Share

Bab 8

Author: Marwa Safira
Satu jam kemudian, aku sudah berada di ruang gawat darurat di Departemen Ortopedi Rumah Sakit Harin.

Seorang dokter tua dengan rambut putih dan wajah yang sangat baik hati sedang memeriksa kondisi lenganku.

Dia menganggukkan kepalanya pada pria elegan yang berdiri di satu sisi sambil berkata, "Ini dislokasi tulang."

Pria itu mengiakan ucapan si dokter, lalu berkata, "Pak Charles, kemampuan terapi tulang Anda sudah terkenal, bisakah Anda mengobatinya?"

Charles menatapnya dengan tatapan penuh arti dan berkata, "Dasar anak ini, kamu selalu memanfaatkan hubunganku denganmu."

Sambil berbicara, dia pelan-pelan memutar lenganku. "Nak, apakah bocah busuk ini menindasmu?"

Aku diam-diam melirik pria itu, lalu bergegas menggeleng sambil berkata, "Bukan, bukan, aku ... aku nggak kenal dengannya."

Charles tertawa dan bertanya, "Nggak kenal? Kalau kamu nggak kenal dengannya, kenapa dia begitu mengkhawatirkanmu?"

Aku teringat akan tingkahku yang memalukan sepanjang perjalanan, saat aku mencengkeram kerah jas pria itu sambil menangis dengan keras. Aku pun menunduk dengan malu.

Pada saat ini, terdengar suara "krak" yang nyaring. Sebelum aku sempat berteriak, lenganku sudah terasa lebih nyaman.

Aku berdiri dengan terkejut dan menggerakkan lenganku.

Tidak sakit lagi!

Sungguh menakjubkan!

Charles tersenyum sambil berkata, "Gerakkan saja terus, nggak apa-apa, sudah sembuh."

Aku mengulurkan tanganku dengan pelan dan memutarnya dengan hati-hati.

Benar saja! Sama sekali tidak sakit lagi!

Aku bergegas membungkukkan badanku sambil berterima kasih pada dokter itu. "Terima kasih, Pak Charles!"

Aku tidak bodoh. Dokter tua yang ramah ini adalah spesialis ortopedi yang terkenal di Kota Harin. Ada banyak orang penting yang berusaha untuk mencarinya jika mereka terkena masalah tulang.

Charles sangat baik hati, sehingga dia memberikan sebagian besar kesempatan berobat untuk pasien biasa.

Dia juga hanya menyimpan biaya sebesar dua ribu untuk pengobatan. Setelah menjadi dokter selama 50-an tahun, Charles berpegang teguh pada prinsipnya sebagai seorang dokter yang mengobati penyakit tanpa mementingkan keuntungan pribadi.

Dia sudah menyembuhkan puluhan ribu pasien yang menderita penyakit yang sulit untuk diobati.

Karena gaya pengobatannya, bisa memotong barisan dan mendapatkan kesempatan untuk berkonsultasi dengannya adalah hal yang sangat susah untuk dilakukan.

Sambil memikirkan hal ini, aku menatap pria tampan yang terus tersenyum di satu sisi itu.

Dia berusia sekitar 27 atau 28 tahun dan terlihat lebih dewasa daripada Julian.

Jas abu-abu gelap yang dia kenakan sangat pas badan, sehingga proporsi tubuhnya yang tinggi terlihat sempurna.

Wajahnya sangat tampan dan anggun, kacamata berbingkai setengah yang bersandar di pangkal hidungnya yang mancung membuat matanya terlihat makin mendalam.

Dia sedang mengobrol dengan Charles, setiap gerak-geriknya terlihat tenang.

Awalnya, aku mengira bahwa Julian adalah pria tertampan yang pernah aku lihat seumur hidupku. Auranya dingin dan tajam. Dengan keberaniannya yang maskulin, tidak ada yang bisa menandinginya.

Namun, pria di hadapanku ini adalah tipe yang jauh berbeda dari Julian. Dari segi tampang, dia setara dengan Julian.

Jika Julian dianggap seperti pedang yang dihunuskan, pria ini seperti gulungan lukisan tinta yang sangat indah.

Julian sangat ganas dan kuat, sedangkan pria ini seperti dilahirkan untuk mendapatkan apa pun yang dia inginkan, dengan aura lembut yang bisa menoleransi seluruh dunia ini.

Ketampanan kedua pria ini tidak bisa dibandingkan, tetapi sekarang, aku lebih mengagumi kelembutan pria ini.

