"Aku ingin mengajakmu berlibur ke kampung halamanku? Kalau kamu mau kalau tidak ya sudah! Aku mau ajak Siska?" ucap Soleh berlalu.
"Aku mau! Ngapain juga ngajak Siska sih? Aku sudah pengen lihat kampung kamu seperti apa?" Amy begitu riangnya.
"Aku kira kamu nggak mau ke kampung, tetapi ya begitu tidurnya nggak pakai AC, terus mandinya di sungai pakai pancuran orang tuaku orang udik entar kamu malu?" balas Soleh.
"Gapapa! Aku pengen lihat suasana kampungmu, kapan kita berangkat?" Amy memeluk mesra lengan Soleh.
"Ini anak terkadang nyebelin, terkadang buat senang kadang buat sakit hati! Ampun, Ya Allah bisa-bisanya aku jatuh cinta sama nih Lampir?" batin Soleh ngenes meratapi nasibnya.
&nb
Jangan lupa beri gem ya makasih
Soleh mengejar Amy dan menarik pinggangnya di bawah curah hujan yang deras. "Aw! Geli, Leh! Hahaha" teriak Amy. Soleh menggelitiki pinggang Amy dan keduanya tertawa dengan bahagianya. Keduanya saling pandang, "Amy, maukah kau menikah denganku?" tanya Soleh. Amy terdiam ia tidak tahu harus menjawab apa, ia sangat mencintai Yudi. Ia memandang Soleh dengan tatapan kebingungan yang luar biasa. Ia tidak tahu harus bagaimana, hatinya masih terpaut kepada Yudi. Walaupun, ia tahu jika Yudi tidak akan pernah menjadi miliknya. Apalagi, ia sangat mencintai Tania. Amy merasa bersedih, "Apakah mungkin aku bisa membalas rasa cinta soleh? Aku t
Bab 38. Kamuflase Amy dan Soleh kembali ke Kota R. Kembali ke rutinitas mereka seperti biasanya, Amy terkejut mendapati surat panggilan pemeriksaan dari kantor kepolisian. Papanya Basri sudah menunjuk Tania sebagai pengacaranya. Amy memandang lembar kertas hukum tersebut. Ia tidak mengerti akan kesalahan yang telah ia lakukan. Namun, ia sudah memeriksa segalanya dia tidak menemukan secuil kesalahannya. Ia tidak mengerti dimana letak kesalahan yang telah diperbuat. Akhirnya ia pun pergi ke kantor pengacara milik keluarga Tania, "Hadeh, mengapa harus Tania sih, Pa?" batin Amy. Bukan ia tidak percaya hanya saja ia merasa sedikit senewen dengan
"Apa kalian tidak puas juga telah melukai kami? Aku tidak menuntut kalian saja sudah syukur? Aku bisa saja menutup Diskotik Harsa!" ancam Amy.Apa yang dikatakan Amy benar adanya, ia memiliki banyak koneksi orang baik dan berpangkat juga dunia hitam.Akan tetapi, Amy selalu mengedepankan hati nuraninya. Walaupun semua orang mengenalnya dia adalah sosok wanita yang sangat kejam.Orang hanya mengenalnya sebagai Si Anak Manja yang Arogan. Namun, jauh di relung hatinya. Ia adalah wanita yang sangat baik dan berbudi luhur.Walaupun ia telah banyak melakukan kesalahan ia berusaha untuk menjadi lebih baik lagi.Apalagi, sejak ia dekat dengan Soleh. Jiw
Tania pulang bersama dengan Yudi, sedangkan Soleh pulang bersama dengan Amy. Basri pulang dengan supirnya.Namun, saat mereka ingin masuk ke dalam mobil masing-masing. Soleh dan Yudi saling pandang,"Bagaimana jika kita makan, dulu?" tanya Soleh."Ya, udah. Ayo!" balas Yudi.Yudi setuju saja dengan semua hal. Ia merasa Amy dan Soleh adalah teman dekatnya. Ia tidak ingin Amy berpikir yang tidak-tidak kepadanya.Mereka mengendarai mobil masing-masing ke sebuah kafe. Sesampainya di sana, keempatnya memesan makanan yang mereka inginkan."Sebenarnya ada apa, sih? Sepertinya masalah yang kalian hadapi sa
Warga berhamburan menolong Amy memasukkannya ke dalam mobil ambulan. Air mata meleleh di kedua belah pipinya, kesedihan menggerogoti jiwanya. Ia merasa hampa, "Tania sungguh beruntung mendapatkan seorang yang benar-benar mencintainya dengan sepenuh rasa," batinnya. Rasa sakit dan nyeri di lukanya tidak ia rasakan. Hatinya lebih sakit, "Soleh .... " Amy mengingat wajah Soleh sebelum ia jatuh pingsan. Ambulan membawa Tania dan Amy ke RS. Yudi menggenggam erat tangan, Tania. Ia memandang Amy, rasa kasihan dan iba di hatinya. "Soleh!" batinnya. Yudi mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan pesan kepada Soleh. Berharap Soleh menemani kekasih
Sore hari para orang tua telah pulang, tinggallah Soleh dan Yudi yang menemani dan mengurus kekasih hati mereka. Keheningan tercipta di antara mereka. Masing-masing mencoba untuk mencari kesibukan, memainkan ponsel dan menghubungi bawahan. Keduanya hanya diam tanpa bicara. Yudi dan Soleh menyadari jika mereka sama-sama jengah dengan semua itu. Mereka mencoba untuk membuang ego dan bersikap dewasa. Mereka merasa bukan anak-anak lagi, "Malu sama umur!" batin keduanya. "Yud—" "Leh—" keduanya berbicara bersamaan. "Leh, gue Minta maaf. Atas omongan gue tadi! Seharusnya gue nggak ngomong gitu ke, Elo!" ujar
Soleh menggendong Amy kembali ke tempat tidur. Tania membuka matanya, "Di mana ini?" tanya Tania berpura-pura baru bangun tidur."Ah, Tania! Kamu sudah sadar? Syukurlah," balas Amy.Ia benar-benar merasa bersalah, "maaf, karena masalahku. Kamu terseret di dalam semua ini," lirih Amy penuh penyesalan,"aku akan minta Papa untuk mencari pengacara lain, saja!" lanjutnya.Ia mencoba memandang wajah Tania. Ia tidak ingin karenanya Tania terluka, ia juga tidak ingin jika karenanya Yudi dan Soleh harus bertengkar.Tania terkesiap ia tidak menyangka jika Amy akan mengambil keputusan sebelah pihak. Tania pun ingin sekali mencari sebuah kebenaran akan sem
"Apakah kamu menemukan mereka?" tanya Soleh. "Tidak. Semua keluarga bilang, 'Mereka tidak ada pulang dan mereka pun tidak kemari. Lalu, apa yang harus kita lakukan?" tanya Yudi. Ia menatap Soleh, ia ingin berembuk dengannya. Yudi merasa bukan hanya Tania saja yang sedang di dalam masalah tapi Amy juga. "Jika kita lapor pun belum ada 24 jam. Kita tidak bisa melaporkan orang hilang. Keduanya sedang sakit. Ya Allah, bagaimana ini?" ucap Soleh, "jika mereka tidak sakit! Aku yakin kedua wanita itu pasti bisa melawan 10 pria," balas Soleh. Yudi pun semakin bingung dengan apa yang sudah menimpa mereka. Ia tidak menyangka begitu rumitnya kehidupan perjalanan rumah tangganya bersama dengan Tania.