Share

Bag 3

Author: _belummandi
last update Last Updated: 2021-02-04 09:36:40

Usia memuaskan diri dengan perempuan, Kendra kembali ke kantornya.

Ken harus menyelesaikan beberapa pekerjaan yang tertunda karena ulahnya sendiri.

Beberapa dokumen sudah melambai-lambai meminta diraih. Pekerjaannya memang sudah menumpuk di meja kerjanya.

Layar laptop sudah menyala dengan di sampingnya banyak dokumen yang harus dipelajari dan ditanda tangani.

Ken tersenyum-senyum sendiri sambil memikirkan gadis yang ia cium di rumah teman kencannya tadi. Rupanya Ken belum bisa melupakannya.

Ciuman itu terlalu membuatnya hanyut dan membuatnya merasakan detak jantung yang amat kencang.

Dokumen yang seharusnya ia pelajari hanya dibolak-balik, sementara pena yang dipegangnya hanya dipermainkan dengan tangan kanannya.

Ken benar-benar terbuai dengan bibir gadis tersebut. Membuatnya melamun senyum-senyum sendiri.

Sementara itu laki-laki tampan dengan kemeja lengkap dengan jas hitamnya masuk ke ruangan Ken.

Laki-laki tersebut hanya menggelengkan kepalanya melihat ulah dari Ken.

"Bruk....."

Dengan sengaja laki - laki tersebut mengebrak meja kerja Ken. Kendra Wilson Abraham CEO perusahaan Abm Group.

Ken hanya sedikit terkejut, pasalnya itu sudah biasa dilakukan oleh laki-laki tersebut.

Laki-laki tersebut adalah Zaenal atau Zae. Dia adalah sahabat baik Ken, sekaligus asisten pribadinya.

Ken dengan gayanya yang cool  pelan-pelan menoleh ke arah Zae. Ken memasang wajahnya yang dingin, "bisakah kau masuk keruangan bos dengan mengetuk pintu dulu?"

Zae hanya terkekeh melihat Ken yang sedang kesal. "Lantas apa yang menguncang pikiran bosku hingga tak mendengar ketukan pintu dariku??" Sindir Zae.

Zae duduk di hadapan Ken dan langsung memeriksa dokumen yang dibawa oleh Ken. Zae sudah berulang membolak-balikkan dokumen tersebut, namun tidak ada satupun yang diinginkan.

Zae berdecak kesal pada Ken, "CK... CK.... CK.... CK... CK..." Zae hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Ken. "Masalah apa yang bisa sampai mengguncang pikiran sahabatku ini," sindir Zae.

"Tidak," jawab Ken singkat.

"Lantas mengapa dari tadi pekerjaanmu belum selesai??" Tanya Zae lagi.

Ken hanya mengangkat bahunya. Hal itu membuat Zae juga kesal. Ulah Ken, Zae harus menunggu berjam-jam dokumen tersebut ditanda tangani dan sekarang malah justru belum di sentuh sama sekali.

"Bagaimana perusahaan akan maju jika pemimpin hanya bermalas-malasan," sindir Zae.

Mendengar ucapan itu Ken langsung menatap tajam ke arah Zae. "Bungkam mulutmu itu Zae, kau tidak mengerti apa yang sedang ku pikirkan sekarang."

Seakan tidak mau kalah, Zae juga membalas Ken. "Aku tidak akan membungkam mulutku Ken?? Belum puas hampir setengah hari meninggalkan kantor hanya untuk bersenang-senang."

Zae menghela nafasnya panjang - panjang. "Mengertilah Ken, kau harus tetap bersikap professional."

"Memangnya aku harus mengatakan yang sejujurnya, sementara Zae saja kesal denganku." Batin Ken bimbang.

"Ayolah, ceritakan padaku. Apa masalahmu??" Bujuk Zae. "Aku tidak ingin kau buat pusing terus-terusan karena hal ini."

Ken menghela nafasnya panjang-panjang. Mempersiapkan diri untuk bercerita, "aku...."

Zae makin gemas dengan Ken yang memotong ucapannya sendiri. "Ayolah Ken," bujuk Zae.

"Aku sedang jatuh cinta," ucap Ken lirih.

Ucapan itu sontak langsung membuat Zae kaget. "Cukup Ken aku tidak mau basa-basi," dengan tegas Zae menolaknya. "Aku tidak mau mendengar kata - kata itu, aku sudah cukup hafal denganmu. Berulang kali kau katakan jatuh cinta dengan wanita penghibur itu."

Ken menggeleng, "tidak Zae." Ken menatap Zae sambil tersenyum, "kali ini aku memang benar-benar jatuh cinta."

Ken menghela nafasnya panjang-panjang. "Aku tahu, kau sering katakan itu saat bercinta, tapi cukup perempuan kencan kau saja yang kau bohongi. Aku jangan!"