Saat pria itu sedang berbicara, dia melihatku sekilas, lalu tiba-tiba bertanya, "Nona Luna, apakah ada lagi yang terasa sakit?"

Aku tercengang sejenak. Aku ingin menggeleng, tetapi aku malah menganggukkan kepalaku.

Charles mengernyit sambil berkata, "Cepat tunjukkan padaku, jangan biarkan masalah kecil ini menjadi penyakit parah."

Aku menunjukkan punggungku dan tumitku yang semalam terbentur, lalu membiarkan Charles menyentuh bagian belakang kepalaku.

Charles pun memeriksa kondisiku dengan serius.

Dia menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aduh, kenapa anak gadis sepertimu terluka seperti ini? Pinggangmu hampir retak dan tulangnya sudah agak bergeser. Nanti, aku akan mengobatinya. Selain itu, kakimu juga terkilir."

"Kalau belakang kepalamu ...."

Setelah menyentuh bagian belakang kepalaku, Charles tiba-tiba marah. "Gadis ini sama sekali nggak menyayangi tubuhnya sendiri!"

Aku langsung terkejut, hingga ucapanku menjadi terbata-bata. "Aku ... aku ...."

Charles menuliskan resep obat untukku dengan kesal sambil berkata, "Tengkorakmu retak, ada pembengkakan di dalamnya. Kamu ini, benar-benar nggak takut mati, ya?"

"Kalau pembengkakan itu nggak dihilangkan dan tekanan dalam kepalamu meningkat, kamu akan dalam bahaya. Kamu malah bertengkar dengan orang lain hingga tulangmu bergeser .... Aku benar-benar nggak mengerti lagi."

Charles bergumam dengan marah sambil menuliskan resep obat dengan cepat.

Mendengar teguran ini, mataku memerah lagi.

Aku juga tidak tahu kalau aku terluka separah itu, karena saat aku terluka dan masuk rumah sakit sebelum kehilangan ingatan, Julian sama sekali tidak pernah datang menjengukku.

Setelah kondisiku sedikit membaik, asistennya yang menyebalkan itu langsung mendesakku untuk keluar dari rumah sakit.

Makin dipikirkan, aku merasa makin sedih. Aku menundukkan kepalaku, seperti anak kecil yang sudah melakukan kesalahan pada Charles.

Pria itu memecahkan suasana canggung ini dengan berkata dengan lembut, "Pak Charles, jangan marah, deh. Dia pasti nggak mengerti, makanya dia bisa keluar dari rumah sakit sebelum dia sembuh. Dia bukan sengaja melakukannya. Siapa yang akan menyiksa dirinya sendiri dan nggak pergi ke rumah sakit saat dia sakit?"

Setelah menuliskan resep obat itu, ekspresi Charles menjadi lebih lembut.

Melihatku berlinang air mata, dia bergegas berkata, "Nggak apa-apa. Jangan menangis, Nak. Tadi, saat kamu datang, tangisanmu sudah didengar oleh seluruh orang di departemen ini. Sekarang, jangan menangis lagi, ya."

Seusai berbicara, dia memelototi pria itu sambil berkata, "Dasar bocah busuk. Cepat bawa dia pergi, supaya lukanya diobati! Oh ya, dia harus datang selama tiga hari untuk mengobati cedera pinggangnya. Aku akan melakukan akupunktur secara pribadi. Kalau nggak, cedera itu nggak akan sembuh."

"Baik, baik."

Pria itu bergegas membawaku ke ruang pengobatan.

Begitu kami keluar dari ruang konsultasi, kami membuang napas dengan lega secara bersamaan.

Sungguh menakutkan!

Tak kusangka, spesialis ortopedi yang paling terkenal di Kota Harin begitu menakutkan saat dia sedang marah.

Aku menatap pria itu dengan rasa bersalah dan berkata, "Maaf, ya ... emm ... aku lupa menanyakan namamu."

Aku memainkan kukuku dengan canggung, hingga kukuku hampir terkelupas.

Pria itu tertawa dan bertanya, "Kamu sudah lupa denganku, ya?"

Aku mendongak dengan heran, lalu bertanya dengan kebingungan, "Aku benar-benar nggak ingat. Apa nama Tuan?"

Pria itu tersenyum, tatapannya sangat lembut. "Aku kenal dengan Louis, kakakmu. Saat kita masih kecil, kamu selalu memanggilku Kak Woodie."

Kak Woodie?

