Share

Bag 7

Penulis: _belummandi
last update Terakhir Diperbarui: 2021-02-04 19:04:44

Zae melajukan mobilnya dari rumah tersebut sambil bergumam kesal karena harus menemui perempuan paruh baya. Zae pikir perempuan itu adalah yang dimaksud oleh Ken.

"Bodohnya aku harus mengikuti kata-kata orang yang sedang mabuk," gumam Zae.

Zae pikir Ken saat itu sedang mabuk, sehingga kehilangan akal. Perempuan paruh baya dianggapnya sebagai gadis cantik yang memiliki bibir dan mata cokelat yang indah.

Di sepanjang perjalannya menuju kantor Ken, Zae terus menggerutu kesal. Sampai dia tidak sadar hampir menabrak seorang gadis.

"aaaaaaaa…."

Teriak gadis yang hampir tertabrak oleh Zae dengan sekuat tenaga. Zae juga dengan cepatnya menghentikan mobilnya.

Gadis tersebut berdiri sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Sementara kakinya sudah berjarak beberapa cm saja dengan mobil Zae. Salah sedikit Zae tadi bisa membahayakan gadis itu.

Zae segera keluar dari mobilnya mendekati gadis tersebut. "Apa kau baik- baik saja Nona?" tegur Zae pada gadis tersebut.

"Hiks.. Hiks… Hiks…"

Gadis tersebut malah justru menangis karena terlalu shock nya. "Nona?" tegur Zae lagi.

Gadis tersebut pelan-pelan menurunkan tangannya. Dia menatap Zae dengan wajah yang sudah basah oleh air mata. Gadis tersebut menggelengkan kepalanya.

Zae mengajak gadis tersebut menepi di sebuah halte. Tak lupa Zae juga memberinya air putih agar gadis tersebut lebih tenang.

"Gleg.. Gleg… Gleg…"

Air putih tersebut meneguk hingga habis tak tersisa. Barulah Zae memberanikan diri untuk bertanya kembali kepada gadis tersebut. "Apa kau baik-baik saja Nona?"

Gadis tersebut mengangguk, wajahnya menunduk pucat. "Maafkan aku Nona, aku tidak sengaja hampir menabrak kau karena aku sedang kurang fokus berkendara." Ujar Zae.

Gadis tersebut memberanikan diri menatap Zae dan menggelengkan kepalanya. "Aku yang salah, seharusnya aku tidak berjalan sambil melamun."

"Sungguh, ciptaan Tuhan yang tidak boleh didustakan." Batin Zae.

Zae terkesima begitu pertama kali melihat wajah cantik gadis tersebut. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan gadis yang sungguh manis tersebut.

Tanpa menunggu lama-lama Zae langsung menyodorkan tangannya. "Aku Zaenal, panggil saja Zae." Zae memperkenalkan dirinya kepada gadis tersebut.

Gadis tersebut memberikan senyum tipisnya. Membalas jabat tangan dari Zae. "Alyssa, Lisa."

Ya gadis yang hampir saja tertabrak oleh Zae tadi adalah Lisa. Perempuan yang dicari-cari oleh Zae, akhirnya malah justru menghampiri dirinya sendiri. Namun, Zae belum tahu kalau Lisa adalah gadis yang dicari-cari oleh Ken.

Melihat Lisa adalah gadis yang cantik dan manis, Zae memperlihatkan keplayboyannya. Senyumnya licik memandangi Lisa. Meskipun Lisa jauh dari kata modis namun Zae tetap saja tertarik.

"Biar ku antar pulang," ajak Zae.

Lisa menggelengkan kepalanya dengan sopan. "Maaf Tuan, ku rasa tidak perlu." Lisa memberikan senyuman kepada Zae.

Zae sontak tersenyum mendengar kata tuan dari mulut Lisa. "Jangan panggil aku Tuan," ucap Zae. "Panggil saja namaku, aku bukanlah seorang Tuan. Aku hanya pemuda biasa yang bekerja di perusahaan sebagai pesuruh." Zae dengan terang merendahkan dirinya.

"Baiklah," Lisa membalasnya dengan senyuman hangat.

