Semua Bab Cinta 80 kg: Bab 1 - Bab 10
96 Bab
Si Itik buruk rupa
Seorang gadis dengan tubuh semampai berjalan dengan anggunnya. Lenggak-lenggok gerakannya mengundang siulan dan decak kagum dari para belalang nakal yang melihatnya.“Halo, cantik siapa namamu?”“Hai! sayang, Abang minta nomornya dong.”“Cantik banget, siapa namanya?”Gadis dengan rambut ikal itu tidak menjawab, hanya mengibaskan rambutnya membuat semua mata terpana, sepatu hak tinggi berwarna merah, senada dengan gaun yang melekat di badannya yang kutilang (kurus, tinggi langsing). Lihatlah kaki-kakinya jenjang bak aktris dari negeri ginseng. Dia tersenyum penuh pesona, siapa yang tidak kenal dia? Gadis cantik sejuta pesona membuat siapa pun yang melihat jatuh cinta, dia adalah ….“Bangun! sudah siang, dasar kebo. Buruan bangun, ini  udah waktunya berangkat sekolah, Hei!” Gadis itu mengerjapkan matanya, lalu menatap seorang wanita paruh baya dengan daster motif kembang-kembang, membawa spatula. Hancur
Baca selengkapnya
Beauty & The Beast
Kadang Irena berpikir seandainya saja dia secantik Irene personel Red Velvet, pasti hidupnya tidak akan mengenaskan seperti ini. Di sebelahnya ada Pie—teman cewek Irena satu-satunya dan sama-sama sering di-bully, Jika mereka berjalan orang-orang akan meneriaki mereka angka sepuluh. Demi Tuhan, Irena kesal. Tapi ketidakmampuannya untuk melawan hanya membuat gadis itu diam tanpa mau membalasnya.Pie terlalu lelah dengan hukuman kali ini, mereka harus lompat kodok sambil bernyanyi potong bebek angsa. Irena mati-matian menahan rasa bencinya pada sang kakak kelas, karena mereka  seakan sengaja mengerjainya. Entah apa pun yang dia lakukan selalu salah di mata mereka. Padahal dia sudah melakukan kegiatan sesuai keinginan mereka, Irena ingin menangis tapi dia sudah janji tidak akan menangis lagi jika dibully.Mereka kini sedang menikmati makan siang di kantin setelah mendapat hukuman yang gila, tadinya sang kakak kelas bernama Mita itu juga akan me
Baca selengkapnya
Superhero
Gadis chubby itu memutuskan untuk jalan kaki, jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan jauh sekitar 12 KM. Irena sudah merasa lelah, sementara hari mulai gelap. Ia bahkan melihat teman-teman yang rumahnya sekitar sekolah sudah berganti baju, mereka berseliweran membawa motor lalu berhenti sejenak hanya untuk mengejek Irena, sungguh unfaedah.“Gajah, lu belum pulang? Ati-ati entar diculik genderuwo.” Celetuk seorang anak bertubuh pendek sambil tertawa.“Mana ada genderuwo mau nyulik dia, orang sejenis ha-ha-ha.” Timpal yang lainnya, Irena hanya diam, menjawab para bullyer cuma buang-buang waktu dan tenaga. Walaupun perkataan mereka memang minta dibogem mentah. "Di sini ada ojeg enggak ya?" Irena bertanya pada salah satu warga yang hendak pergi ke mushola. "Duh, kalau jam segini mana ada, Neng. Soalnya sudah malam, tapi coba sebentar lagi biasanya ada angkot terakhir." kata Bapak itu, Irena menghela nap
Baca selengkapnya
The prince
