Berkat latihan intensif yang ia ikuti bersama Erick dan Isabella selama beberapa bulan belakangan ini membuatnya tidak menemui kesulitan saat menghadapi lawan yang ada di hadapannya. Berulang kali ia berhasil menangkis serangan Alec, yang sialnya juga berlaku sama bagi Alec, membuat pertarungan mereka seimbang.
Alec mengayunkan tangan kanannya, menciptakan gelombang angin yang segera mengempaskan tubuhnya menjauh dari pria itu. Ia segera menancapkan kedua pedangnya sekuat tenaga pada lantai marbel tempatnya berada hingga menimbulkan bekas retakan yang panjang saat berusaha menahan dirinya agar tidak ikut terseret dalam pusaran angin yang kencang tersebut.
Hasil seimbang pertarungan mereka ini rupanya tidak disukai oleh siapa pun yang mengendalikan Alec setelah mendapati serangan mereka hanya bisa melukainya sedikit. Gerakan tubuh Alec berhenti saat ia mencabut kedua pedangnya, mengepalkan kedua tangannya dan mengalirkan pa
Terima kasih telah membaca ceritaku. Jika kalian menyukai ceritaku, kalian bisa memberi dukungan dengan mengirim gem dan juga memberi komentar. Stay safe~
Karl berhasil melacak keberadaan Nicholas yang bersembunyi di dekat pintu masuk ruang bawah tanah tempat tim medis klan Pedrosa berada, mencoba untuk kabur dari tempat itu. Keletihan tampak begitu jelas terlihat menyelimuti mereka, membuatnya sedikit kebingungan, namun tidak menghalangi naga pasir itu untuk menyerang beberapa anggota penjaga dari Pedrosa yang mencoba untuk menangkapnya karena sudah menerobos masuk ke markas Pedrosa. Aneh. Ia ingat sekali bahwa Nicholas itu tipe yang haus akan pertarungan hingga diujuluki sebagai mesin tempur berdarah dingin, membawa mayat-mayat yang sudah dimodifikasi sebagai bonekanya. Namun yang ia lihat di depan matanya justru seorang naga yang kepayahan untuk sekadar berdiri sehingga harus menyandar di sisi tembok, bertolak belakang dengan apa yang ia tahu selama ini. Tidak membawa boneka-boneka yang selalu menemani mereka ke mana pun mereka pergi
Veronica terbangun begitu mendengar suara lantunan musik dari instrumen piano yang samar-samar terdengar sampai ke kamarnya, menyadari bahwa ia jatuh tertidur setelah puas melampiaskan kekesalannya akan Stephen pada bantal yang sebenarnya tidak melakukan kesalahan apa pun sehingga layak mendapatkan pukulan darinya. Ia mengusap kedua matanya yang masih terasa berat untuk dibuka, beranjak dari tempat tidurnya. Sinar matahari sore memasuki secara brutal ruang kamarnya melalui jendela kamarnya yang tidak ditutupi oleh korden putih yang tersingkap. Agak enggan namun menuruti rasa penasarannya, melepaskan kaki prostetiknya dan menggantinya dengan kruk yang sudah diletakkan di dekat tempat tidurnya karena rasa tidak nyaman yang mendera lututnya. Mengikuti lantunan piano yang terdengar semakin keras begitu ia mengikuti ke arah sumber suara. Di ruang tamu, ia melihat Stephen yang tengah asyik memain
Erick keluar dari ruang perawatan intensif sambil menghela napas panjang disusul oleh rasa lelah yang mulai menghampirinya setelah bertarung dengan Alec yang sempat berada dalam pengaruh Nicholas hingga menguras hampir seluruh energinya sebelum Bianca menggantikannya bertarung, juga sel pemulihnya yang akhirnya berhasil menyembuhkan luka-luka bekas pertarungannya tadi. Ia memandangi semua orang yang menungguinya. Ada yang berjalan mondar-mandir dengan raut wajah penuh kecemasan seperti Pierre, lalu ada yang berdiri agak jauh dari merek semua sambil menyandar di dinding dengan bibirnya yang terus bergerak mengucapkan sumpah serapah pada Nicholas Southampton seperti Karl Smith. Sedangkan pacarnya, Theo, duduk bersama Bianca yang menyandarkan tubuh sahabat adik perempuan pacarnya itu di kursi yang kosong. Pierre langsung menghampirinya begitu menyadari keberadaannya, semakin cemas dengan kedua