Lisa segera bangun dari duduknya. Membawa sebotol air mineral yang diberikan oleh Zae tadi. "Maafkan aku Zae, karena aku harus segera pulang." Pamit Lisa.

Zae hanya mengangguk tersenyum, mengantarkan kepergian Lisa dengan lambaian tangannya. Berkat senyum Lisa bisa menaikan mood Zae kembali.

Zae masih menatap kepergian Lisa. Pikirnya ada sesuatu yang mengganjal. Seperti kelupaan akan sesuatu, terus saja Zae memandang punggung Lisa. Hingga hilang dalam pandangannya.

"Astaga kenapa aku tidak meminta nomor ponselnya," gumam Zae yang baru saja teringat akan sesuatu yang mengganjal tersebut.

Zae mengelengkan kepalanya sambil tersenyum. "Maafkan aku sayang, bukan maksudku untuk mengkhianatimu tapi setidaknya aku berjaga-jaga kalau kita tidak bisa bersama. Aku sudah memiliki cadangan." Gumamnya. "Astaga apa yang sudah ku katakan," sambil menepuk jidat.

Rasanya jika harus mengejar kepergian Lisa, Zae sudah tidak memiliki waktu luang. Mengingat hari yang semakin siang, ia harus segera pergi ke kantor Ken. Banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Zae berjalan lunglai ke ruang kerjanya. Tanpa sepengetahuannya Ken sudah menunggunya sedari tadi di ruangan tersebut.

Ken dengan wajah penuh harapnya duduk di kursi ternyaman milik Zae. Tubuhnya membelakangi pintu masuk ruangan tersebut.

"Ceklek…"

Begitu pintu ruangan kerjanya dibuka, jantung Zae hampir copot melihat Ken yang sudah terduduk menunggunya. "Ken," tegur Zae lirih.

"Akankan ada masalah besar hari ini," batin Zae.

"Gleg…"

Saliva Zae terteguk dalam-dalam begitu Ken memutar tubuhnya. Senyum Ken tipis, tapi dibalik senyum tersebut menyimpan sejuta pertanyaan.

"Duduklah!" perintah Ken sambil tersenyum.

Langkah kaki Zae makin berat, meskipun begitu dia tetap mengikuti perintah dari Tuannya tersebut. "S.. Sudah lama kau menungguku?" tanya Zae sedikit gugup.

"Gleg…"

Saliva Zae kembali terteguk, membasahi kerongkongannya yang semakin mengering.

Ken langsung menunjukkan beberapa paper bag kepada Zae. Isi paper bag tersebut adalah beberapa makanan. Makanan yang sengaja di pesan Ken menyambut kedatangan Zae. "Ayo makanlah," Ken mengeluarkan beberapa makanan tersebut di atas meja.

"Aku tahu kau pasti sangat lelah dalam melakukan penyelidikan, makanya aku membelikan semua ini untukmu." Ujar Ken.

Hati Zae tenang, ternyata bukan kemarahan yang akan diberikan oleh Ken. Tapi sebuah rasa perhatian seorang sahabat, yang melihat sahabatnya sedang lelah bekerja.

Tanpa berpikir panjang Zae langsung menyantap beberapa jenis makanan fast food yang diberikan oleh Ken. Di tengah keasyikan Zae, Ken terus mengamati tingkah Zae.

"Rupanya kau hari ini membawa kabar baik hingga makanmu serakus ini," sindir Ken.

"Uhukk.. Uhuk… Uhukk…"

Ucapan Ken tersebut membuat Zae tersedak akan makanannya sendiri. Dengan penuh perhatian Ken memberikan segelas air putih untuk Zae. "Dasar kau ini seperti anak kecil," ujar Ken.

Dengan susah payah Zae menelan sisa makanan dengan minuman yang diberikan oleh Ken. Tangannya gemetar meletakkan gelas tersebut kembali ke meja.

"A… A… Akk… Aku, sss… Se…" ucap Zae gugup.

Ken menyangga dagunya dengan tangan kanannya, menatap Zae sambil tersenyum. "Ayolah Zae, aku sungguh tidak sabar akan mendengar kabar baik ini." Ucap Ken penuh harap.