“ Selamat malam, Dek. Nak, maafkan Bapak ya, Mang Usep sakit encok makanya dia enggak bisa jemput kamu. Syukurlah kamu akhirnya pulang. Dek, ini ongkos ojeknya ya.” Pak Tatang mengeluarkan uang lima puluh ribu dan memberikannya pada Arie, Irena terkejut dan menarik tangan bapaknya.“Pak … itu bukan tukang ojek, itu Kakak kelas aku.”“Hah? Eh maaf atuh, mau mampir dulu? Sok atuh, hampura nya. Bapak kira teh kamu tukang ojek, terima kasih sudah mengantarkan putri kecil Bapak.”“Sama-sama, Pak. Saya pulang dulu ya, permisi Pak dan putri kecil Bapak.” Arie menekankan kata putri kecil bapak, membuat Irena malu setengah mati."Eh, jangan buru-buru. Masuk dulu, tadi Si Emak bikin comro sama bakwan udang, ayo masuk dulu. Sebagai ucapan terima kasih dari Bapak." kata Pak Tatang, Arie pun turun dari motornya dan masuk ke dalam rumah Irena. Rumah sederhana bergaya khas Betawi namun ada juga khas jawa ba
Baca selengkapnya
Charming Boy
Semua siswa dan siswi sudah berkumpul di sebuah area perkemahan. Mereka semua sedang mendengarkan instruksi dari sang ketua OSIS.“Kalian buatlah tenda sesuai dengan kelompok yang sudah dibagikan kemarin. Jika sudah kalian bergabung di sana. Jika kalian butuh sesuatu panggil saja kami.” Jelas  Arie panjang lebar.Tak butuh waktu lama, semua sibuk membangun tenda masing-masing. Irena beruntung malam ini satu tenda dengan Pie serta dua orang lainnya. Merek bahu membahu membangun tenda hingga selesai, semua ransel dimasukkan ke tenda dan mereka berbondong-bondong ke lapangan. Arie dan beberapa kakak kelas lainnya sedang memberi pengarahan. Membagi kelompok juniornya untuk mencari kayu di hutan sekitar perkemahan dan mengumpulkannya. Selesai memberi petunjuk dan pengarahan, mereka pun berangkat mencari kayu bakar. Irena berjalan bersama Pie, mereka mengobrol sambil mengumpulkan ranting-ranting kering.“Hei, kamu kemarilah! Bantu di sini!&rdquo
Baca selengkapnya
Hei Boy!
Rasanya baru kemarin, Irena meninggalkan acara camping penuh kesan. Bagaimana tidak, dua hari itu ia dan Tria dekat satu sama lain. Tria pribadi yang hangat, murah senyum dan juga suka membaca manga. Selama kegiatan camping, Tria banyak membantunya dan memberi kesan yang baik. Saat berangkat kemah, dia pikir bakalan menyebalkan melihat kakak kelasnya yang galak dan Rara yang menempel padanya. Tapi semua berubah sejak avatar Aang menyerang eh maksudnya saat Tria datang. Irena sering dibuat terkejut dan terheran-heran, bukan karena Tria makan daging ayam dengan sayur kol, tapi perbuatannya selalu sukses bikin si cewek melting tingkat dewa 19.“Capek? Ya udah kamu istirahat aja dulu. Biar aku saja yang bawa airnya,” sambil senyum ala iklan pasta gigi. Siapa coba yang enggak melting digituin, berasa jadi cewek-cewek di film superhero gitu. Lagi capek bawa air, napas Rabu-Kamis terus Tria datang nolongin sungguh nikmat mana lagi yang Irena dustakan?
Baca selengkapnya
Attention
 “Irena Putri Wahyudi, jelaskan soal di papan tulis.”Irena yang sedang mengkhayal iya-iya pun terkejut, soalnya bukan CEO ganteng yang ada di depannya tapi Pak Yanto dengan kacamata melorot ke hidung terus kumis nyeremin ala Pak Raden. Irena buru-buru ngusap ilernya pakai sapu tangan terus melihat ke arah Pak Yanto dengan wajah kikuk. Pak Yanto tahu muridnya ini sejak tadi melamun bukannya belajar.“Hah?! Saya, Pak?”“Ya, iya kamu memang saya panggil siapa?”“Coba Bapak ingat-ingat mungkin yang Bapak maksud bukan saya,”“Loh, kamu malah tawar menawar. Dipikir ini lagi transaksi sayuran apa? Udah sini maju!” Pak Yanto kesal lama-lama.Irena beranjak dari mejanya, lalu ke papan tulis. Dia berkeringat dingin, sebenarnya dia tidak mendengarkan penjelasan Pak Yanto, Irena menggigit bibir bawahnya. Setahu dia Pak Yanto itu kalau marah suka gebrak meja, masih mending tapi gebrak meja
Baca selengkapnya
You so argghh!