Ken memijat pelipisnya setelah mendengar ucapan Zae tersebut. "Harus ku bilang berapa kali kalau aku benar-benar jatuh cinta Zae."

Melihat wajah Ken yang berubah murung karena Zae selalu menyangkalnya. Zae tidak tega.

"Memangnya kau jatuh cinta dengan siapa ???"

"Dari mana asal usulnya?"

"Apa pendidikannya?"

"Sekaya apa dia?"

Ken malah justru kesal karena diborong pertanyaan sebanyak itu oleh Zae. "Bisakah kau bertanya soal itu satu persatu, bahkan aku saja bingung untuk menjawabnya."

Zae sebenarnya sudah malas basa-basi dengan Ken. Dia kembali meletakkan berkas yang harus ditanda tangani oleh Ken di depannya.

Ken menyingkirkannya agak menjauh. "Cukup, biar aku saja yang menceritakannya."

"Aku mencintai seorang pelayan," ujar Ken.

Mendengar kata pelayan sontak membuat Zae terkejut. Dia hanya bisa memijat pelipisnya akan ulah sahabatnya tadi. "Aku tidak tahu apa yang sebenarnya kau mau," Zae sambil menggelengkan kepalanya

Ken memegang kedua tangan Zae. "Percayalah Zae, aku benar-benar mencintai pelayan itu. Dia sungguh menguncang pikiranku. Setiap hari aku selalu dihantui dengan bayang-bayangnya. Oh Tuhan, sungguh aku sangat ingin mendapatkannya"

Zae hanya bisa menatap jijik dengan ulah Ken. Pasalnya baru kali ini kedua tangan Zae dipegang seperti itu oleh Ken.

"Lepaskan aku!" Zae menyingkirkan tangan Ken darinya.

Zae kemudian mengangguk. "Iya aku percaya." Berkas yang disingkirkan oleh Ken tadi di didekatkan lagi kepada Ken. "Sekarang lebih baik kau selesaikan ini," pena juga diletakkan diatas tumpukan map tersebut.

"Baiklah," ungkap Ken pasrah.

"Aku malah justru takut jika kau jatuh cinta padaku, pasalnya aku juga hanya seorang pesuruh." Batin Zae sambil menatap Ken jijik.

"Memangnya siapa namanya, kapan kalian bertemu?" Tanya Zae basa basi.

Ken masih fokus melanjutkan pekerjaannya. "Tadi siang di tempat teman kencanku."

"Huffftttt....."

Zae bernafas lega mendengar akan hal itu. "Lalu siapa namanya, bagaimana kau bisa duka dengannya?"

Ken kembali tidak fokus. Kedua tangannya menyangga dagunya. Dia tersenyum menatap kosong di depannya sambil memikirkan Lisa.

"Yang pasti aku belum tahu namanya, tapi sentuhannya dan bibirnya membuatku terbuai. Aku belum pernah merasakan getaran jantung sedasyat itu."

"Sepertinya aku ingin dia menjadi milikku seutuhnya Zae."

Zae sebenarnya tidak telalu memperhatikan apa yang dibicarakan oleh Ken. Fokusnya hanya kepada berkas yang dipegang oleh Ken. Dia ingin segera pulang karena itu adalah pekerjaan akhirnya.

"Dasar gila," batin Zae bergidik ngeri.

Zae menepuk-nepuk tumpukan map di depan Ken tersebut. "Sudahlah Ken, kerjakan kembali. Jangan buang-buang waktu, aku ingin segera pulang."

"Besok aku janji akan membantumu mencari gadis itu," hibur Zae.

Rupanya hal tersebut cukup membuat Ken senang. Ken menjadi bersemangat mengerjakan pekerjaannya kembali. Padahal Zae hanya bercanda dan tidak benar-benar ingin membantu Ken.

Bersambung.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 80

    Menginap semalaman dan menghabiskan malam-malam indah dengan bercinta ternyata tak membuat Zae puas. Rasa rindu itu masih menyelimuti dirinya, mengingat beberapa bulan Zae tak bertemu dengan kekasihnya.Siang ini Juwita dan Zae pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota. Dengan senang hati Zae menemani Juwita untuk pergi berbelanja, melewatkan pekerjaannya di perusahaan yang sebenarnya menumpuk.Mereka bergandengan layaknya pasangan kekasih. Hehe, tapi memang benar sih mereka adalah pasangan kekasih. Mengacuhkan setiap perkataan orang yang mencibir hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar, nitizen julid selalu akan menghujat kebaikan dan semakin menghujat keburukan.Juwita mengenakan pakaian casual, leging hitam, kaos berwarna nude pink dengan dipadukan rompi hitam dan rambut yang diikaf ke atas. Sementara Zae masih setia dengan pakaian formalnya, kemeja berwarna navy dan celana hitam. Mereka nampak serasi meskipun usia yang terpaut jauh, perempuan

