Share

Bab 3: Harta Karun Bikin Serakah

“Besok kita mulai bergerak…tetap waspada dan hati-hati…terlebih pakaian kita masih pakaian prajurit pasukan Belanda!” Peter tertawa sambil menatap baju-baju mereka, diikuti Tungga, Bino dan Jabir.

Baju Peter yang semula berlumuran darah prajurit Belanda sudah dia cuci dan kering di badan. Mereka akhirnya melanjutkan pencarian, kali ini mereka tak pernah berpapasan dengan siapapun.

Untungnya ke empatnya membawa parang dan senjata yang mereka panggul di bahu masing-masing, yang mereka ambil di benteng tersebut.

Setelah hampir 15 harian berjalan kaki dan beberapa kali harus nyasar, akhirnya mereka sampai di sebuah gua yang sesuai dengan petunjuk peta itu.

Mereka pun tak membuang waktu dan memasuki gua yang dingin dan gelap itu, Tungga, Bino dan Jabir membersihkan semak belukar yang lebat, sedangkan Peter melihat-lihat lagi peta itu.

“Petunjuk di sini, nanti ada aliran air, lalu ikuti aliran itu nah sesampainya di ujung ada tanda, kita gali tanda itu…agaknya di sana di pendam harta-harta ini!” kata Peter, sambil terus mengamati tempat-tempat yang sedang di bersikan ke tiga orang itu.

Mereka pun terus ikuti aliran air dalam gua yang licin dan berlumut itu, agaknya tempat ini sudah puluhan tahun  tak pernah di injak manusia.

Akhirnya mereka sampai juga di tanda itu, ke empatnya langsung menggali dengan alat seadanya, untung tanah itu agak lembab.

Setelah menggali hampir satu meter bahkan sudah bercampur air lumpur, parang Peter menyentuh sesuatu seperti besi.

“Lihat ada kotak, kita angkat pelan-pelan!” kata Peter dengan hati berdebar sekaligus harap-harap cemas saking senangnya.

Bino dan Jabir yang memiliki tenaga lebih besar kemudian mengangkat peti itu pelan-pelan ke atas, disaksikan dengan tegang Tungga dan Peter.

Kotak itu terasa ringan saja begitu sampai di atas, peti seukuruan kotak kardus indomie itu di kunci dengan kunci besi yang agak berkarat, setelah dipukul dengan batu, kunci itu patah dan kini dengan berdebar, semuanya menanti apa isi peti ini, Peter lah yang membuka pelan-pelan.

Terbelalak mata mereka melihat ada 6 intan berwarna biru seukuran telor bebek dan ada sebuah kitab di sampingnya.

Tungga, Bino dan Jabir tentu saja lebih tertarik dengan intan itu daripada kitab, karena mereka tak paham isinya.

Kini mereka berempat duduk dan bingung bagaimana membagi intan yang 6 biji itu, yang nilainya pasti sangat luar biasa ini.

Peter sendiri malah sibuk membuka-buka kitab itu, dia tersenyum dalam hati, isi kitab itu ternyata petunjuk ilmu pengobatan dan juga ada sebuah rahasia yang dia masih bingung memecahkannya.

Tanpa Peter sadari, Tungga saling pandang dengan Bino dan Jabir, kini mereka malah berbisik-bisik. Saat Peter terlelap kelelahan setelah membaca kitab tua itu, dia tak sadar Tungga, Bino dan Jabir sudah berniat jahat dengannya.

Satu pukulan di tengkuk Peter oleh Tungga, membuat bule Belanda ini terkulai dengan kitab terlepas dari tangannya.

Ia tak pernah menduga, anak sambungnya itu tega berkhianat padanya, Peter pingsan dan tak tahu lagi apa yang terjadi. 

Intan atau harta karun itu telah membuat ketiga orang ini serakah, terutama Tungga, sementara Bino dan Jabir sebetulnya awalnya menolak kelakuan Tungga ini.

Namun Tungga bilang, yang pertama mengetahui adanya peta harta karun ini adalah dia.

“Biar saja si bule ini kita singkirkan, lagian siapa yang bisa jamin dia suatu saat kembali berkhianat dengan perjuangan bangsa ini, tuh negaranya saja dia khianati!” bisik Tungga sebelumnya, sehingga Bino dan Jabir terdiam dan akhirnya menyetujui niat keji Tungga ini.

Saat melihat Peter pingsan, Tungga ingin menebas leher Peter, namun Bino dan Jabir melarangnya, keduanya masih tak tega membunuh Peter yang sudah bekerja sama dengan mereka selama 2,5 bulan lebih ini.

Tungga akhirnya mengalah, karena kedua sahabatnya ini tetap bersekeras melarang niatnya menghabisi Pet Jan Terling.