Aku tercengang sejenak.

Ingatan dari masa kecilku seketika membanjiri otakku.

Aku samar-samar mengingat seorang anak laki-laki yang tinggi dan kurus, serta berkacamata dengan bingkai emas, yang sering berada di sisi kakakku.

Anak laki-laki itu tidak suka berbicara. Bahkan saat dia berbicara pun suaranya sangat lembut.

Berkali-kali, aku ingin berkenalan dengannya, tetapi aku seperti ditolak oleh aura asing yang dia pancarkan.

Seingatku, kata Kak Louis, nama pria ini Woodie?

Oleh karena itu, aku memanggilnya Kak Woodie.

Aku pun bertanya, "Kamu ... Kak Woodie?"

Pria itu tersenyum padaku, lalu mengulurkan tangannya sambil berkata, "Namaku Chris Kody, bukan Woodie."

Eh ....

Wajahku langsung memerah. Aku bergegas menjabat tangannya sambil berkata, "Ha ... halo ... maaf, ya, atas kejadian tadi ...."

Aku masih ingin mengucapkan sesuatu lagi, tetapi tiba giliranku untuk menerima pengobatan.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku pada Chris, lalu bergegas memasuki ruangan pengobatan.

Sesaat kemudian, setelah lukaku diobati, bahuku diperban dan lenganku digantung ke leherku.

Aku terlihat konyol.

Saat aku membawa obat salep itu ke luar, aku melihat Julian yang sedang menunggu dengan tidak sabar di luar.

Melihat bahuku yang diperban, Julian tercengang sejenak, lalu ekspresinya kembali menjadi dingin.

Dia melangkah menghampiriku dan hendak menarikku.

Namun, aku langsung melangkah mundur dengan ketakutan sambil berkata, "Jangan dekati aku."

Julian menghentikan langkahnya. Dia menahan amarahnya sambil berkata, "Luna, cepat pergi minta maaf! Laura berjanji padaku, asalkan kamu minta maaf, dia nggak akan lapor polisi."

Dengan nada bicara kesal, dia berkata, "Kamu terus-menerus membuat masalah. Sudah cukup, belum?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 100

    Dia memandang ke sekeliling jalanan yang gelap dengan ketakutan.Tadi, dia merasa ketakutan, sehingga dia sama sekali tidak menyadari bahwa Julian sudah mengemudi ke jalanan gunung yang berkelok-kelok.Tidak ada yang melewati jalan ini selama beberapa kilometer.Namun, Julian tetap berseru, "Turun!"Chelsea menangis dengan makin keras sambil berkata, "Julian, aku nggak bisa turun. Kalau kamu marah, kamu bisa memukulku dan memarahiku. Kenapa kamu harus membawaku ke sini dan menakut-nakutiku seperti ini? Huhuhu ...."Sambil mengucapkan kata-kata ini, dia mendekat pada Julian dan menarik Julian untuk memohon belas kasihan.Julian langsung mendorongnya dengan kasar, sehingga Chelsea menabrak jendela mobil.Chelsea mengerang dengan pelan, lalu terus menarik Julian tanpa memedulikan luka di kepalanya.Julian turun dari mobil, berjalan ke sisi penumpang dan membuka pintu mobil.Dengan ekspresi masam, dia menarik Chelsea untuk turun dari mobil.Chelsea ditarik hingga rambutnya berantakan. Dia

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 99

    Saat mereka pergi, mereka terlihat sangat memalukan.Jacob menggeleng sambil berkata, "Aih, dia nggak bisa menerima kekalahannya, ya."Carson juga membuang napas dan berkata, "Pacarnya si Julian sungguh keterlaluan."Chris berkata pada dua paman itu, "Sebenarnya, Pak Julian lumayan hebat, tapi dia mungkin agak kurang dalam hal perasaan."Jacob tertawa dan berkata, "Dia bahkan nggak bisa memahami hal sesederhana ini, bagaimana kita bisa mengharapkannya untuk melakukan hal besar?"Carson juga berkata, "Dulu, aku merasa bahwa Julian andal, berani dan pekerja keras. Sekarang, sepertinya dia kurang lihai, ya."Kedua bos besar itu saling bertatapan, lalu menggeleng secara bersamaan.Hatiku tergerak dan aku menatap Chris.Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajah Chris. Dia tetap terdengar seperti sedang membela Julian, tetapi ....Setelah apa yang terjadi, reputasi yang sudah Julian bangun di dunia bisnis sepertinya mulai goyah.Siapa yang paling pintar?Tiba-tiba, aku merasa bahwa Chris terl

