Kahida meremat ponselnya, ini sudah hampir seminggu dan Arie tidak satu pun membalas semua email yang dia kirim atau pun chat. Bagaimana dengan adiknya? Tentu saja kepopuleran Dewi nampak di mana-mana salah satunya televisi nasional, Irena hanya terdiam tatkala netranya melihat Arie dan Dewi di TV. Dia hanya mampu menggigit bibirnya dan berkata, “Tidak apa-apa, itu pasti hanya salah paham semata.” Irena berusaha meyakinkan nuraninya agar tidak percaya pada kabar yang beredar. Baginya, dia mempercayai sang kekasih seutuhnya. Kahida mencoba menghubungi nomor Arie namun, pria itu tidak mengangkat ponselnya. Kahida benar-benar kesal setengah mati.
“Apa yang harus aku lakukan?” Hida menatap langit-langit kantornya, semua teman keluar untuk makan siang, hanya dia yang berkutat dengan dokumen dan pikiran yang tertuju pada sang adik. Hida hanya takut, Irena akan seperti dulu lagi.
Sementara itu, di kampus mulai terdengar desas-desus perihal Arie dan Dew
Irena memegang tangan sang kakak dan menggelengkan kepalanya ribut.“Apa yang Aa katakan? Enggak usah A, aku baik-baik saja.” Irena menatap Hida yang kini mengajaknya bicara berdua di halaman belakang.“Tapi dia—”“Tidak apa-apa, kalaupun iya. Mungkin sudah waktunya, aku melepaskannya A, apa yang kita inginkan tidak selamanya berjalan dengan sempurna. Cinta tidak selamanya harus memiliki kan? Aa tidak perlu melakukan itu, aku sudah dewasa. Biarkan aku menyelesaikan ini sendiri.” Irena tersenyum. Hida mau tak mau mengalah dan membiarkan adiknya menyelesaikan masalah itu sendiri dengan caranya.Kuala Lumpur“Tell me why? Kenapa kamu selalu bersikap seperti ini Hans? Ini semua rencana kamu ‘kan? Mengirim Dewi ke sana dan mendekati Arie?!” Ayuni menatap garang mantan suaminya. Dia selama ini diam, namun saat melihat berita itu dia tak tenang dan menemui Hans di Malays
“Bangsat!”Hida memukul wajah Arie, Irena kaget dan memisahkan mereka. Irena meminta Pie membawa Hida pergi sementara itu dia tersenyum dan menjabat tangan Arie. Berusaha tegar dan menerima kenyataan pahit, karena menurutnya sebaiknya dia melepaskan apa yang sudah tidak lagi menginginkanya. Semua yang telah dia berikan hanyalah dosa yang tidak perlu diingat lagi.“Selamat, dan terima kasih atas semuanya. Aku turut berbahagia untukmu, Kak.” Irena pergi berbalik dengan air mata berlinang, Arie terduduk lesu di lantai.“Rie, lu udah bego banget dan sekarang biarin gue mengejarnya. Lepasin dia buat gue.” Igna tertawa miris sebelum pergi mengejar Irena.Dewi mengusap pundak lelaki itu namun Arie menepisnya dengan kasar. Dao keluar dari kamar rawat ibunya dan menatap keponakannya yang kini sudah kalah telak dari segalanya."Rie, sebaiknya kamu pulang saja. Mamamu sedang kritis sekarang jika melihatmu dia ak
Irena berdecak kesal, ini sudah hampir 30 menit dia menunggu di parkiran tapi pemuda bernama Igna itu tidak datang juga. Dia pun kembali menghubunginya dan kali ini terangkat. Namun bukan suara Igna melainkan orang lain."Halo, Lo Irena ya?""Iya, ini Irena mana Kak Igna?""Gue Iqbal dan si Igna sekarang ada di rumah sakit dekat kampus lo tahu 'kan?""Astaga? Kok bisa?""Lo ke sini aja terus liat sendiri." ujar Iqbal. Irena pun tergesa-gesa pergi toh rumah sakit itu hanya butuh jalan kaki beberapa kilo saja, dan berada di seberang jalan. Irena merasa khawatir bagaimana pun juga Igna adalah temannya. Sesampainya di rumah sakit dia langsung mencari ruangan yang tadi dikirim oleh Iqbal lewat telepon. Di sana ada beberapa mahasiswa berseragam PDL Tekhnik."Lo Irena?""Iya, Kak Igna kenapa?""Gue Iqbal yang tadi di telepon, Igna lagi dirawat sama Dokter. Dia ditusuk pisau sama senior gara-gara kem
Gadis berpipi chubby itu berdiri di dekat jendela kamarnya. Menatap bintang di langit yang berkelip dengan indah. Semilirnya angin malam membuat suasana hatinya terasa gundah. Apa yang dia lakukan sudah baik. Pergi dan lupakan semua yang sudah terjadi, tidak ada lagi kisah cinta diantara dirinya dan Arie Lucas. Semua kenangan indah bersamanya akan dia simpan dalam sebuah kotak bernama Pandora dan membuangnya ke dalam Palung terdalam di dalam lubuk hatinya. Dia menarik napas panjang dan mencoba membuat hatinya bahagia. 'Aunty, aku ikhlas menolong Mama Ayuni. Aku minta maaf mungkin ini adalah terakhir kalinya aku bertemu dengannya. Aunty terima kasih atas segalanya, akan sangat tidak baik jika Mama Ayuni menemui saya. Bagaimana pun juga Dewi adalah calon istri Kak Arie.' ucapnya kala di rumah sakit tadi. Dao hanya bisa pasrah dan mengangguk. Irena mendonorkan darahnya pada Mama Arie dan setelah itu dia pulang dengan hati yang lega. Sayup-sayup terdengar suara petikan gi
