Wanita yang tengah memegang testpack itu dilanda kepanikan. Ia menggigit kukunya hingga tanpa sadar sudah merusaknya. Kepalanya terlalu pusing memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya.
Sudah bisa dipastikan jika anak dalam rahimnya itu adalah buah hati dari Sagar. Bella tidak pernah tidur dengan pria lain selain suaminya, itu pun secara tak sengaja. Rasanya sangat kecil kemungkinan terjadi pembuahan pada hubungan badan yang baru sekali mereka lakukan.
Namun, dua testpack yang Bella gunakan tetap menunjukkan hasil yang sama. Keduanya seolah menampar Bella agar tetap sadar dari kenyataan yang ada di hadapannya.
Tidak, Bella bukannya tidak menginginkan anak dalam kandungannya. Ia terkejut, tetapi ia juga senang. Bagaimanapun juga, janin itu adalah darah dagingnya sendiri. Namun, apakah pria yang akan menjadi ayah itu akan senang dengan berita ini?
Bella yakin seratus persen jika Sagar pasti akan murka jika mengetahuinya. Pria itu tidak mencintainya. Pria itu membencinya. dan pria itu pasti membenci buah hati dalam kandungan Bella—karena wanita yang ia benci adalah yang mengandungnya, mungkin akan berbeda ceritanya jika itu bukan Bella.
Itulah yang Bella pikirkan.
Bella memeluk dirinya sendiri, memeluk apa yang ada dalam perutnya. Meski baru mengetahui keberadaannya, meski belum mengenalnya, entah mengapa muncul rasa cinta yang entah datang dari mana.
“Aku tidak ingin menggugurkan bayi ini,” gumam Bella dengan badan gemetar.
Meski Sagar menginginkan Bella untuk menggugurkannya pun, Bella akan dengan tegas menolaknya. Cinta Bella pada kandungannya terlalu besar. Ia tidak ingin dipisahkan dengan anaknya. Mungkin Bella masih bisa menyembunyikan kandungannya selama beberapa minggu ke depan. Namun, pasti akan kacau jika perutnya semakin membesar dan tidak bisa disembunyikan lagi. Bella tidak mau hubungannya dengan Sagar akan semakin runyam.
Bella mengacak-acak rambutnya frustasi. Rasanya seperti sedang mengandung buah haram. Padahal ini adalah hasil yang ia peroleh bersama dengan suami sahnya.
“Apa … apa aku pergi dari sini saja, ya?”
Terbesit pikiran itu dalam benak Bella. Ia membayangkan dirinya tinggal sendirian, membesarkan anak seorang diri, dan berakhir bahagia bisa hidup berdua dengan manusia kecil yang ia cintai. Lagi pula, gaji bulanannya sebagai seorang ahli gizi tidak terlalu kecil, setidaknya cukup untuk bertahan hidup.
Akan tetapi, membayangkan bagaimana kecewanya raut muka Kakek Zoku membuat Bella terdiam cukup lama. Sudah banyak kebaikan yang pria baya itu berikan kepadanya, bahkan mungkin, bagi Kakek Zoku, kebahagiaan Bella sama dengan kebahagiaan dirinya.
Kekosongan melanda mata wanita itu. Baginya, rencana itu seperti sudah jalan buntu dan rencana terakhir.
***
“Akhir-akhir ini Tuan Sagar semakin dekat dengan Nona Laura, ya?” bisik seorang karyawati yang sedang bergerombol bersama dengan dua orang rekan kerjanya yang lain.
Mata mereka bertiga tampak serius mengikuti kemanapun Sagar dan Laura melangkah. Kedua pasangan itu akan berhenti dan bercakap-cakap, entah berbincang berdua maupun dengan karyawan yang lain untuk berdiskusi. Beberapa kali mereka bertiga mendengar dan melihat Sagar dan Laura makan siang bersama.
“Jangan-jangan mereka memang ada hubungan spesial seperti yang digosipkan itu,” timpal karyawati yang lain.
“Hei, mana mungkin! Mereka hanya bersama karena proyek ini saja! Karena semakin banyak permintaan yang menunjukkan betapa suksesnya produk ini, mereka jadi sering melakukan kerja bersama,” sanggah yang lain.