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 98

    Julian mendengus dengan dingin dan menjawab, "Dari dulu, kamu selalu sangat cemburu padanya. Kamu selalu memfitnahnya, melukainya dan bahkan mengancamnya. Kamu sudah melakukan banyak sekali perbuatan jahat. Hari ini, kamu lagi-lagi mengulang trik yang sama."Aku sudah mati rasa, jadi aku berkata pada pelayan itu, "Periksa saja kamera pemantaunya. Rekamannya bisa membuktikan apa yang terjadi."Begitu aku mengucapkan kata-kata ini, ekspresi Julian berubah, sedangkan Chelsea tampak bersalah.Dia langsung melemparkan diri ke pelukan Julian dan berkata, "Julian, sudahlah. Aku hanya terluka ringan, mungkin Nona Luna nggak sengaja. Tangannya hanya tergelincir, dia bukan sengaja mau melukaiku."Kemudian, dia menatapku sambil bertanya, "Benarkah begitu, Nona Luna?"Dengan ekspresi datar, aku menjawab, "Bukan aku yang menentukan kebenarannya. Lagi pula, sebelum mencari tahu apa yang terjadi, Pak Julian sudah menganggap bahwa akulah yang melukaimu."Chelsea bergegas berkata pada Julian, "Julian,

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 97

    Di ruang istirahat, ada rangkaian bunga, alat musik dan bahkan permainan mahyong.Hal-hal ini adalah pelayanan untuk tamu wanita kelas atas. Aku pernah melihatnya, jadi aku memilih rangkaian bunga yang kusukai dan mulai merangkai bunga.Pada saat ini, Chelsea berjalan masuk dengan anggun.Wajahnya sudah merah, dia sepertinya sudah minum banyak saat makan malam.Aku hanya meliriknya sekilas dan melanjutkan merangkai bunga.Chelsea duduk di sampingku dan mengamatiku untuk sangat lama."Ada apa?" tanyaku padanya.Chelsea tersenyum sambil menjawab, "Nona Luna, kuakui, aku sudah meremehkanmu."Aku fokus memotong ranting bunga sambil berkata dengan cuek, "Nona Chelsea, kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja langsung."Chelsea membuang napas dan berkata padaku, "Nona Luna, bagaimana kalau aku membujuk Julian untuk memberimu uang satu triliun? Apakah kamu akan setuju untuk bercerai dengannya?"Aku mengangkat kepalaku untuk menatapnya.Chelsea menatapku dengan tatapan yang terlihat sungg

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 96

    Dia merasa bahwa aku lagi-lagi akan menindas Chelsea. Hanya saja, mengapa tadi dia tidak bersedia untuk mengungkapkan hubungan mereka?Sepertinya cedera otakku masih belum sembuh. Kalau tidak, mengapa aku sama sekali tidak memahami maksud pria-pria ini?Chelsea yang tidak bisa melakukan apa pun padaku pun langsung menghadap ke arah Chris.Suaranya tetap lembut, pria mana pun yang mendengarnya pasti akan mengasihaninya.Inilah kemampuan Chelsea, dia tidak tahu malu dan bisa menunjukkan kelemahannya setiap saat.Aku mendengarnya berkata pada Chris, "Pak Chris, sudah lama sekali saya mengagumi Anda. Hari ini, kita bertemu secara resmi. Tak saya sangka, Anda benar-benar lebih tampan dan keren daripada yang dikatakan orang-orang."Chris hanya mengiakan ucapannya dengan pelan.Chelsea pun melanjutkan ucapannya. "Pak Chris, Anda sudah sangat sukses di usia semuda ini. Saya benar-benar iri pada Nona Luna ... dia selalu mencari tipe pria seperti ini."Mendengar ucapan Chelsea, aku hampir menyem

