kan?" tanyanya sambil terkekeh
Hari yang dingin kali ini diakhiri dengan hujan yang turun deras sejak petang, Candra sudah meringkuk di balik selimutnya yang hangat beberapa saat setelah hujan turun. Gue sendiri belum ngantuk, jadi gue putuskan malam itu untuk duduk nonton televisi sambil otak gue menerka-nerka kira-kira apa yang akan ditanyakan bos gue di kantor besok terkait absennya gue hari ini. Dan baru saja gue berhasil memunculkan bayangan bos gue sedang memandang galak ke arah gue dari balik mejanya, seketika itu pintu kamar Candra terbuka."Hei Anna," gue buru-buru menoleh ke arah pintu"eh, ng...... kirain kalian tidur di sebelah lagi kayak semalem," katanya"emang kenapa?" tanya gue"yaah gue pikir gue bisa tidur di kasur lagi, hehehe.." jawabnya"si Candra udah tidur dari tadi kalo mau lo bisa tidur di kamar gue aja, di sana juga ada kasur" balas gue"lho, bukannya kamar lo yang ini ya?" tanyanyaGue menggeleng, "ini kamar Candra, kamar gue yang sebelah