“Duh, kamu jangan cemburu begitu, deh! Aku tahu kamu suka dengan Tuan Sagar, tapi please, berhenti mengharapkan Tuan Sagar! Dia itu kaya dan tampan, mana mungkin mau dengan orang seperti kamu. Tuan Sagar itu cocoknya berdampingan dengan wanita seperti Nona Laura, bukan dengan debu-debu seperti kita!”
“Benar, terima saja nasib kita! Dunia kita dan mereka sangat berbeda jauh! Dan apa yang kamu katakan itu salah! Mereka sering pergi bersama meski tidak sedang ada proyek! Gosip itu memang benar, Tuan Sagar dan Nona Laura pasti sedang berkencan.”
Ketiganya sibuk menggosip. Mereka tidak tahu jika ada sepasang telinga yang sibuk mendengarkan mereka dengan hati riang gembira. Siapa juga yang tidak merasa senang ketika dirinya digosipkan berpacaran dengan orang yang sudah menjadi targetnya, incarannya sejak lama, cintanya?
Meski tidak benar-benar berkencan, mendengar gosip hangat jika dirinya sedang berkencan dengan Sagar sudah cukup membuat Laura terbang ke langit ke tujuh. Usaha yang ia lakukan dengan susah payah ternyata tidak sia-sia. Setelah ia menandatangani kontrak perjanjian kerja dengan perusahaan Sagar, Laura berusaha keras untuk tidak jauh-jauh dari Sagar, sang CEO.
Setiap jam makan siang, Laura akan selalu berusaha ada di samping Sagar dan makan siang bersama dengannya. Meski Sagar sempat mengusirnya beberapa kali, Laura tidak peduli dan membuat pria itu menyerah dan membiarkannya. Meski dingin, tetapi di pandangan orang-orang, mereka pasti akan terkejut dan berpikir yang aneh-aneh saat melihat pemimpin perusahaan sedang makan siang bersama dengan wanita cantik, terutama jika wanita itu adalah aktris papan atas.
Laura juga rela menghabiskan waktu sengganggnya untuk berkunjung ke Perusahaan Biruga. Ia berusaha untuk menciptakan gosip itu, gosip mengenai dirinya dan Sagar yang berkencan. Setelah gosip itu tersebar, Laura akan mempertahankan gosip itu bagaimanapun caranya dan bertindak seolah-olah gosip itu nyata. Di samping itu, Laura juga terus berusaha menggoda Sagar agar jatuh ke dalam pelukannya.
Semesta pun nampaknya mendukung rencana Laura. Kesuksesan kerja sama antar dirinya dan Perusahaan Biruga membuatnya bisa datang ke sisi Sagar tanpa perlu memikirkan alasan yang tepat. Ia juga jadi sering bersama dengan Sagar dalam perjalanan yang berhubungan dengan pekerjaan dan proyek itu.
“Tunggu saja, Sagar, sebentar lagi, kamu akan menjadi milikku selamanya.”
***
Kata dokter kandungan yang Bella kunjungi setelah jam kerjanya habis, usia kandungan Bella sudah memasuki minggu ke tujuh. Itu tandanya sudah sekitar seminggu sejak Bella mengetahui fakta bahwa dirinya sedang mengandung. Dan selama itu pula, Sagar, sang ayah dari kandungannya, jarang sekali berada di rumah.
Bibi Diana mengatakan jika Sagar sedang ada proyek besar dan sukses dengan itu, makanya dia jadi jarang berada di rumah. Namun, rasanya meski Sagar mengatakan jika ia terlalu sibuk bermain dengan wanita, ataupun dengan Laura, wanita yang digosipkan berpacaran dengannya, Bella sama sekali tidak ambil pusing.
Bella memang sakit hati, tetapi ia juga tidak bisa memaksakan Sagar agar mencintainya. Jadi, daripada terus berlarut dalam kesedihannya, Bella memutuskan untuk mengurangi pikirannya tentang pria itu.
“Aku ingin makan es krim vanilla-oreo,” gumam Bella tiba-tiba. Memikirkan berengseknya kelakuan Sagar membuat mood Bella jadi hancur. Jika ia meneruskannya, bisa-bisa ia menangis. Mengandung membuat hormonnya jadi kacau.
Bella menatap jam yang ada di dinding, sudah pukul sepuluh malam lewat. Itu bukan waktu yang tepat untuk makan es krim, tetapi Bella tidak peduli. Ia membuka kulkas dan mencari stok es krim miliknya.
Kosong!