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 95

    Aku seketika terdiam.Begitu pula dengan semua orang.Tempat ini tiba-tiba menjadi sangat sunyi.Aku melihat ekspresi Julian menjadi sangat masam, sama halnya dengan ekspresi Chelsea.Aku menarik lengan baju Chris dengan pelan.Chris tersenyum padaku sambil berkata, "Sudah, ayo duduk."Dia pun membawaku ke tempat duduk kami.Sedangkan Julian dan Chelsea hanya berdiri di tempat untuk sangat lama.Kali ini, Julian malah dipermalukan seperti ini. Sepertinya dia sedang meragukan apakah dia harus pergi saja atau tidak.Namun, hampir semua hadirin pesta ini adalah bos besar yang paling ternama di dunia bisnis. Jika Julian pergi begitu saja, pandangan semua orang tentang dirinya sepertinya akan berubah.Akhirnya, Julian membawa Chelsea ke meja mereka dengan ekspresi masam.Aku melihat Chelsea menatapku dengan tatapan yang sangat rumit, ada kecemburuan, dendam dan juga kebencian.Aku menurunkan tatapanku dan tidak lagi melihat mereka.Aku tidak mengerti mengapa Chris sengaja membawaku ke tempa

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 94

    "Perlakuan nggak adil yang dia terima di masa lalu adalah kesalahanku. Mulai sekarang, dia adalah pacarku dan akan menjadi istriku," kata Chris.Sekujur tubuhku bergetar, air mataku juga hendak mengalir dengan tidak terkendali.Aku berusaha keras untuk menahan air mataku, tetapi mataku tetap berkaca-kaca.Aku tidak bisa melihat ekspresi orang-orang dengan jelas, aku juga tidak ingin melihat wajah Julian yang gelap lagi.Aku hanya tahu bahwa Chris membelaku dan mendukungku di hadapan semua orang.Chris ingin menggunakan namanya untuk menghapus sejarahku yang memalukan.Dia ingin menarikku keluar dari lumpur yang kotor.Julian ingin memarahi Chris, tetapi dia ditahan oleh Chelsea.Chelsea berkata dengan lembut, "Selamat, Pak Chris! Selamat ... Nona Luna!"Wajahnya yang cantik menyembunyikan kecemburuan yang sangat samar.Dia berkata pada Julian yang berekspresi gelap, "Julian, lihatlah, Pak Chris begitu berani dalam mengejar cinta. Apakah kita ...."Julian tiba-tiba tertawa dengan sinis

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 93

    Aku berdiri dari bangku dan berjalan menghampiri Chris.Aku merasa gugup hingga telapak tanganku berkeringat dan jantungku berdebar kencang. Namun, aku tahu bahwa apa pun yang terjadi, aku harus tetap tenang.Kalau aku lepas kendali atas emosiku, aku bukan hanya akan mempermalukan diriku, tetapi juga akan merusak harga dirinya Chris.Saat Chris melihat Julian, dia mengangkat gelas di tangannya ke arah Julian dan tersenyum dengan ambigu.Kemudian, dia memanggilku dengan lembut. "Luna, sini."Ekspresi Julian yang tadinya masih biasa-biasa saja seketika menggelap. Dia pun menatapku dengan tatapan tidak percaya.Sedangkan aku juga kebetulan berjalan ke sisi Chris.Chris membiarkanku merangkul lengannya dan tersenyum sambil menatap Julian yang sedang terkejut.Chris berkata, "Luna, jangan khawatir."Aku menahan rasa takut dalam hatiku sambil menganggukkan kepalaku.Aku tentu saja merasa panik, tetapi dalam lubuk hatiku, aku memercayai Chris.Aku yakin dia tidak akan sengaja membiarkanku dip

  • Cinta Baru Setelah Lupa Ingatan   Bab 92

    Di dalam sebuah ruangan pribadi yang sangat luas dan elegan, aku melihat beberapa wajah yang kukenal.Aku pernah melihat orang-orang ini ... di televisi!Otakku seketika berhenti berfungsi lagi. Untung saja, aku masih mengingat instruksi Chris. Aku memaksakan seulas senyuman yang canggung dan merangkul lengan Chris erat-erat.Orang-orang yang hadir di tempat ini tersenyum sambil melihat ke arah kami.Seseorang berkata, "Eh, ini pertama kalinya aku melihat Chris bawa pendamping. Chris, sini, biar Paman Jacob lihat.""Paman Jacob" mengenakan pakaian tradisional yang terlihat sangat rapi dan jelas-jelas merupakan buatan tangan.Chris membawaku menghampiri Jacob dan menyapa orang itu dengan sopan. "Apa kabar, Paman Jacob. Ini Luna Winston, pacarku."Dalam sekejap, ruangan ini menjadi sunyi senyap.Bahkan pelayan yang menyajikan minuman pun menoleh dengan terkejut.Tubuhku menjadi sangat kaku, sehingga aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.Mengapa ... mengapa Chris mempublikasikan hal in

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status