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 79

    Elga terkekeh. "Ah kau ini. Nampaknya belum tahu ya jika pagi ini aku mendapatkan undangan spesial dari adik ipar." Lisa mempertajam tatapannya. Elga mengangguk antusias. "Ya, undangan sarapan pagi bersama kalian." Elga melirik Ken. "Artinya aku orang terpenting di mansion ini bukan?" Seringai itu terbit di bibir Elga.Lisa menatap tajam ke arah suaminya, melipat kedua tangannya di atas perut. Bibirnya semakin mengerucut, membuatnya menggemaskan.Tingkah Lisa membuat Ken tak berkedip sedikitpun. "Ah, menggemaskan." Pikir Ken. Bisa-bisa disaat seperti ini menganggap Lisa menggemaskan. Dasar kau, Ken.Merasa kesal diacuhkan, Lisa mencubit lengan Ken dengan keras. Hingga Ken terpekik kesakitan. "Aw," keluhnya. Ken mengusap bekas cubitan dari Lisa yang mungkin sudah memerah.Ken membawa Lisa ke dalam dekapannya. Membisikkan sesuatu yang membuat Lisa tersenyum.Adegan mesra itu terlalu membuat Elga memanas. Ia meleraikan pelukan sepasang suami istri tersebut

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 78

    Keesokan harinya. Nampak Ken sudah bangun pagi sekali dari tidur panjangnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menemui para koki.Masih mengenakan bathrobenya, dengan langkah yang angkuh namun berwibawa. Ken mendekati dapur, mengagetkan para koki dan maid yang sedang asyik dengan pekerjaan mereka.Mereka seketika langsung menunduk memberi rasa hormat, meski kaki mereka gemetar namun masih tetap beediri dengan tegak. Aura dingin mencengkram memenuhi dapur tersebut.Ini adalah kali petamanya Ken menginjakkan kakinya, apalagi wajahnya datar dan tatapannya masih saja tajam. Dan ini masih sangat pagi sekali, masih pukul setengah enam. Wajar saja semua pekerjannya bergetar ketakutan.Paman Li yang mengetahui situasi ini segera mendekati Ken, tak mau kondisi pagi ini menjadi semrawut. "Selamat pagi Tuan," sapa paman Li sambil tersenyum. "Maaf Tuan, kenapa merepotkan diri datang ke dapur. Tempat ini sangat kotor, kenapa tidak memanggil saya saja.""Ck!" Ken

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 77

    Harap bijak memilih bacaan, konten ini mengandung adegan dewasa. Bagi yang dewasa dan berpuasa, harap membaca setelah berbuka atau sebelum sahur. Terima kasih ;)"Antarkan mama pulang dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" Titah Ken pada Zae.Ken segera berlalu dari ruangan tersebut, lagi pula ia juga sudah mendengarkan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja. Ia segera menuruni anak tangga melihat situasi dan kondisi di bawah sana. Baginya membiarkan Juwita berkeliaran sebentar saja sudah membuatnya was-was. Apalagi tadi ia menghabiskan beberapa menitnya menyaksikan Lisa baik-baik saja.Suara riuh dan gerumulan para maid membuat jantungnya berdesir begitu kencang. Zae mengedarkan pandangannya mencari sosok Juwita. Ia mempercepet langkah kakinya setelah mendapati Juwita sedang marah-marah pada Elga. Bukan karena ia khawatir pada Elga, melainkan karena ia khawatir pada Juwita.Juwita berdiri berkacak pinggang di hadapan Elga yang tersungkur di lantai, entah apa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 76

    Juwita menghentikan langkahnya, mendengar sapaan tersebut. Ia menatap Elga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Berasa asing dengan maid yang satu itu. Sementara itu Elga besar kepala, ia menunduk tersipu. Menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Ia pikir Juwita terkesima karena kecantikannya.Juwita tesenyum masam. Sudah hafal dengan gelagat iblis betina itu sepertinya. "Apa kau baru disini?" Tanya Juwita dengan suara yang dingin.Elga masih belum menyerah menghadapi Juwita, orang yang ia klaim sebagai calon mertuannya tersebut. "Iya Nyonya," balasnya dengan suara anggun yang dibuat-buat.Juwita mengangkat dagu Elga agar menatapnya, ia tersenyum miring melihat Elga yang bersemu. "Memangnya kau pikir aku ku apakan," ucapnya mengejek.Rona wajah Elga memudar seketika. Raut wajahnya sudah masam, tapi dia tetap bersikap tenang agar tidak berbuat masalah pada Juwita yang telah ia klaim sebagai calon mertuanya tersebut.Kini Elga mengeluarkan jurus pa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 75

