Share

Bag 6

Pagi itu di meja makan rumah milik Ken. Para pelayan sudah menyiapkan sarapan untuk tuannya. Banyak sekali pilihan, ada sandwich, buah-buahan dan omelette.

Ken akan memilih sendiri makanan apa yang akan disantap untuk sarapannya pagi ini. Dan tugas pelayannya hanya menunggu perintahnya untuk menyiapkannya.

Dengan kemeja lengkap dengan jas dan dasi Ken keluar dari kamarnya yang super megah tersebut. Sang pelayannya juga berjalan di belakangnya membawakan tas milik tuannya.

Ketampanannya dan wibawanya sangat terlihat ketika Ken menuruni anak tangga. Para pelayan juga sudah menyambut di bawah, di ruang makan.

Mereka berdiri berjajar menyambut sang tuan. "Selamat pagi Tuan Ken," sapa mereka serentak.

"Pagi," jawab Ken dengan wajahnya yang dingin.

Tak ada senyuman yang hampir membuat para bawahannya tunduk ketakutan. Sementara itu Ken segera duduk di bangkunya.

Matanya melirik seisi meja makan. Banyak makanan yang tersedia namun pilihannya hanya ke sandwich dan segelas susu.

Pelan - pelan Ken menyantap sarapannya. Tak lama Zae juga turun dari kamarnya, berjalan menghampiri Ken. Namun matanya tak melirik Ken sedikitpun.

"Astaga, kenapa dia bangun sepagi ini." Batin Zae kesal mengetahui Ken sudah duduk di bangku meja makan.

Padahal Zae sudah bangun pagi-pagi sekali dengan maksud agar menghindari Ken. Jujur dan terus terang saja dia sangat malas jika harus membahas perihal perempuan yang sedang dikagumi oleh Ken.

Ken pun juga begitu, dia sengaja bangun pagi agar bisa segera memerintah Zae mencari keberadaan gadis tersebut.

Ken melirik ke arah Zae, namun Zae pura-pura tidak mengetahuinya. Kedua mata dan wajahnya menunduk. Dia berjalan dengan hati yang berdebar melewati meja makan tersebut untuk keluar.

Tapi Ken lebih pintar. "Mau kemana?" Ken sudah menarik kerah kemeja bagian belakang Zae.

"Kenapa masih bisa ketangkep," batin Zae.

Zae pelan-pelan menoleh ke arah Ken. Dia hanya meringis melihat wajah kesal Ken. "Selamat pagi tuan Kendra," tegur Zae basa-basi.

Ken memutar malas bola matanya. "Ayo duduk!" Otomatis Zae mengikuti langkah kaki Ken mendekati meja makan.

Ken menatap tajam ke arah Zae. Dia mengambil sandwich dan melemparkannya ke piring miliknya sendiri, namun matanya tetap ke arah Zae. Tangan kirinya menusuk sandwich dengan garpu, sementara tangan kanannya menusuk-nusuk kasar sandwich tersebut dengan ujung pisau.

"Gleg...."

Saliva Zae terteguk dalam-dalam melihat ulah Ken, yang artinya sekarang Ken sedang marah dengannya karena mengetahui Zae berusaha kabur.

"Tamatlah riwayatku kali ini," batin Zae cemas.

"Mau pergi kemana sepagi ini?" Tanya Ken.

"Gleg...."

Lagi-lagi Zae meneguk salivanya, mempersiapkan diri menjawab pertanyaan dari Ken tersebut. "A... Ak... Ak.... Aku mmmm..... Mau....." Jawab Zae terbata - bata dan langsung dihentikan oleh Ken.

Ken tersenyum ke arah Zae. "Apa benar kau sepagi ini sudah siap karena akan memulai pencarian ??" Tebak Ken.

"Astaga, sekata terlontar dari mulutku saja bisa membuatnya berpikir hal yang tidak-tidak." Keluh Zae dalam hatinya.

Zae makin memutar mata malasnya. "Hufftt," Zae makin menghela nafasnya panjang-panjang. "Memangnya tidak ada tugas lain yang lebih menyenangkan?"

"Braakkkkk......"

Ken tak segan - segan menggebrak meja makan dihadapan mereka. Semua pelayan yang ada di sekitar meja makan tertunduk takut akan hal tersebut.

"Glegggg....."

Zae meneguk salivanya. Kali ini dia tidak bisa berkutik apalagi membantah lagi. Semua kemauan dan permintaan dari Ken harus segera dilaksanakan.