Semua orang menatap ke arah meja Irena, Bu Centini ketar-ketir soalnya pangeran sekolah udah lama enggak bad mood, sekalinya dia lagi kesel bikin orang ketar-ketir enggak karuan.“Enggak usah deh, aku udah enggak lapar.” Jawab Arie meninggalkan bangku Irena, Irena menatap kepergian kakak kelasnya itu dengan bingung, sementara kakak kelas yang lain serta teman-temannya menatap Irena, seolah cewek itu melakukan kesalahan besar membuat seorang Arie bad mood. Pie tergopoh-gopoh kembali ke meja dan melihat Irena yang masih bingung.“Maneh ada masalah apa sama si ketua OSIS itu?”“Sumpah, Pie. Aku enggak ngapa-ngapain, suer deh.” Irena benar-benar bingung kenapa Arie marah.“Duh, kalau Kak Arie bete semua orang pasti kena amuk deh.”“Hah, serius? Kamu tahu dari mana, Pie?”“Semua orang tahu itu, kamu saja yang sibuk liatin Tria.” Pie mendeng
Baca selengkapnya
Tinker Bell
Irena entah harus merasa bersyukur atau tidak, dia bisa seharian semalaman latihan bersama Satria, meski kenyataannya  Satria berada jauh dari tempatnya. Irena satu kelompok dengan Arie dan Igna, sementara Satria dengan Rara. Sementara itu dadanya terasa sesak dan patah hati, melihat Rara begitu serasi dengan Satria. Pedih banget rasanya, melihat seseorang yang kita sukai bersama orang lain. Meskipun di hadapannya ada bakso enak dan es teh manis, tetap saja Irena enggak bakal tergoda.“Mereka sangat cocok dan serasi, ah Rara memang cantik dan Satria juga tampan, mereka cocok kalau jadi pasangan kekasih.” Celetuk salah satu temannya, membuat Irena semakin miris.‘Iya sih aku mah apa atuh hanya remahan rengginang di kaleng Khong Guan.’Bukan hanya Irena yang berpikir hidup tidak adil, coba lihat Igna. Wajahnya kusut dan lingkaran hitam menghias matanya, tanda beberapa hari ini tidak bisa tidur. Igna menyukai Rara, tapi sayangn
Baca selengkapnya
Listen to Me
 Irena tidak sanggup lagi, lebih baik segera ke toilet, untuk menyelesaikan urusannya yang mungkin bertambah dengan menangis. Di perjalanan, dia melihat Arie bersama dengan Mita. Ah, mengapa dunia tidak adil? Irena juga ingin seperti Rara dan Mitha. Apa benar apa kata orang, orang ganteng hanya untuk orang cantik? Irena ingin sekali mematahkan persepsi itu karena benar-benar membuat dirinya atau orang lain yang mengalami hal yang sama seperti dirinya merasa tidak nyaman.“Ra, harusnya lu tahu gue suka sama lu.” Irena baru saja menyelesaikan urusannya, ia duduk sebentar di toilet tapi ia mendengar suara seorang cowok yang sedang menangis.‘Apa hantu? Kenapa ada suara cowok di toilet cewek?’ “Ra, gue sayang sama lu, kenapa sih lu milih si Satria itu.”‘Suaranya kayak Kak Igna?’ Irena membuka pintu dengan takut-takut. Ia melirik ke kanan dan ke kiri, sosok cowok jangkung sedang m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status