Zae menggeleng. Ken langsung paham akan maksud dari Zae tersebut. Dia tidak mampu mencari gadis yang sedang dicari oleh Ken.

"Brakk…."

Murka Ken kembali memuncak. Meja di depan mereka dengan sengaja dipukul dengan sekencang mungkin. Zae hanya bisa tertunduk pasrah akan kemarahan dari Ken.

"Percuma kau sekolah tinggi-tinggi kalau mencari seorang gadis biasa saja tidak bisa!" bentak Ken.

Wajah Zae memelas dan pelan-pelan menatap Ken. "Percayalah aku tadi sudah mencarinya sesuai dengan alamat yang kau beri. Tapi pelayan yang bekerja di sana hanya seorang wanita paruh baya saja."

Ken menatap Zae dengan tatapan tajam. "Ku rasa kau hanya berkhayal karena sedang mabuk Ken." Dengan beraninya Zae mengatakan seperti itu kepada Ken.

Ken mengenggam kemeja Zae, hingga Zae bangun dari duduknya. "Apa kau bilang?" tanya Zae kesal.

"Aku berani bersumpah Ken," Zae mengangkat tangannya. "Di sana tidak ada pelayan lain selain perempuan paruh baya tersebut."

Ken terduduk karena tidak percaya dengan ucapan Zae. Ia mencerna betul dan mengingat-ingat kejadian waktu itu.

"Aneh," batin Ken.

"Ku rasa kau sedang mabuk dan bisa jadi kau berkhayal kau perempuan yang kau cium itu adalah seorang gadis cantik. Padahal dia adalah perempuan paruh baya." Zae membangunkan lamuanan Ken.

Bersambung...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 80

    Menginap semalaman dan menghabiskan malam-malam indah dengan bercinta ternyata tak membuat Zae puas. Rasa rindu itu masih menyelimuti dirinya, mengingat beberapa bulan Zae tak bertemu dengan kekasihnya.Siang ini Juwita dan Zae pergi ke sebuah pusat perbelanjaan di ibu kota. Dengan senang hati Zae menemani Juwita untuk pergi berbelanja, melewatkan pekerjaannya di perusahaan yang sebenarnya menumpuk.Mereka bergandengan layaknya pasangan kekasih. Hehe, tapi memang benar sih mereka adalah pasangan kekasih. Mengacuhkan setiap perkataan orang yang mencibir hubungan mereka. Itu adalah sesuatu yang wajar, nitizen julid selalu akan menghujat kebaikan dan semakin menghujat keburukan.Juwita mengenakan pakaian casual, leging hitam, kaos berwarna nude pink dengan dipadukan rompi hitam dan rambut yang diikaf ke atas. Sementara Zae masih setia dengan pakaian formalnya, kemeja berwarna navy dan celana hitam. Mereka nampak serasi meskipun usia yang terpaut jauh, perempuan

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 79

    Elga terkekeh. "Ah kau ini. Nampaknya belum tahu ya jika pagi ini aku mendapatkan undangan spesial dari adik ipar." Lisa mempertajam tatapannya. Elga mengangguk antusias. "Ya, undangan sarapan pagi bersama kalian." Elga melirik Ken. "Artinya aku orang terpenting di mansion ini bukan?" Seringai itu terbit di bibir Elga.Lisa menatap tajam ke arah suaminya, melipat kedua tangannya di atas perut. Bibirnya semakin mengerucut, membuatnya menggemaskan.Tingkah Lisa membuat Ken tak berkedip sedikitpun. "Ah, menggemaskan." Pikir Ken. Bisa-bisa disaat seperti ini menganggap Lisa menggemaskan. Dasar kau, Ken.Merasa kesal diacuhkan, Lisa mencubit lengan Ken dengan keras. Hingga Ken terpekik kesakitan. "Aw," keluhnya. Ken mengusap bekas cubitan dari Lisa yang mungkin sudah memerah.Ken membawa Lisa ke dalam dekapannya. Membisikkan sesuatu yang membuat Lisa tersenyum.Adegan mesra itu terlalu membuat Elga memanas. Ia meleraikan pelukan sepasang suami istri tersebut