Nicholas Southampton already lost their count for knocking over the door, memohon pada William yang sejak beberapa waktu yang lalu terus memukul mereka tanpa henti hingga mereka tidak bisa bergerak sama sekali, meninggalkan mereka di ruangan gelap yang dingin dan mengunci ruangan itu. Mereka tidak tahu sudah berapa lama waktu yang mereka habiskan di ruangan itu setelah usaha mereka untuk menjadikan Alec Berthold menjadi salah satu dari boneka mereka gagal total. Mereka menangis, terus menggedor pintu berulang kali, memukul pintu dari baja yang kuat itu dengan tenaga mereka yang tersisa, berharap William mau memaafkan kegagalan mereka atau apa pun alasan yang membuat pria itu marah pada mereka. Mereka lalu berbaring, menangis sesenggukan saat seluruh tenaga mereka sudah nyaris habis berkat tubuh calon boneka mereka yang malah menyerap separuh dari energi kehidupan mereka, ditambah dengan energi yang mereka habiskan untuk memulihkan seperempat dari luka
Alec membuka kedua matanya, memandang ke seluruh ruangan yang terasa asing baginya hingga menciptakan keheranan di wajahnya. Mendapati ada banyak alat asing yang terpasang di tubuhnya dan kantong darah yang dialirkan ke dalam tubuhnya. Begitu ia tidak mendapati Erna di dekatnya, ia panik, mencoba bangun dari tempatnya berbaring dengan susah payah. “Wow, wow, Romeo. Jangan terlalu banyak bergerak dulu. Kamu masih dalam proses pemulihan.” Refleks ia menoleh ke sumber suara, mendapati sosok seorang wanita tampan bernama Bianca Pedrosa yang juga merupakan sahabat pacarnya, membuka pintu dan memasuki ruangan. Wanita itu menutup pintu, lalu berjalan mendekatinya dengan wajah penuh cemas dan penyesalan. Bukan ekspresi yang diperlihatkan oleh wanita itu saat Erna memperkenalkannya pada wanita itu di pertemuan pertama mereka. Wanita
Bianca kebingungan begitu mendengar permintaan Alec. Bisa saja ia menolak permintaan Alec dan keluar dari sana, namun ia berutang banyak pada pria itu. Rasa bersalahnya mendominasi pikirannya karena sudah melakukan hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Terpaksa ia menuruti permintaan Alec, yang dibalas dengan kelegaan terpancar di wajah pria berwajah imut yang tampak sedikit pucat dibandingkan terakhir kali mereka bertemu, walaupun keadaan pria itu jauh lebih baik dibandingkan sepuluh jam yang lalu. Jadi ia tetap berdiri di hadapan Alec yang tengah memandangi sosok Erna dengan ekspresi lembut yang selalu diperlihatkan pria itu setiap kali memandang Erna (ia menyadarinya saat pertemuan pertama mereka di kafe). Cara pria itu memandang Erna, cara pria itu dengan penuh hati-hati dan kelembutan menggenggam tangan Erna, cara pria itu mengecup punggung tangan Erna, mencurahkan seluruh perasaan yang ada di dalam hati pria itu kepada Erna, harus ia akui, jauh
Febrina Darren menikmati gelas kedua rum coke-nya yang baru saja disajikan oleh Gavin beberapa menit yang lalu, dengan kedua matanya yang sibuk memindai bagian tubuh belakang Gavin yang tampak begitu menggodanya untuk menyentuhnya sambil menikmati otot tubuh pria itu yang terbentuk sempurna di balik seragam bartender pria itu. Tidak ada siapa pun di dekat tempat duduknya karena semua orang di sana cenderung memilih tempat duduk secara berkelompok. Waktu awal kedatangannya ke kafe ini, ia termakan oleh kebohongan Gavin. Sekarang, setelah ia mengetahui sedikit banyak mengenai dunia supernatural, ia mulai mencurigai identitas semua pelanggan kafe ini yang pasti adalah manusia serigala, tidak seperti manusia pada umumnya. Kata adik perempuannya yang memiliki hidung cukup pekat setelah insiden dua belas tahun lalu berhasil merenggut kaki adiknya dan membuat adik perempuannya hidup dengan mengand
Erna membuka kedua matanya, mengerjap begitu merasakan sinar matahari yang menyelinap masuk melalui celah kordennya itu di kedua matanya hingga membuatnya harus menyipitkan kedua matanya. Ia terbangun, kebingungan mendapati bahwa ia bukan lagi di kamar tidurnya. Juga bukan berada di kamar pacarnya … Membuatnya teringat akan satu hal yang berhasil memancing kembali tangisnya. Ia menangis sesenggukan, teringat saat Alec mati di dekatnya saat sedang berusaha menyelamatkannya. Tangannya tidak bisa merasakan kehangatan yang selalu diberikan pria itu padanya begitu menyadari tubuh pria yang ia cintai berubah dingin. Wajah yang kesakitan menahan rasa sakit akibat banyaknya luka yang diterima pria itu dari penyerangnya itu berubah tenang, tidak berekspresi, seperti tertidur panjang namun tidak ada napas maupun debaran jantung yang bisa ia rasakan dari pria itu. Pria yang mati menyelamatkannya dari