    Iblis betina. Julukan yang sangat pantas untuk Rosa. Wanita penggoda dan perebut lelaki orang, selain itu ia juga sangat kejam pada anak tirinya."Tapi kau tenang saja sayang, kau akan sangat aman jika bersama dengan Ken."Lisa terdiam sejenak, mengingat kejadian tempo dulu. "Ya mama bisa katakan itu. Coba saja kalau tahu pernikahan ini dulunya bermula karena apa. Apa mama masih ingin mengatakan jika aku akan aman di dalam mansion ini?" Pikir Lisa.Juwita menautkan kedua ujung alisnya, ia merasa heran dengan diamnya Lisa. "Kenapa kau diam saja sayang? Apa anak nakal itu berbuat kasar padamu? Katakan saja, jangan takut. Karena mama yang akan maju untuk memotong burungnya."Lisa terkekeh. "Ya benar ma, burungnya sangat nakal tidak mau berhenti bermain di sarang." Balas Lisa, namun dalam hati. Mana mungkin ia berani mengatakannya langsung. Sama saja urat malunya telah putus jika mengatakan hal tersebut secara langsung."Dia sama sekali tidak berbuat macam-

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 74

    Lisa mengerutkan dahinya samar, meski tidak tahu kenapa Juwita menanyakan itu berulang. Meski ragu, Lisa tetap menjawabnya."Alyssa Caroline," jawab Lisa masih tenang.Tatapan dan aura dingin yang mencengkramkan kini melemah. Juwita menatap Lisa sendu, berjalan mendekati Lisa. Juwita memeluk Lisa, diikuti dengan buliran air mata yang membasahi wajahnya."Nyonya," Lirih Lisa. Bukannya menjawab, Juwita semakin erat mendekap Lisa dan semakin terisak. Lisa bingung atas apa yang terjadi pada ibu mertuanya tersebut."Caroline," Juwita terisak dalam pelukan Lisa. Lisa masih melongo mendapat perlakuan tersebut, terlebih Juwita menangis sendu. Lisa mengusap punggung ibu mertuanya tersebut, setidaknya untuk menenangkan.Lisa dengan lembut menenangkan Juwita, sampai suara isa itu melirih. Juwita melepaskan pelukannya dan meraih wajah Lisa. "Benar kau memang anaknya Caroline," ucap Juwita.Lisa terdiam, menatap kedua bola mata Juwita penuh

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 73

    "Kau tidak perlu khawatir, mama tidak akan pernah marah." Mengusap rambut Lisa lembut untuk meyakinkan. "Aku akan menjelaskan semuanya pada mama. Tetaplah di sini sampai aku kembali. Jangan keluar dari kamar sebelum aku menyuruhmu." Titah Ken.Lisa mengangguk, Ken mengecup pucuk kepala Lisa dan berlalu dari ruangan tersebut. Ken mendapat kabar dari Zae bahwa Juwita sudah hampir tiba di mansion.Sementara itu, Lisa berjalan mondar mandir di kamar. Rasa takut, cemas, khawatir dan gugup bercampur menjadi satu. Ini adalah kali pertamanya Lisa akan menemui ibu mertuanya.Tidak tahu bagaimana cara menyapanya dan tidak tahu pula apa yang akan ia bicarakan pada Juwita. Ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah, takut bila Juwita tidak suka pada dirinya dan tak merestui pernikahan mereka. Sementara benih-benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Lisa.Lisa berjalan menuju walk in closet miliknya, mencari pakaian yang ia anggap pantas dan sopan untuk bertemu dengan Juwita.

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bab 72

    "Kenapa tidak memberitahuku dulu?" Tanya Ken dalam panggilan ponselnya kesal. Namun panggilan tersebut segera terputus.Ken kesal karena tidak penelpon mematikankannya sepihak. "Sial! Sial! Sial!" Tetap saja, Ken tetap mengumpat kesal.Brak!Pintu ruangan kerja pribadi Ken yang ada di mansion terbuka, siapa lagi kalau bukan Zae yang masuk tanpa permisi.Prangggg!Ken melempar gawainya mengenai diding di samping Zae berdiri. Jantunh Zae terpacu dengan cepat, seperti hendak lepas dari tempatnya. Karena jika saja dia tadi bergesar seinci saja pasti ponsel itu akan mengenai kepalanya.Ken memang sengaja melempar ponselnya tepat di samping Zae karena kesal. Lemparan yang mematikan tersebut membuat Zae bergidik ngeri, ditambah lagi dengan aura Ken yang mengerikan. Sikap dewasanya yang suka berkata bijak hilang seketika, berganti menjadi tunduk ketakutan. Paham betul jika Ken sedang marah."Kau kenapa Ken?" Tanya Zae basa-basi. Sebenarnya dia juga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status