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 78

    Keesokan harinya. Nampak Ken sudah bangun pagi sekali dari tidur panjangnya. Ia segera turun ke lantai dasar untuk menemui para koki.Masih mengenakan bathrobenya, dengan langkah yang angkuh namun berwibawa. Ken mendekati dapur, mengagetkan para koki dan maid yang sedang asyik dengan pekerjaan mereka.Mereka seketika langsung menunduk memberi rasa hormat, meski kaki mereka gemetar namun masih tetap beediri dengan tegak. Aura dingin mencengkram memenuhi dapur tersebut.Ini adalah kali petamanya Ken menginjakkan kakinya, apalagi wajahnya datar dan tatapannya masih saja tajam. Dan ini masih sangat pagi sekali, masih pukul setengah enam. Wajar saja semua pekerjannya bergetar ketakutan.Paman Li yang mengetahui situasi ini segera mendekati Ken, tak mau kondisi pagi ini menjadi semrawut. "Selamat pagi Tuan," sapa paman Li sambil tersenyum. "Maaf Tuan, kenapa merepotkan diri datang ke dapur. Tempat ini sangat kotor, kenapa tidak memanggil saya saja.""Ck!" Ken

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 77

    Harap bijak memilih bacaan, konten ini mengandung adegan dewasa. Bagi yang dewasa dan berpuasa, harap membaca setelah berbuka atau sebelum sahur. Terima kasih ;)"Antarkan mama pulang dan tanyakan apa yang sebenarnya terjadi!" Titah Ken pada Zae.Ken segera berlalu dari ruangan tersebut, lagi pula ia juga sudah mendengarkan sendiri bahwa Lisa baik-baik saja. Ia segera menuruni anak tangga melihat situasi dan kondisi di bawah sana. Baginya membiarkan Juwita berkeliaran sebentar saja sudah membuatnya was-was. Apalagi tadi ia menghabiskan beberapa menitnya menyaksikan Lisa baik-baik saja.Suara riuh dan gerumulan para maid membuat jantungnya berdesir begitu kencang. Zae mengedarkan pandangannya mencari sosok Juwita. Ia mempercepet langkah kakinya setelah mendapati Juwita sedang marah-marah pada Elga. Bukan karena ia khawatir pada Elga, melainkan karena ia khawatir pada Juwita.Juwita berdiri berkacak pinggang di hadapan Elga yang tersungkur di lantai, entah apa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 76

    Juwita menghentikan langkahnya, mendengar sapaan tersebut. Ia menatap Elga dari ujung kaki hingga ujung rambut. Berasa asing dengan maid yang satu itu. Sementara itu Elga besar kepala, ia menunduk tersipu. Menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga. Ia pikir Juwita terkesima karena kecantikannya.Juwita tesenyum masam. Sudah hafal dengan gelagat iblis betina itu sepertinya. "Apa kau baru disini?" Tanya Juwita dengan suara yang dingin.Elga masih belum menyerah menghadapi Juwita, orang yang ia klaim sebagai calon mertuannya tersebut. "Iya Nyonya," balasnya dengan suara anggun yang dibuat-buat.Juwita mengangkat dagu Elga agar menatapnya, ia tersenyum miring melihat Elga yang bersemu. "Memangnya kau pikir aku ku apakan," ucapnya mengejek.Rona wajah Elga memudar seketika. Raut wajahnya sudah masam, tapi dia tetap bersikap tenang agar tidak berbuat masalah pada Juwita yang telah ia klaim sebagai calon mertuanya tersebut.Kini Elga mengeluarkan jurus pa

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 75

    Iblis betina. Julukan yang sangat pantas untuk Rosa. Wanita penggoda dan perebut lelaki orang, selain itu ia juga sangat kejam pada anak tirinya."Tapi kau tenang saja sayang, kau akan sangat aman jika bersama dengan Ken."Lisa terdiam sejenak, mengingat kejadian tempo dulu. "Ya mama bisa katakan itu. Coba saja kalau tahu pernikahan ini dulunya bermula karena apa. Apa mama masih ingin mengatakan jika aku akan aman di dalam mansion ini?" Pikir Lisa.Juwita menautkan kedua ujung alisnya, ia merasa heran dengan diamnya Lisa. "Kenapa kau diam saja sayang? Apa anak nakal itu berbuat kasar padamu? Katakan saja, jangan takut. Karena mama yang akan maju untuk memotong burungnya."Lisa terkekeh. "Ya benar ma, burungnya sangat nakal tidak mau berhenti bermain di sarang." Balas Lisa, namun dalam hati. Mana mungkin ia berani mengatakannya langsung. Sama saja urat malunya telah putus jika mengatakan hal tersebut secara langsung."Dia sama sekali tidak berbuat macam-