Irena duduk di tikar bersama Igna. Cowok itu sedang lahap memakan nasi hangat dengan sayur asem dan ikan tembang goreng. Perutnya terasa lapar, dia enggak suka bubur rumah sakit. Padahal Ayah dan Ibunya akan datang hari ini. Seharusnya dia masih dirawat tapi dia bersikeras pulang, orang tuanya juga baru bisa pulang hari ini karena kemarin ada masalah di sana. Selesai makan, dia duduk di sisi ranjang sambil meminum teh hangat. "Mantap. Enak banget, kenyang." Kata Igna sambil mengelus perutnya. Irena membereskan rantang bekas makan Igna dan hanya menggelengkan kepalanya saat melihat makanan yang dia bawa habis, hanya tersisa sayur asemnya sedikit lagi. Tak lama sebuah mobil mewah berhenti di depan kostan Igna. Dari dalam turun dua orang dewasa yang tampak cemas dari raut wajahnya. "Igna! Ini Mama!" Irena membuka pintu kostan Igna dan melihat dua orang dewasa itu tampak mengernyit heran ada seorang gadis gemuk di depan mereka. "Mama, Papa udah datang?"
Irena memulai pekerjaanya di pet shop milik Mas Rino, pekerjaan di sana cukup gampang hanya membersihkan toko, lalu menata barang dan melayani pembeli. Pet Shop juga memiliki klinik hewan dan ada satu Dokter yang bekerja di sana namanya Dokter Hannie, dia adalah istrinya Mas Rino. Dokter Hannie sangat ramah seperti Mas Rino. Mereka belum dikaruniai keturunan jadi Dokter Hannie setiap harinya akan berada di klinik, terkadang merescue anjing atau kucing yang membutuhkan pertolongan. Cara untuk melupakan mantan adalah belajar mencintai diri sendiri atau mencintai sekitarmu. Contohnya Irena, sejak bekerja di pet shop dia menghabiskan waktunya dengan mengajak bermain para kucing di sela-sela istirahatnya. "Hai," "Loh, Kak Igna ngapain ke sini?" tanya Irena saat melihat pemuda itu sudah berdiri di depannya dan tersenyum cerah. "Mau ajak makan malam nanti, btw Gue ulang tahun hari ini, jadi...." "Eh, serius? Ya ampun, maaf Gue lupa."
Cinta tidak ada yang tahu, ketika datang pada hati seseorang membawa dampak yang luar biasa besar. Terkadang cinta yang dirasakan oleh kita terhadap seseorang itu berbeda-beda. Begitu juga cinta yang dirasakan oleh Irena dari Igna, perlakuan Igna padanya tidak berubah sama seperti saat masih berteman, hanya saja sekarang bagi Igna gadis chubby itu adalah prioritas kedua setelah ibunya. Igna romantis dengan caranya sendiri dan benar-benar membuatnya nyaman."Bangun kebo! Astaga mau bolos lagi huh?" Irena mencubit pipi kekasihnya yang kini sedang tidur dengan pulas di kamar kostan barunya. Ia Igna kemarin pindah ke kostan yang lebih dekat dengan rumah Irena, bucin sekali memang cowok satu ini."5 menit lagi sayangku.""Bangun, atau aku sirem pakai air kobokan nih." Membangunkan kekasihnya adalah rutinitas baru Irena. Gadis itu akan bangun pagi dan setelahnya membangunkan Igna, apalagi cowok itu sudah berada di semester akhir harus rajin ke kampus
Orang bijak berkata jangan lepaskan masa lalu dan tata masa depan. Jangan terpuruk pada masa lalu dan jangan juga terjebak di masa depan. Tapi kalau terjebak di antara ibu-ibu yang antri minyak langka piye carane?Setulus apa pun kekasih barunya mencintai dia, tetap saja namanya trauma pasti ada, bukan enggak bersyukur tapi sebagian manusia ada yang selalu merasa inscure. Begitu pula dengan Irena. Gadis berpipi berisi itu sekarang sedang galau, gara-gara omongan orang-orang tentangnya.'Coba diet, jangan gitu terus biar cowok kamu betah. Dulu kamu dicampakkan gara-gara gendut pasti 'kan? Bohong banget cowok sekarang, kalau bilang terima apa adanya mereka cuma lagi kamuflase buat enggak nunjukin jati diri mereka yang sebenarnya.' itu kata teman sekelasnya. Lalu dia bertemu dengan para ibu-ibu arisan yang baru pulang dari rumah tetangganya, mereka bergosip ria tentang bentuk tubuhnya yang tidak pernah menyusut. Irena bukan enggak mau diet tapi dia udah ratusa