Tidak ada es krim yang ia inginkan. Bibir Bella maju beberapa senti. Perasaan kesal dan ingin menangis tiba-tiba muncul. Ini pasti karena bayinya. Ia pasti sedang mengidam.
Bella ragu-ragu, tetapi besarnya rasa ingin makan es krim membuatnya mengambil jaket miliknya. Bella memutuskan untuk keluar sebentar, pergi ke minimarket 24 jam dan membeli es krim di sana.
Dengan mengendap-endap karena takut membangunkan para pelayan, Bella berjalan menuju ruang tamu, hendak melancarkan aksinya. Tangannya memutar kunci, lalu memegang gagang pintu dan membukanya.
Bayangan hitam yang ada di hadapan Bella membuat wanita itu menahan napas. Matanya membulat sempurna dan hampir saja ia berteriak karena terkejut.
“Kau mau ke mana malam-malam?”
Seorang pria yang Bella pikir tidak akan pulang malam ini sekarang justru berada tepat di hadapannya. Keringat dingin memenuhi dahi Bella, ia merasa tidak ada bedanya dengan tahanan yang sedang berusaha untuk kabur.
Bersambung ....
Bella tidak percaya dengan apa yang ia lihat di depannya. Ia bahkan sampai mencubit pipinya sendiri agar ia percaya jika apa yang ada di depannya adalah kenyataan, bukan bagian dari bunga tidurnya.“Kak Sagar benar sudah sadar?” tanya Bella. Ia benar-benar tidak percaya meski sudah mencubit pipinya sendiri.Sagar yang ada di hadapan Bella terkekeh. Ia menyentuh pipi Bella dan menarik wajahnya untuk mendekat. Kecupan singkat di bibir Bella membuatnya bisa merasakan kehangatan dari bibir Sagar.“Apa masih belum percaya?” goda Sagar.“Kak Sagar,” panggil Bella sekali lagi. Kini dengan suara bergetar karena menahan tangis.Sagar tersenyum lembut. “Sudah lama aku tidak mendengar panggilan itu. Waktu awal menikah, aku ingat kamu memanggilku seperti itu. Oh, tunggu dulu … kalau tidak salah, ketika kamu kecil, kamu juga memanggilku begitu.”Mata Bella melebar. “Kak Sagar ingat?”“Tentu saja. Aku punya ingatan yang baik.” Sagar kembali tertawa saat melihat wajah Bella yang mendadak memerah.Bel
“Iya, Gabriel. Papamu masih istirahat. Doakan dia cepat sembuh, ya?” ucap Bella dengan suara bergetar. Ia bangkit dan membawa Gabriel menuju Sagar. Ia mendudukkan Gabriel di sisi sang Papa.Dengan polosnya, Gabriel merangkak mendekati wajah Sagar dan menepuk-nepuk pipinya pelan. Tingkahnya itu mau tidak mau membuat Bella menarik senyum.“Bilang pada Papa untuk cepat bangun, ya? Bilang kalau Gabriel mau bermain lagi dengan Papa,” bisik Bella di telinga Gabriel.Seolah mengerti, Gabriel kini menggeser tangannya untuk menyentuh dada Sagar. Ia menggoyangkan tubuh Sagar dengan kekuatannya yang sangat lemah itu. Sesekali Gabriel memanggil ‘papa’ dengan mulut kecilnya. Ia seperti ingin membangunkan Sagar. Entah lelah karena Sagar tidak kunjung bangun atau apa, Gabriel tampak cemberut. Ia memilih untuk membenamkan wajahnya di dada Sagar dan diam di situ.“Gabriel mau tidur dengan Papa, ya?” ucap Bella dengan sedikit menahan tawa.Sebenarnya, Bella ingin meletakkan Gabriel di sisi Sagar tetap
Bryan melompat dari tempat duduknya ketika mendengar bahaya menghampiri Sagar. “Tuan Sagar tertembak? Bagaimana bisa?”Sebenarnya, ini bukan kali pertama Sagar tertembak. Dulu, saat melawan musuh-musuhnya, beberapa kali Sagar terkena tembakan. Beruntungnya, Sagar masih selamat hingga saat ini.“Iya, Tuan Sagar tertembak oleh Stefany. Wanita gila itu awalnya ingin menembak Nyonya Bella, tetapi Tuan Sagar dengan cepat melindungi Nyonya Bella. Jadinya, Tuan Sagarlah yang tertembak,” jelas William.Bryan menghela napas panjang dan geleng-geleng kepala. “Sudah kuduga kalau wanita itu memang sama gilanya dengan Laura! Untung sekali dia sudah ditangkap. Biarkan dia mendekam dalam penjara bersama si jalang itu!”William yang mendengar omelan Bryan hanya bisa tertawa kaku. William tahu jika Bryan sangat membenci wanita-wanita yang mendekati Sagar. Kebanyakan dari mereka adalah penjilat yang hanya mengincar harta maupun fisik Sagar. Namun, entah mengapa Bella punya aura yang berbeda, jadi merek
