Share

Cincin Rumput Liar
Cincin Rumput Liar
Penulis: Orizae

Prolog

Kriing kriing kriing...

Sudah kesekian kalinya jam weker dinakas itu tidak berhenti berbunyi, mau tidak mau Lita pun harus bangkit dari peraduannya. Hari ini, hari pertama dia mengikuti pelajaran sekolah setelah acara MOS selama empat hari kemarin telah usai. Ya dia adalah Jelita Arthamania Pramono atau yang lebih sering dipanggil dengan nama Lita, anak tunggal dari pasangan Herman Pramono dan Hastina Ayudia seorang pengusaha kuliner ternama di kota yang dijuluki sebagai kota Tembakau. Dia terpaksa harus masuk sekolah SMK disalah satu SMK Negeri di kota kelahirannya itu karena paksaan kedua orang tuanya agar bisa menjadi seorang pengusaha meskipun bukan di bidang kuliner seperti orang tuanya. Apalah daya dia tidak ingin dicap sebagai seorang anak durhaka.

Dengan langkah malas dia berjalan ke kamar mandi untuk melakukan ritual setiap paginya itu, tidak butuh waktu lama dia menyelesaikan acara itu kemudian menganti handuk kimono yang membelit tubuh rampingnya dengan seragam putih abu-abu.

Tok tok tok

"Lita, sarapan dulu sayang," ibu Lita mengetuk pintu dan menyuruhnya sarapan sebelum berangkat sekolah

"Iya bu, sebentar lagi Lita keluar bu," sahut Lita dengan sedikit berteriak takut sang ibu tidak mendengar suaranya.

Ya penyakit yang diderita wanita paruh baya itu mengharuskan Lita untuk berbicara dengan nada sedikit tinggi, karena ibunya mempunyai penyakit pendengaran yang kurang jelas atau bisa dikatakan tuli. Lita dan ayahnya sudah menganjurkan Hastina agar membeli BTE (semacam alat bantu pendengaran) yang disarankan oleh dokter, tetapi entah kenapa ibunya selalu saja menolak dengan berbagai alasan. Sebenarnya penyakit yang diderita Hastina bukanlah penyakit bawaan dari lahir. Empat tahun lalu keluarga Pramono mengalami kecelakaan yang mengakibatkan pendengaran sang istri menjadi rusak.

Lita turun dari lantai dua menuju meja makan, di sana sudah ada ayah dan ibunya sedang menikmati sarapan. Dengan berjalan sedikit cepat dan menyambar roti tawar isi selai kacang diatas piring yang sudah dibuatkan ibunya tadi, dia langsung berjalan menuju pintu keluar tanpa pamitan dulu pada ayah dan ibunya, takut-takut kalo dia akan terlambat masuk sekolah karena jam sudah menunjukan pukul setengah tujuh.

"Lita, jangan buru-buru," ucap sang ayah sambil menyelesaikan sarapan miliknya

"Salim dulu kenapa sama orang tua!" suara barito ayahnya kembali terdengar

Lita akhirnya berhenti diambang pintu dan kembali masuk untuk pamitan pada orangtuanya

"Maaf yah, Lita buru-buru," ucap Lita sambil bersalaman dengan takzim pada ayah dan ibunya

"Jangan pulang terlambat lagi sayang dan hati-hati dijalan," sahut Hastina

"Iya bu," jawab Lita sambil berteriak dengan berlari keluar rumah menuju halte bus didepan gang rumahnya.

Bukan dia tidak ingin memakai mobil atau motor yang disediakan oleh sang ayah, hanya saja dia lebih suka menaiki angkutan umum agar bisa bersosialisasi dengan lingkungan dan tentu saja agar teman-temannya tidak tahu kalau dia anak dari pengusaha kuliner ternama di kota kelahirannya itu.

Setelah menunggu sekitar lima menit, akhirnya bus datang juga. Dia langsung naik dan mengambil posisi duduk dibelakang.

Sambil mendengarkan musik dengan headset dia menikmati perjalanan menuju ke sekolahnya.

...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status