Ken berdiri berkacak pinggang, "apa kau mau ku kirim ke bulan biar alam yang menyeleksi kamu di sana?" Ken dengan bahasanya yang mengancam.

Zae menggelengkan kepalanya, tertegun dan menunduk. "Apa kau mendengarkanku Zaenal Prayudha!?" Tanya Ken memperjelas.

Zae mengangguk, "iya." Zae masih menunduk, dia benar-benar takut dengan Ken.

Ken memang dianggap kejam, karena jika sudah marah apapun bisa ia lakukan. Dengan kekuasaan yang dimilikinya semua bisa terjadi.

Meskipun Ken tidak akan pernah mencelakakan Zae, tapi tetap saja Zae takut dengan Ken. Bagaimanapun Ken telah berbuat banyak kepada Zae, banyak rasa hutang budi yang dirasakan oleh Zae.

Ken tersenyum puas mendengar ucapan Zae. "Syukurlah kalau begitu." Ken mengambilkan beberapa sandwich ke piring Zae, "kau harus makan yang banyak. Aku yakin nanti tenagamu akan banyak terforsir untuk mencari wanitaku."

Meskipun banyak makanan di dalam piring. Zae seketika menjadi kenyang, perintah Ken cukup membuatnya mendadak menjadi kenyang.

Segelas susu juga diberikan kepada Zae, bahkan Ken menyuruh pelayan untuk membuatkan segelas susu lagi. Apa masih kurang?" Tanya Ken.

Zae hanya menggelengkan kepalanya. Buru-buru Zae menghabiskan sarapan yang telah diberikan oleh Ken.

Zae berdiri dari tempat duduknya. "aku sudah selesai," ucapnya.

"Bagus, ku harap kau akan segera membawa kabar baik untukku." Ujar Ken sambil tersenyum, sebagai pengantar Zae dalam memulai pencariannya.

* * *

Sementara itu Lisa hari ini tidak berjualan nasi uduk maupun ke rumah tuanya mencuci baju. Karena selain kesiangan dia harus pergi ke kampusnya.

Padahal tujuan Zae kali ini adalah ke rumah Risa, tempat dimana Ken bertemu dengan Lisa.

Ken memerintah Zae untuk mencari tahu tentang Lisa, bahkan kalau bisa Ken menyuruh Zae membawa Lisa ke hadapannya saat ini juga.

Zae sengaja tidak menyuruh pengawal atau anak buahnya untuk menjalankan perintah dari Ken. Rasa penasarannya yang menuntunnya turun tangan sendiri.

Mobil Zae terhenti di sebuah rumah yang tidak terlali besar tersebut. Pintu gerbang nampak tertutup rapat, tidak ada penjaganya sama sekali.

"Secantik apa gadis itu sampai Ken tergila-gila padanya," batin Zae.

Zae akhirnya keluar dari mobilnya. Mendekati rumah tersebut dan memandangnya dalam-dalam. Tak lama seorang pelayan paruh baya datang menghampirinya.

Pelayan paruh baya itu membawa sebuah tas belanja. Zae tetap berdiri di depan gerbang.

"Maaf tuan mencari siapa?" Tegur pelayan paruh baya tersebut.

Zae masih terpaku melihat perempuan paruh baya tersebut. Matanya memandang dari sudut kaki hingga kepala. "Maaf saya mencari salah satu pelayan di rumah ini," jawab Ken.

Pelayan tersebut belum membuka gerbangnya. Dia masih berdiri dibalik pintu gerbang, alisnya sebelah mulai naik karena pertanyaan dari Zae. "Maaf, saya satu-satunya pelayan di rumah ini."

Zae mengerutkan dahinya. Dia sungguh terkejut karena yang ia bayangkan tidak sesuai dengan kenyataan.

"Apa-apaan ini, bisa-bisanya Ken menyukai perempuan yang sudah bau tanah." Batin Ken.

Untuk memantapkan jawaban dari pelayan tersebut. Zae kembali bertanya pada pelayan itu, "apa kau yakin?"

Sang pelayan mengangguk, "ya tentu." Pelayan tersebut menjawab dengan mantap. "Aku sudah bekerja di sini selama sepuluh tahun."

"Dasar Ken, hanya merepotkan diriku saja." Keluh Ken dalam hatinya.

"Baiknya nyonya kalau begitu saya pamit, sepertinya saya salah orang." Pamit Zae dengan rasa kecewa.

"Baiklah."

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status