Beranda / Romansa / Cinta Cita / Cinta Cita ~ 2

Share

Cinta Cita ~ 2

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-27 22:42:54

“Ayolah, Kas!” Sudah setengah jam Arya membujuk Kasih, agar mau membawanya menjenguk Harry di rumah sakit, tetapi wanita itu masih bergeming. Berulang kali Kasih menolak, karena keluarganya memang sudah tidak ingin lagi bertemu Arya.

Sejak kejadian dua tahun yang lalu, Harry telah memutuskan semua hubungan dengan Arya. Namun, Harry tetap berhubungan dengan keluarga Arkatama yang lain untuk menghormati Lee, serta Gemi.

“Arya, jangan maksa.” Kasih berdecak. Memberi pria itu rungutan sebal.

“Kas, ini mungkin satu-satunya kesempatanku bicara sama papa.”

Kasih kembali berdecak dan menghempas dokumen di tangannya di meja kerja. Kalau tahu begini, ia tidak akan menerima kedatangan Arya di ruangannya. “Ar, kamu itu sudah dilarang manggil papa, sama papaku. Jadi, nggak usah sok-sokan mau akrab.”

Mengingat perbuatan Arya pada Cita, darah Kasih bisa tiba-tiba mendidih dibuatnya. Namun, ketika Kasih mengingat usaha Arya untuk bertemu Cita selama ini, ia bisa terharu seketika. Memang serba salah, tetapi Kasih tetap teguh pada pendiriannya karena Cita dan keluarga sang papa, tidak mau bertemu lagi dengan pria itu.

“Aku nggak akan bela diri, Kas.” Arya hanya ingin bicara baik-baik dengan Cita dan meminta maaf atas semua kesalahan yang diperbuatnya. “Aku juga sudah nggak minta kalian percaya sama aku. Tapi, tolong kasih aku kesempatan, Kas! Aku mau ketemua papa sama mami dan minta maaf. Aku mau—”

“Ar!” Kasih semakin sebal dibuatnya, karena Arya sama sekali tidak mau mengerti dengan situasi yang dihadapi saat ini. “Papaku sakit, tapi kamu mau bawa-bawa masalah dua tahun lalu? Kamu masih waras?”

Arya menggeleng cepat. Ia segera berdiri, begitu melihat Kasih beranjak dari meja kerjanya. Sambil mengikut Kasih dan menyamakan langkah wanita yang keluar dari ruang kerjanya itu, Arya berujar, “kalau begitu, aku cuma mau jenguk. Aku janji nggak bakal bahas masa lalu. Aku … aku mau buka lembaran baru, Kas! Aku nggak bisa terus-terusan hidup kayak gini!”

“Salahmu, sendiri.” Kasih mengeluarkan ponsel dari saku blazernya dan segera menelepon seseorang. Sambil menunggu panggilannya tersambung, Kasih masih terus mengomeli Arya.

“Tolonglah, Kas—”

“Halo, Ndut.” Kasih kembali memberi decakan kesal pada Arya, yang ikut masuk ke dalam lift. “Aku otewe ke rumah sakit. Kirimin makanan, ya! Tiga. Buat papaku bubur aja. Makasih, Ndut Sayang. Bye!”

Setelah mendengar jawaban di ujung telepon, Kasih mengakhiri panggilannya dan kembali harus menghadapi Arya.

“Arya Sayang, papaku sama tante Sandra, belum tentu mau nerima kamu.” Kasih menyimpan kembali ponselnya di saku blazer. Namun, begitu teringat sesuatu, ia kembali mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang.

“Waktunya juga nggak tepat!” lanjut Kasih sambil menunggu panggilannya tersambung. “Coba tunggu sampai papaku sembuh, baru kamu datang temui beliau.”

“Justru—”

“Abaaang!” Kasih menyela Arya karena panggilannya sudah terhubung dengan seseorang di ujung sana. “Aku otewe rumah sakit. Ketemu di sana, ya! Bye!”

Arya melirik dan menggeleng melihat kebiasaan Kasih yang satu itu. Wanita itu selalu saja menelpon dengan singkat dan mengakhirinya dengan sepihak. “Kas, please, Kas. Bantuin aku sekali ini aja.”