“Ya sudah, dia akan mati sendiri di sini, ayoo kita pergi dari sini, intan ini kita bagi rata, masing-masing dapat dua. Tapi karena aku yang paling awal tahu soal peta, maka dua biji intan yang gede milik aku, kalian yang agak kecil!” Tungga memang licik, untung Bino dan Jabir tak protes.

Mereka pun pergi dari sana dan meninggalkan Peter yang masih pingsan. Tengah malam barulah Peter sadar, kepalanya langsung pusing dan dia akhirnya merangkak bangun sambil terus mengutuk kelakuan Tungga, Jabir dan Bino.

Paginya, barulah pusing di kepala Peter hilang, bule yang kini benar-benar memihak negeri yang mereka jajah lalu mandi untuk menyegarkan tubuhnya di aliran sungai keci itu.

Dia makan dedaunan hijau, anehnya ada daun yang malah bisa membuatnya seger. Tanpa pikir panjang Peter makan sekenyang-kenyangnya, tenaganya makin pulih dan tanpa dia sadari perutnya yang tadi lapar kini hilang, kepalanya pun sudah tak pusing lagi, agaknya daun ajaib itu termasuk obat herbal yang mampu menyembuhkan sakit di badan.

Peter melihat sekeliling dan menenangkan pikirannya, dia lalu duduk kembali sambil membaca kitab itu kembali.

Tentu saja dia khawatir kalau tiga orang yang tega berkhianat tadi kembali balik ke sini. Peter juga melihat masih ada satu parang atau golok yang tertinggal, sedangkan senjata semuanya di bawa Tungga cs.

Terdapat juga peti yang sebelumnya berisi 6 biji intan, rupanya Tungga cs tak mau membawa peti itu, yang pastinya bakal mengundang perhatian kelak.

Hampir dia terlonjak kegirangan, di kitab itu tertulis ada petunjuk surat-surat berharga bernilai jutaan gulden Belanda, di situ juga tercantum di mana surat-surat itu di simpan.

Ihwal terbitnya surat berharga itu, terkait dengan harta sebuah kerajaan yang entah bagaimana bisa jatuh ke tangan seorang anggota pasukan Belanda, yang lalu merubah jadi obligasi berharga sesuai harga emas berjalan dan dia sembunyikan puluhan tahun dan akhirnya kini ditemukan Peter.

Andai saja Tungga, Bino dan Jabir mau bersabar dan tidak berkhianat, tentu ke tiga orang itu akan dapat bagian.

Karena Pet Jan Terling ini bukan tipikal manusia yang serakah, walaupun dia mudah saja kalau ingin mengadali Tungga cs, seandainya ketiganya tak melakukan perbuatan tercela itu.

Sebelum tewas oleh pasukan pejuang, si tentara ini sempat membuat peta nya, yang secara aneh dan misterius malah jatuh ke tangan mendiang Mayor Van Cook.

Tanpa buang waktu Peter mempelajari kondisi gua ini sesuai petunjuk kitab itu, dan dia bersorak seorang diri sampai tertawa-tawa, karena letak peti berisi surat berharga itu adanya persis di mana dia duduk dan di pukul hingga pingsan oleh Tungga.

Tak begitu sukar Peter menggali tanah itu dengan golok tadi dan akhirnya dia kembali menemukan peti yang ukurannya lebih kecil dari peti berisi 6 intan dan kitab tadi.

Beda dengan peti pertama tadi, peti ini kuncinya masih baik dan utuh, Peter pun sampai terdiam memikirkan bagaimana cara membuka peti kecil ini tanpa merusak peti tersebut.

Peter terus membolak-balik peti ini, saat itulah pandangannya tertumbuk ke peti pertama yang di tinggalkan Tungga, Bino dan Jabir.

Peter lalu meletakan peti kecil hitam ini, dia mengambil peti yang tergeletak itu dan membolak-balik melihat apakah ada sesuatu yang bisa jadi petunjuk.

Peter sampai mengguncang-guncang peti itu, dan hampir saja dia terlonjak lagi kegirangan, karena Sesuatu seperti kunci jatuh dari dalam peti itu, rupanya di sisi peti itu ada lubang tipis dan benda kayak kunci ini di taruh di sana.

Peter pun mengambil kunci ini, namun karena hari mulai gelap, dia pun mengurungkan niatnya langsung membuka peti hitam itu, Peter berpikir mending bersabar, selain sangat gelap, juga kini di luar gua hujan turun dengan sangat lebat, bunyi bergemuruh, seakan air runtuh dari langit.

Peter yang masih euphoria terlelap dengan nyenyak, di samping sangat lelah, dia juga merasa tenaganya mulai lemah lagi, karena lama tak makan nasi, kecuali dedaunan.

Paginya, saat gua mulai ada cahaya masuk, Peter pun meletakan peti ini di tempat agak terang dan begitu peti itu terbuka ada gulungan surat-surat di dalamnya.

Saat dia memeriksa dan membaca surat-surat obligasi ini, Peter melongo melihat nilainya yang luar biasa….!

*****

BERSAMBUNG 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status