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 74

    Lisa mengerutkan dahinya samar, meski tidak tahu kenapa Juwita menanyakan itu berulang. Meski ragu, Lisa tetap menjawabnya."Alyssa Caroline," jawab Lisa masih tenang.Tatapan dan aura dingin yang mencengkramkan kini melemah. Juwita menatap Lisa sendu, berjalan mendekati Lisa. Juwita memeluk Lisa, diikuti dengan buliran air mata yang membasahi wajahnya."Nyonya," Lirih Lisa. Bukannya menjawab, Juwita semakin erat mendekap Lisa dan semakin terisak. Lisa bingung atas apa yang terjadi pada ibu mertuanya tersebut."Caroline," Juwita terisak dalam pelukan Lisa. Lisa masih melongo mendapat perlakuan tersebut, terlebih Juwita menangis sendu. Lisa mengusap punggung ibu mertuanya tersebut, setidaknya untuk menenangkan.Lisa dengan lembut menenangkan Juwita, sampai suara isa itu melirih. Juwita melepaskan pelukannya dan meraih wajah Lisa. "Benar kau memang anaknya Caroline," ucap Juwita.Lisa terdiam, menatap kedua bola mata Juwita penuh

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bag 73

    "Kau tidak perlu khawatir, mama tidak akan pernah marah." Mengusap rambut Lisa lembut untuk meyakinkan. "Aku akan menjelaskan semuanya pada mama. Tetaplah di sini sampai aku kembali. Jangan keluar dari kamar sebelum aku menyuruhmu." Titah Ken.Lisa mengangguk, Ken mengecup pucuk kepala Lisa dan berlalu dari ruangan tersebut. Ken mendapat kabar dari Zae bahwa Juwita sudah hampir tiba di mansion.Sementara itu, Lisa berjalan mondar mandir di kamar. Rasa takut, cemas, khawatir dan gugup bercampur menjadi satu. Ini adalah kali pertamanya Lisa akan menemui ibu mertuanya.Tidak tahu bagaimana cara menyapanya dan tidak tahu pula apa yang akan ia bicarakan pada Juwita. Ketakutan terbesar dalam hidupnya adalah, takut bila Juwita tidak suka pada dirinya dan tak merestui pernikahan mereka. Sementara benih-benih cinta sudah mulai tumbuh di hati Lisa.Lisa berjalan menuju walk in closet miliknya, mencari pakaian yang ia anggap pantas dan sopan untuk bertemu dengan Juwita.

  • Cinta Berawal dari Terpaksa   Bab 72

    "Kenapa tidak memberitahuku dulu?" Tanya Ken dalam panggilan ponselnya kesal. Namun panggilan tersebut segera terputus.Ken kesal karena tidak penelpon mematikankannya sepihak. "Sial! Sial! Sial!" Tetap saja, Ken tetap mengumpat kesal.Brak!Pintu ruangan kerja pribadi Ken yang ada di mansion terbuka, siapa lagi kalau bukan Zae yang masuk tanpa permisi.Prangggg!Ken melempar gawainya mengenai diding di samping Zae berdiri. Jantunh Zae terpacu dengan cepat, seperti hendak lepas dari tempatnya. Karena jika saja dia tadi bergesar seinci saja pasti ponsel itu akan mengenai kepalanya.Ken memang sengaja melempar ponselnya tepat di samping Zae karena kesal. Lemparan yang mematikan tersebut membuat Zae bergidik ngeri, ditambah lagi dengan aura Ken yang mengerikan. Sikap dewasanya yang suka berkata bijak hilang seketika, berganti menjadi tunduk ketakutan. Paham betul jika Ken sedang marah."Kau kenapa Ken?" Tanya Zae basa-basi. Sebenarnya dia juga

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status