Mata Bella terpejam erat. Padahal ia hanya ingin menggapai Sagar dan merasa aman di sisinya. Namun, suara tembakan yang mengarah kepadanya, serta teriakan Sagar yang memanggil dirinya, membuat Bella meringkuk ketakutan. Ia sudah siap merasakan rasa sakit dari tembakan itu.Akan tetapi, setelah beberapa detik setelah tembakan terdengar, Bella tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Yang ia rasakan justru rasa hangat dari pelukan yang tidak asing baginya.“Kak … Sagar?” Bella mendongak. Wajah Sagar berada tepat di hadapannya. Melihat itu, Bella segera menyadari satu hal. Wajah Sagar terlihat pucat, suara erangan kecil terdengar dari mulutnya, dan keringat dingin membasahi dahinya.“Kak Sagar?!” Bella berusaha memanggil nama Sagar sekali lagi. “Ughh,” erangan kesakitan Sagar lebih keras dari sebelumnya. Mata Bella memindai tubuh Sagar. Ia pun melihat tangan Sagar berusaha menekan salah satu bagian tubuhnya. Ada cairan merah segar yang keluar melalui celah-celah jarinya. Ternyata, pelu
“A … apa? Tidak!” Bella mencoba untuk memberontak, ia memalingkan wajahnya agar bisa menjauh dari ujung pistol. Namun, Stefany tidak tinggal diam. Ia mencengkeram erat wajah Bella hingga membuat kulit wanita itu terluka karena ujung kuku-kukunya yang tajam.“Jangan memberontak, bodoh! Biarkan saja takdirmu ini berlalu!” Stefany tertawa sangat keras. Dia menyukai apa yang sedang ia lakukan saat ini.Sementara itu, Bella gemetar ketakutan. Ia tidak bisa membayangkan jika dirinya tidak ada di dunia ini. Ia tidak memikirkan rasa sakit yang mungkin ia terima setelah mendapatkan tembakan di kepalanya. Yang ada dalam pikirannya saat ini dipenuhi oleh Gabriel, anaknya.‘Tidak … tidak … kalau aku mati … kalau aku mati … bagaimana dengan Gabriel?’ batin Bella berkelut. Bella tidak bisa membayangkan bagaimana Gabriel tumbuh besar seorang diri. Ia tahu rasa tidak enaknya saat tidak punya seorang ibu di sisinya. Tidak akan ada pelukan hangat dan kata-kata yang menenangkan lagi di dunia ini.‘Bag
"Nona Stefany beberapa hari yang lalu memberi rumah di salah satu perumahan terpencil yang ada di kaki pegunungan, tidak jauh dari kota tempat Tuan Sagar tinggal saat ini. Kemungkinan besar dia membeli rumah itu agar bisa menyembunyikan Nyonya Bella di sana," jelas Bryan. "Akan segera saya kirimkan alamatnya."Tak lama setelah Bryan memutuskan hubungan teleponnya dengan Sagar, Bryan pun mengirimkan alamat beserta titik koordinat yang menjadi tempat kemungkinan Bella disembunyikan. Sagar segera membukanya. Meski Bryan mengatakan jika tempat itu cukup terpencil dan jauh dari pemukiman warga, tetapi rumah itu terlihat cukup mewah layaknya villa pribadi.Belum selesai menganalisa temuannya, lagi-lagi ponsel Sagar berdering. Pria itu segera mengangkatnya setelah melihat nama William tertera di sana."Tuan Sagar, saya sudah menemukan lokasi di mana Nyonya Bella dibawa pergi," jelas William. Sagar mendengarkan dalam diamnya. "Mobil yang membawa Nyonya Bella pergi ke sebuah daerah kaki gunun