Para desainer Adiratna Maharani bekerja di lantai dua. Namun sejak awal Robin tidak pernah bergabung dengan yang lain. Itu karena Ariel memberikan tanggung jawab berbeda untuk putra bungsunya. Tak cuma wajib menyetor desain setiap bulannya, Robin juga harus ikut mengurusi bagian keuangan. Ayahnya ingin cowok itu belajar tentang banyak hal.
“Nggak ada salahnya kalau kamu tahu banyak tentang Adiratna Maharani di luar masalah rancangan, kan? Supaya kamu lebih paham sampai ke hal-hal detail. Papa lebih nyaman andai bisa mengandalkanmu dan Angie,” beri tahu Ariel di suatu ketika.
“Iya, Pa. Nggak masalah, kok! Justru ini jadi kesempatan supaya aku bisa belajar banyak,” sahut Robin.
Selama ini Robin tidak merasa keberatan. Dirinya memang merasa harus menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan agar tidak sempat berkeinginan untuk mabuk lagi. Meski sudah tak pernah lagi menyentuh alkohol dalam kurun waktu sekitar enam tahun terakhir, tetap saja ada
Isidora yang dimaksud Ariel adalah cincin berlian dengan aksen daun-daun mungil yang “merambat” dan saling bertautan. Isidora langsung menarik perhatian begitu diluncurkan. Angka penjualannya memang terus menukik sampai saat ini.“Serius, Pa? Isidora menang dari Duchess?” tanya Robin tak percaya. Duchess bukan rancangannya tapi sejak awal diprediksi akan laris.“Ya. Isidora lebih laku dibanding Duchess. Posisi nomor dua dipegang Sahara. Duchess di tempat ketiga. Tapi keunggulan Isidora cukup signifikan.”Robin mengucap syukur dalam hati. “Jadi, Papa ke sini mau nagih desain yang lebih bagus dari Isidora atau mau ngasih bonus?” kelakarnya.“Nagih desain baru, tentunya. Bonus cuma diperuntukkan buat orang yang udah kerja di Adiratna Maharani minimal lima tahun.”Robin memasang ekspresi pura-pura terkejut. “Ternyata bosnya Adiratna Maharani pelit banget. Padahal aku udah kerja keras.&rd
Beban Robin kian berat karena harus pindah ke rumah baru yang diisi oleh orang-orang yang tak menyukai kehadirannya. Diana tidak menunjukkan kebenciannya dengan terang-terangan. Perempuan itu bersikap sopan tapi menjaga jarak. Diana juga menunjukkan ketidaksukaan ketika Enrico dan Angie merisak Robin dengan banyak ejekan. Akan tetapi, hal itu tidak membuat kedua kakak tirinya bersikap lebih baik.Olok-olok memang berkurang. Akan tetapi keduanya tetap bersikap dingin dan nyaris tak mau bicara dengan Robin. Jika terpaksa berkomunikasi dengan anak itu, semua dilakukan dengan nada ketus dan kalimat-kalimat tajam. Kecuali Ariel, semua orang jelas-jelas tidak mengharapkan kehadirannya di rumah itu.“Kalau kamu nggak ada keperluan, mending di kamar aja. Nggak usah berkeliaran di mana-mana. Bikin bete, tau!” Itu komentar yang sering dilontarkan Enrico.“Iya. Tiap kali ngeliat kamu, otomatis jadi ingat hal-hal yang nyebelin. Mood pun lang
Dulu, dia begitu marah dengan semua hinaan yang diterimanya. Namun perlahan-lahan Robin menyadari bahwa dia mustahil memuaskan semua orang. Dia takkan bisa mengubah pandangan buruk yang sudah melekat padanya. Meski dalam hal afair yang melibatkan ibu dan ayahnya, Robin sama sekali tidak bersalah. Justru bisa dibilang dirinya yang sudah menjadi salah satu korban dari perselingkuhan keduanya.Ketika Robin mengetuk pintu ruangan kakaknya, tidak ada suara dari dalam. Penasaran, Robin membuka pintu. Tak ada siapa pun di ruang kerja itu. Akhirnya Robin hanya meletakkan rancangannya di atas meja, sebelum meninggalkan tempat itu.Robin berniat untuk mencari makanan karena dia belum mengisi perut sejak pagi. Ini salahs atu kebiasaan jeleknya. Jika sedang keasyikan bekerja, bisa melupakan dunia. Saat ini sudah lewat pukul enam sore dan Robin mulai merasa lapar. Di saat yang sama, cowok itu mendengar ponselnya berbunyi. Sebuah panggilan masuk yang berasal dari Nania, salah satu r
Melihat Serena lagi setelah tiga tahun, mau tak mau membuat kenangan akan perlakuan ibunya saat dia kecil, memenuhi pelupuk mata Vivian. Meski tak ingin menghadapi Serena saat ini, Vivian tak punya pilihan. Mustahil gadis itu melenggang meninggalkan toko roti tanpa menyapa ibunya.“Halo, Ma. Apa kabar?” Vivian mengulurkan tangan kanannya. Yang mengejutkan, Serena malah berdiri dan memeluknya. Tubuh Vivian sontak kaku. Dia sama sekali tidak menikmati dekapan yang pernah begitu dirindukannya itu. Tanpa kentara, Vivian melepaskan diri setelah menahan napas selama lima detik.“Mama baru nyampe di Jakarta tadi malam. Kamu sekarang kurus banget. Apa kamu sakit, Vi?” tanya Serena sambil menatap putrinya dengan penuh perhatian.Vivian nyaris tersedak. Perhatian semacam itu sangat didambakan gadis itu sejak kecil dan tak pernah didapatnya. Jika Serena bersikap hangat sekarang ini, semuanya sudah sangat terlambat. Pertanyaan Serena malah terasa jan
