Share

Aku ditinggal sendiri

Kebahagiaan bersama Alex membuatku melupakan kekesalan terhadap pekerjaanku, sesaat aku melupakan kekesalanku terhadap Pak Bram yang selalu membuatku dalam kesusahan.

"Ri, mau mau ngomong sesuatu deh sama kamu!" ujar Alex dengan wajah merah. Aku juga sudah tidak sabar mendengar ucapan yang akan dilontarkan oleh Alex. Aku yakin dia pasti ingin memintaku menjadi pacarnya.

"Iya Lex, ngomong aja kali," ujarku sedikit bergurau, tetapi hatiku berdebar tidak karuan.

"Ri, sebenarnya aku - aku cinta sama kamu!" ungkap Alex kepadaku sambil menunduk malu dan wajahnya juga terlihat menjadi sangat gugup.

"A- apa? Sejak kapan?" tanyaku, berpura-pura sedikit terkejut, padahal aku sudah tau.

"Apanya yang sejak kapan?" tanyanya bingung, Alex mulai linglung, mungkin karena takut tidak direspon atau malah ditolak.

"Ya, ya itu kamu mencintai aku, sejak kapan?" tanyaku sedikit getir.

"Sudah lama Ri, sejak SMA!" ujarnya, namun wajahnya tetap tertunduk ke bawah menatap lantai. Mungkin dia mulai tidak waras sehingga menganggap di lantai terlukis wajah cantikku.

"Hemmm, gimana ya?" ujarku jual mahal, ya kali aku cepat sekali mengatakan iya. Harus sedikit jual mahal juga dong.

"Jadi, gimana Ri?" tanyanya lagi, mulai memberanikan diri menatap ke arahku.

"Ak- aku, jadi Lex-" 

"Sudahlah Ri, gak usah dipaksakan, nanti kalau kamu sudah mendapatkan jawaban dari permintaanku, kamu boleh kok menjawabnya," ujarnya memotong permbicaraanku. Padahal aku sudah mau menjawab, tetapi Alex malah menghentikanku. Dia orangnya memang cukup pemalu, mungkin takut ditolak.

Sedangkan Bram sedang duduk di teras rumah mewah miliknya, melihat indah ribuan bintang di langit, merasakan sejuknya angin malam yang menghembus wajah tampan nya. Iya mulai memikirkan Riri, merasa nyaman jika di dekat Riri.

"Ih, ngapain sih saya memikirkan perempuan ngeselin itu!" ujarnya menepuk wajahnya sendiri agar tidak terlarut dalam bayangan indahnya.

Bram, Sang CEO juga mulai tersenyum sendiri setelah memikirkan Riri.

"Tapi, kalau di fikir-fikir, Riri cantik juga ya, hehe!" ucapnya dalam hati. 

"Eh, anak mama senyum-senyum sendiri!" ujar mama  Bram melihat anaknya tersenyum sendiri.

"Eh, Mama, gapapa Ma. Orang Bram gak ada senyum kok!" ujar Bram menyembunyikan reaksinya.

"Alah, tadi Mama lihat kamu ketawa sendiri kok, coba Mama tebak, pasti kamu lagi jatuh cinta sama seorang perempuan ya?" teka mamanya, memegang sedikit tumit hidung anaknya itu.

"Ha, gaklah Ma, aku ma- masuk dulu Ma, ada kerjaan yang harus Bram selesaiin!" ujar Bram langsung masuk terburu-buru.

"Hahah, Bram ... Bram ... kamu kira mama gak pernah muda?" ujar mamanya tertawa menggelengkan kepalanya.

Aku masih melihat dan kesal akan perkataan Alex, ya Allah padahal udah mau aku iyain tadinya, tapu dihambat sama orang yang nanya sendiri.

"Ri, minum Ri, atau kamu gak suka minumannya biar aku ganti?" tanya Alex gugup hampir tak mampu melihat Riri lagi.

"Gak kok Lex, aku suka!" ujarku mulai jutek. Alex juga sudah terlihat tidak enak dengan itu. Tapi tiba-tiba seorang pria datang menghampiri kami.

"Halo Lex!" ujarnya dengan lemah gemulai.

"Eh, Tika? Darimana Tik?" tanya Alex dengan cepat merespon wanita seksi itu.

"Aku memang suka nongkrong disini sama teman-teman aku Lex, atau kamu mau gabung?" ucapnya menawarkan kepada Alex.

"Aa- gak usah-" 

"Ayo Lex disana!" balasnya sambil menarik tangan Alex.

"Tapi Tik!" 

"Ayolah Lex kita juga jarang banget ketemu kan? Kamu gak kangen sama aku?" tanyanya langsung membawa Alex ke tempat duduknya bersama teman-temannya.

Astaga, aku ditinggal begitu saja tanpa ucapan apapun dari Alex, aku seperti seorang yang mengambang, tak ada ucapan dan sekejap aku jadi seorang diri.

"Ih apaan sih, aku ditinggalkan sendirian?" ujarku kesal sendiri.

Aku sangat kecewa dan memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Aku pulang menggunakan sebuah Taxi yang aku pesan online. 

Akhirnya Alex datang dan memcariku, tapi aku sudah pulang 15 menit yang lalu. Aku bahkan tidak berpamitan kepadanya.

"Ya ampun, mati dah aku, Riri sudah pulang, pasti dia kesal banget deh!" ujar Alex langsung mencoba mengejar Taxi yang aku kendarai. Tapi dia sudah tidak melihatku, aku sempat melihatnya mengendarai sepeda motornya mencari ku, tetapi aku diam saja di taxi. Kebetulan pada saat itu tidak hanya taxiku yang ada di sana, tetapi banyak sekali taxi.

"Aku sudah bela-belain capek, pulang dari surabaya langsung jalan demi bisa bareng sama dia, eh aku malah ditinggalin!" ujarku kesal hingga aku tak menyadari supir Taxi itu aneh melihatku. Dia merasa akus udah gila karena berbicara sendiri.

"Apa Pak? Liatin dari tadi?" pekikku.

"Gapapa Neng, aneh saja saya tuh liatin Neng, marah-marah gak jelas!" ujarnya melihatku dari kaca.

"Ih, kenapa sih aku jadi gini?" ujarku dalam hati.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status