Kasih menghela panjang, sekaligus tidak tega. “Kamu, tuh, ya! Harusnya manggil aku … kakak, mbak, atau ibu sekalian! Dahlah, ikut aku ke rumah sakit, tapi jangan salahin aku kalau kamu diusir! Lagi, dan lagi!”

~~~~~~~~~~~~~~~

“Usir aja, Kak.” Cita berujar datar. Membalik kursi rodanya lalu merapat ke jendela. Hati Cita benar-benar beku. Ia tahu pasti, Arya terkadang masih bolak balik ke Singapura hanya untuk menemuinya.

Namun, Cita sungguh sudah patah arang. Luka yang dialaminya sudah menumpuk dan tidak ada lagi kata maaf yang tersisa. Bahkan, Arya sudah di blacklist dari gedung apartemen yang ditinggalinya di Singapura, sehingga pria itu tidak lagi bisa masuk dengan bebas seperti dahulu kala.

“Bilang ke Arya, kalau dia sudah nggak diterima lagi di keluarga Lukito,” tambah Cita sambil mengepalkan kedua tangan dengan erat.

“Pa?” Kasih menatap Harry dalam kebimbangan. Sejak awal, Kasih memang sudah memberi peringatan pada Arya, tetapi pria itu tetap gigih dengan pendiriannya.

“Biar Tante yang temui dia, Kas.” Sandra mengusap lengan Harry dan mengangguk. Bergegas pergi ke luar ruang rawat inap, untuk bertemu mantan menantu keduanya.

Setelah sekian lama tidak bertatap muka, akhirnya di sinilah Sandra. Kembali bertemu dengan Arya, yang tampak terlihat dewasa dari terakhir mereka bertemu.  

“Mami.” Arya segera berdiri dari duduknya, tetapi tidak melangkah ke mana pun. “Boleh saya jenguk—”

“Tolong jangan panggil saya dengan sebutan mami lagi, Ar.” Sandra menghampiri Arya, lalu duduk di bangku tunggu dengan helaan. “Saya nggak benci sama kamu, tapi, tolong mengerti dengan situasinya. Ada luka yang masih harus terus diobati, terutama Cita.”

Arya jadi serba salah. Kemudian, ia kembali duduk dan menatap Sandra dengan penuh rasa sesal. Arya tidak akan lagi membela diri, karena semua pasti sia-sia belaka.

“Apa boleh, saya jenguk om Harry, Tante?” Tujuan Arya hanya satu, yakni bertemu Cita. Untuk itulah, bagaimanapun juga Arya harus bisa mendekati Harry. Ia tidak akan berharap banyak untuk pertemuan kali ini. Paling tidak, Arya ingin menunjukkan rasa empatinya dengan menjenguk pria yang pernah membantunya dalam berkarir.

“Maaf, tapi lebih baik nggak usah,” tolak Sandra tanpa menoleh, tetapi tidak menunjukkan amarah apa pun. “Dan sekali lagi saya minta tolong, jangan pernah datang lagi. Jauhi keluarga kami dan anggap kita nggak pernah saling mengenal.”

“Tante, saya—”

“Luka Cita sudah terlalu banyak, Ar.” Sandra menoleh dan menggeleng pelan. “Jadi tolong mengerti dan pergilah, karena kamu sudah nggak diterima dalam keluarga ini lagi. Saya, permisi.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Siti Juli
wah wah Arya kudu tertatih dulu ini baru bisa dapetin cita lagi
goodnovel comment avatar
App Putri Chinar
beneran Arya selingkuh ya dulu???
goodnovel comment avatar
Reni
Dulu Arya tau kan ya gmn duka Cita, tp dgn teganya malah nambah luka baru lg. Rasain gk semudah itu Arya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 95 (FIN)

    Cita memicing saat menatap batita yang sibuk memindahkan mainan dari kamarnya ke kamar Harry. Bocah berusia dua tahun itu mondar mandir dan membiarkan beberapa mainan kecilnya berjatuhan, tanpa memungutnya kembali.Gusti melakukan itu semua untuk menyelundupkan mainannya di koper Harry atau Sandra, karena Cita hanya mengizinkan putranya membawa dua buah mainan saja ke Jakarta.“Gus—”“Sudah, biarin,” sela Arya setelah memastikan kelengkapan berkas yang akan dibawanya ke Jakarta. “Biarkan dia sibuk dengan mainannya. Daripada nanti di Jakarta dia rewel, karena mainannya ditinggal seperti waktu itu. Lagian kita lumayan lama di Jakarta sama Surabaya, jadi sudahlah.”Napas Cita terbuang pelan sembari mengusap perut buncitnya. Saat ini, ia tengah mengandung anak kedua dengan kondisi kehamilan yang benar-benar sehat. Tidak ada keluhan apa pun, seperti ketika mengandung Gusti dahulu kala. Untuk itulah, Arya tidak ragu mengajak Cita terbang ke Jakarta, sekaligus berkunjung ke Surabaya dalam wak

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 94

    “Itu tadi ... Mas Nando kapan datangnya?”“Ha?” Setengah mengantuk, Arya membuka mata. Ia melihat Cita meletakkan Gusti di boks bayi yang berada tepat di samping tempat tidur. Satu sisinya terbuka, sehingga memudahkan Cita untuk meng-ASI-hi jika bayi tampan itu terbangun sewaktu-waktu. “Akhirnya dia tidur juga.”“Hem, digendong Mami baru dia tidur.” Tanpa mematikan lampu kamar, Cita merebahkan tubuh yang penat karena hampir seharian menemui tamu tanpa henti. Ia memang sempat beristirahat, tetapi tetap saja terasa sungkan berlama-lama jika ada keluarga jauh yang datang berkunjung. “Anaknya Kak Kasih malah tidur sama papa. Padahal jarang ketemu, tapi mau-mau aja.”“Enak banget mereka.” Arya merapatkan diri, lalu memeluk erat tubuh sang istri. “Ke sini malah bulan madu.”Cita menepuk lengan Arya karena pertanyaannya belum juga terjawab. “Itu tadi, Mas Nando kapan datangnya? Terus, siapa yang ngasih tahu dia kalau kita lagi ada acara keluarga?”Arya menarik napas panjang. “Mantan penggemar

