Share

Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir
Cinta Dan Kutukan Tanda Lahir
Penulis: El GeiysyaTin

Bab 1. Sebuah Kebetulan

Gadis berambut sebahu itu tercengang, melihat kecelakaan mobil yang terjadi di depannya. Mobil itu tiba-tiba saja oleng dan menabrak rambu-rambu lalulintas di sebelah kirinya. Suara decitan dan benturan keras terdengar memekakkan telinga.

Ia, dengan setengah berlari mendekati mobil itu dan melihat ke dalamnya.

"Bertahanlah, Tuan!" Katanya, sambil berusaha membuka pintu mobil dengan susah payah. Pintu mobil terkunci, sedang orang yang ada di dalamnya membutuhkan pertolongan.

Mobil itu ringsek dan laki-laki yang mengemudikannya terjebak di dalam. Asap mengepul dari bagian mesin.

Gadis itu khawatir mobil akan meledak, hingga ia berusaha menyelamatkan pengemudinya.

"Kumohon, bertahanlah!" Katanya lagi, sambil terus berusaha membuka pintu mobil.

Ia berfikir tidak mungkin pintu mobil terbuka dengan cara seperti itu, hingga ia melihat kakinya. Ia pun memecahkan kaca jendela mobil menggunakan hak sepatunya, dengan sekuat tenaga, hingga hancur berkeping-keping.

Wuriya Lawu, demikian nama gadis itu dan ia biasa dipanggil Wuri. Seorang wanita yang biasa melakukan tugas penyelamatan. Ia bekerja sebagai tenaga sukarelawan dan menjadi tenaga pengajar ekstrakulikuler sekolah. Ia mengajar dibidang Penyelamatan dan kesehatan, wakil dari organisasi pemerintah, Palang Merah Bulan Emas.

Akhirnya Wuri berhasil mengeluarkan pria itu dari dalam mobil yang ringsek. Beberapa orang yang melihat kejadian, ikut membantu mengangkat dan menidurkannya di atas trotoar jalan.

Wuri segera melakukan pemeriksaan dasar dan mendapati keadaan pria itu, membutuhkan pertolongan, denyut nadinya sangat lemah, bahkan hampir hilang. ia harus segera membuat orang itu sadar dari pinsan, dan jantungnya kembali berdetak.

Selama tiga menit Wuri melakukan pertolongan pertama pada laki-laki itu, dengan menekan dadanya berulang kali dan memberinya nafas buatan.

Sambil terus berkata, "bertahanlah, Tuan. Bertahanlah!"

Wajahnya cemas, keringat menetes di dahinya, dan rambut serta pakaiannya acak-acakan karena gerakan menekan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Setelah beberapa lama.

"Uuh ...." Terdengar suara lirih dari mulut pria.

Secara perlahan ia membuka matanya dan yang pertama kali ia lihat adalah, gelang manik-manik merah pada tangan yang tengah menekan dadanya. Itu gelang yang sama, yang pernah ia lihat dipakai oleh kakek dan seorang laki-laki, dalam foto di rumahnya. Itu gelang yang sama.

Ia mendengar suara orang wanita yang berteriak girang. Suara yang akan ia ingat karena ia tidak bisa melihat wajahnya.

"Kau sudah sadar! Kau sudah sadar, Tuan. Syukurlah!"

Wuri menghentikan aktivitasnya melakukan penyelamatan dan duduk lemas di trotoar karena kelelahan.

Menekan dada harus dengan tehnik yang tepat dan tenaga yang kuat agar jantung kembali bisa memompa darah dan berfungsi normal kembali. Wajar bila Wuri terlihat sangat lelah.

"Wah, laki-laki itu beruntung, dia diselamatkan wanita itu."

"Kalau bukan karena wanita itu, dia pasti sudah mati."

"Gadis itu berhasil membawa nyawanya kembali!"

"Syukurlah, dia masih punya kesempatan untuk hidup kembali."

Suara-suara orang ramai membicarakan kejadian yang mereka lihat.

Semua yang mereka bicarakan tertangkap oleh pendengaran pria, yang kini kembali menutup matanya. Ia tidak pinsan, ia sadar dan mendengarkan dengan baik. Hanya saja ia tidak kuat membuka kelopak matanya atau berbicara. Kekuatannya seolah hilang entah kemana. Ia sangat lemah, syok berat, darah mengalir di beberapa tempat di mana ia terluka. Di tangan, kaki, kepala, dan bibirnya.

Bersamaan dengan itu, ambulans pun datang. Dua pria Petugas ambulans membawa pria naas itu, sementara Wuri hanya melihatnya dengan tatapan penuh syukur.

"Kau yang menyelamatkannya?" Kata petugas itu dengan ramah, Wuri mengangguk.

"Tuhan memberkatimu dan orang ini. Lihat orang itu ...."

Petugas itu menunjuk sebuah arah di seberang jalan, di mana terlihat seorang pengendara motor yang hampir bertabrakan dengan mobil Jeep, terkapar dan di bawa oleh ambulans yang lain.

Wuri melihatnya dengan jelas, saat semua peristiwa yang terjadi dan ia tengah berdiri di sisi trotoar, menunggu bis yang akan membawanya pulang.

Mobil Jeep yang semula menghindar agar tidak menabrak motor, justru menabrak rambu-rambu lalulintas dan pengendara itu sekarat. Pengendara motor yang menghindari mobil, justru menabrak tembok sebuah toko, hingga ia tewas seketika.

"Kalau kamu yang berada di sana, mungkin orang itu yang akan kamu selamatkan nyawanya."

Wuri tersenyum mendengar ucapan petugas itu, ia berkata, "bukan karena aku, mereka yang saling bertukar nyawa." Wuri hanya merendah.

Petugas itu mengulurkan tangannya dan berkata, "kenalkan, namaku Evan, kamu?"

Wuriya menyambut uluran tangan Evan dengan hangat, seraya menyahut, "panggil aku Wuri."

"Ayo, apa kau mau ikut? Kami bisa mengantarmu, setelah dari rumah sakit."

Seorang petugas yang menjadi sopir, sudah berada di mobil dan bersiap untuk mengemudi. Sedangkan Evan duduk di belakang, ia bertugas menjaga sekaligus menangani keadaan pasien bila sewaktu-waktu mengalami perubahan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status