“Pa, zamannya udah beda. Kalau Papa masih ngotot mempertahankan tradisi atau entah apa namanya, lama-lama kita bakalan kalah bersaing. Kondisi toko sih oke. Tapi roti yang kita sediain jangan itu-itu aja meski rasanya memang enak. Tambahin cake, puding, atau muffin. Etalase jadi lebih meriah, pembeli pun punya banyak alternatif.”“Papa harus mikirin pelan-pelan, nggak bisa ambil keputusan gitu aja.”“Kemarin itu kok bisa kepikiran nyediain kopi juga? Itu kan tandanya Papa udah siap untuk berkembang ngikutin zaman. Roti dan kopi itu pasangan yang klop. Nah, kenapa nggak sekalian kita tambahin menu aja?”Rayuan mati-matian ala Vivian akhirnya berbuah manis. Semua usul gadis itu mendapat lampu hijau. Barry lebih dulu berdiskusi dengan Rima dan para karyawan yang sudah lama bekerja di Super Bakery. Nyaris semuanya menilai pendapat Vivian pantas untuk dicoba. Namun kemudian gadis itu tidak bisa terlibat lebi
Sebelas tahun silam.Vivian mencari-cari ayahnya sepulang sekolah, kebiasaan yang melekat sejak kecil. Belakangan dia baru ingat jika Barry sedang keluar. Minggu depan mereka berdua akan terbang ke Bali, agenda rutin setiap tiga bulan. Barry biasanya mengajak serta Vivian meski itu berarti harus menyesuaikan dengan jadwal sekolah putrinya. Di Bali, mereka akan menginap di resor milik keluarga besar Barry, Nayanika.Barry memiliki saham sebesar 25 persen, sisanya menjadi hak ketiga saudara kandungnya. Vivian selalu menantikan perjalanan ke Bali. Nayanika yang berada di daerah Kintamani adalah tempat yang begitu disukainya. Meski biasanya dia dan ayahnya cuma menginap selama dua atau tiga hari saja.Kendati ada tenaga profesional yang mengelola termasuk ketiga saudaranya, juga mendapat laporan rinci setiap bulan, Barry tak mau lepas tangan begitu saja. Setiap tiga bulan, lelaki itu akan mendatangi resor. Barry memilih tetap fokus mengurusi toko roti yang merupakan
“Aku nggak benci sama Mama, Pa,” bantah Vivian buru-buru. “Tapi Papa tau sendiri hubungan kami kayak apa. Aku nggak bisa bermanja-manja sama Mama. Dulu, Mama yang bikin jarak, kan? Kalau sekarang mau diperbaiki, rasanya udah telat banget. Aku udah terbiasa ditolak, disuruh jauh-jauh dan nggak mengganggu Mama. Kalau dekat Mama, ada rasa cemas malahan. Takut Mama akan meledak dan marah-marah nggak keruan lagi.”Barry melipat tangan di atas meja, memandang Vivian dengan sungguh-sungguh. “Vi, kenapa kamu nggak nyoba sekali aja untuk memenuhi keinginan Mama? Kalau mau, Papa bisa mengantarmu ke apartemen Mama. Papa bisa nungguin juga di sana biar kamu nyaman. Atau, kita makan malam bertiga? Mama sengaja belum balik ke Bali sampai kamu mau meluangkan waktu untuk dia.”Itu berita yang mengejutkan bagi Vivian. Mengingat betapa selama ini Serena tak pernah peduli padanya. Dulu, Vivian kerap bertanya-tanya, bagaimana bisa seorang ibu mengabaika
Beberapa minggu kemudian.Robin menurunkan dua buah ransel dari dalam sebuah mobil jip. Kendaraan itu yang membawanya dari Pokhara menuju Siwai. Dia berada satu mobil dengan Nania, Alex, dan Rudi. Ketiganya dikenal Robin sejak dia menjadi relawan di Fit dan Bugar.Di antara mereka berempat, hanya Robin yang memiliki sejarah ketergantungan alkohol. Rudi dan Alex sudah lama saling kenal dan diajak seorang teman untuk menjadi relawan. Sementara Nania mengikuti kakaknya yang lebih dulu menjadi relawan.Jalanan yang berdebu menyambut rombongan itu begitu mereka keluar dari jip. Robin menggendong ransel berukuran kecil yang memuat keperluan pribadinya untuk hari ini. Sementara yang berukuran lebih besar dan cukup berat itu ditenteng dengan tangan kanan. Ransel itu nanti akan dibawa oleh porter yang akan menemani perjalanan mereka selama seminggu penuh.Kemarin, Robin dan orang-orang yang mengikuti tur menuju Nepal itu berangkat dari Jakarta. Transit di