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 93

    “Senang tinggal di sini?” tanya Kasih sambil terus menyantap es krimnya sedikit demi sedikit. Setelah membeli es krim di sebuah kafe yang berada tepat di samping gedung apartemen, mereka duduk santai lebih dulu menikmati waktu senggang dengan damai.“Senang.” Cita mengangguk sambil menoleh pada Kasih yang duduk di sampingnya.“Bahagia?”“Bahagia,” jawab Cita tanpa ragu, karena memang seperti itulah kenyataannya. Ia bahagia bisa bersama suami dan kedua orang tuanya, lalu ditambah dengan bayi mungil yang semakin melengkapi kehidupan Cita saat ini.“Syukurlah.” Kasih menghela panjang. Kendati ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya karena kepindahan Harry, tetapi Kasih sudah mengikhlaskan itu semua demi kebahagiaan keluarga mereka.Lagipula, Kasih juga menyadari bagaimana kerasnya kehidupan yang dilalui Cita sejak kecil. Karena itulah, Kasih tidak mencegah kepergian Harry ke Singapura agar bisa bersama Cita. Biarlah Harry menebus semua hal yang tidak pernah dilakukannya di sisa usianya, a

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 92

    “Siapa lagi yang mau ditelpon?”Cita menggeleng pelan melihat sikap Arya yang berubah 180 derajat. Hampir semalaman tidak tidur, ditambah dengan ketegangan yang mereka hadapi di siang harinya di ruang bersalin, ternyata tidak membuat tenaga Arya terkuras. Suaminya itu benar-benar tampak bersemangat menghubungi semua keluarganya, untuk mengabarkan perihal kelahiran putra pertamanya.Dari sini pula, Cita semakin menyadari bahwa sifat dasar Arya yang periang, agak konyol, dan terlalu baik memang tidak bisa diubah. Setiap kali Arya menelepon keluarganya, mereka selalu menghabiskan waktu yang cukup lama untuk berbicara dengan banyak gurauan yang seakan tidak pernah ada habisnya.“Sudah semua sepertinya.” Arya terkekeh kemudian beranjak menghampiri bayi mungilnya yang tengah tertidur lelap di boks bayi.Setelah melihat perjuangan Cita yang luar biasa di ruang persalinan, membuatnya merasa belum siap menambah anak dalam waktu dekat. Mereka memang pernah berencana untuk memiliki tiga atau emp

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 91

    Pelan dan pasti, Cita mulai menaruh rasa percayanya pada Arya. Setiap perhatian dan kesungguhan sikap yang ditunjukkan pria itu, benar-benar membuat Cita semakin nyaman dan menumbuhkan rasa cinta yang semakin besar. Arya tidak pernah menutupi apa pun darinya dan mereka selalu membicarakan semua hal agar tidak terjadi kesalahpahaman.“Hamil di negeri orang itu, susahnya kalau lagi ngidam gini.” Cita kembali mengeluh, karena tidak bisa memakan makanan yang diinginkannya. Sebenarnya, Sandra juga bisa membuatkan makanan yang diinginkan Cita, tetapi tetap saja ada sesuatu yang terasa kurang. Di lain sisi, Cita juga tidak enak jika meminta sang mami terus-terusan membuatkan makanan yang diinginkannya.“Kamu sendiri yang minta pindah ke Singapur, loh, ya,” balas Arya yang malam ini memenuhi keinginan sang istri untuk pergi ke salah satu sentra kuliner yang ada di tengah kota. “Kamu nyalahin aku, Mas?” Cita mulai merengut. Menunduk menyantap nasi hainannya. “Nggak.” Arya buru-buru berujar a

  • Cinta Cita   Cinta Cita ~ 90

    “Awan nelpon,” ujar Harry terburu setelah keluar kamar. “Kasih kontraksi.”Sandra berhenti mengupas jeruk dan meletakkannya di meja. “Maju berarti,” ucapnya sembari berdiri lalu mengusap pundak Cita yang duduk di sebelahnya. Mereka memang sudah berencana kembali ke Jakarta minggu depan, tetapi sepertinya harus dimajukan karena perkiraan hari lahir Kasih ternyata di luar prediksi. “Kita balik hari ini?”“Kalau dapat tiket, iya.” Harry mengangguk dan menoleh pada Arya yang baru menutup pintu kamar. Menantunya itu sudah terlihat rapi dan akan bersiap pergi karena ada meeting direksi di pagi hari. “Ar, bisa tolong lihatkan tiket ke Jakarta hari ini? Kasih kontraksi dari subuh tadi.”“Sudah kontraksi?” Arya mengangguk-angguk dan segera mengeluarkan ponsel untuk mencari tiket. Tanpa beranjak ke mana-mana, Arya segera membuka aplikasi pemesanan tiket dan mencari jadwal penerbangan yang ada. “Mau sore atau malam, Pa?”“Sore ada?”“Ada, emm ...” Arya melihat ketersediaan kursi di pesawat. “Bus

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status