Share

Pembuktian

Author: Grafz23
last update Huling Na-update: 2025-05-10 10:00:16

Andini berdiri di lorong sempit yang mengarah ke ruang persenjataan, diam-diam mengamati Kayla yang sedang memeriksa peluru di meja logam. Pencahayaan remang membuat bayangan Kayla memanjang di lantai seperti sosok hantu dari masa lalu yang menolak mati.

“Aku dengar semuanya,” ucap Andini akhirnya, nadanya tenang namun dingin. “Apa kau puas sekarang? Kau menang, Kayla.”

Kayla tak segera menoleh. Tangannya tetap sibuk menyusun peluru ke dalam magasin.

“Aku tak butuh pengakuan darimu, Andini,” suaranya rendah tapi mengandung ancaman, “karena dari awal aku tidak sedang berlomba.”

“Jadi itu artinya kau memang berniat merebutnya dariku?” Kayla menoleh perlahan, tatapannya tajam dan penuh luka. Ia melangkah mendekat, pelan namun pas

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Cinta Di Ujung Botol   Keputusan Sulit

    Jam menunjukkan pukul 02.14.Langit di atas Karnosa hitam kelam, hanya sesekali disayat kilatan lampu sorot patroli yang melintas dari kejauhan. Di pusat kota, markas Grimaldi berdiri seperti benteng tua yang haus darah, dikelilingi pagar baja dan lapisan-lapisan keamanan yang mengunci dari semua arah.Di kanal tua sisi barat, suara air mengalir lirih—nyaris menipu seolah tempat itu sudah mati.Andini menempelkan punggungnya ke dinding batu basah, napasnya teratur meski detak jantungnya liar. Di sampingnya, Cole memberi aba-aba dengan dua jari.“Sniper di atas jembatan. Lurus, tiga puluh derajat,” bisiknya.Andini mengangguk, mengangkat pistol bersilencer. Tangannya sedikit

  • Cinta Di Ujung Botol   Pembuktian

    Andini berdiri di lorong sempit yang mengarah ke ruang persenjataan, diam-diam mengamati Kayla yang sedang memeriksa peluru di meja logam. Pencahayaan remang membuat bayangan Kayla memanjang di lantai seperti sosok hantu dari masa lalu yang menolak mati.“Aku dengar semuanya,” ucap Andini akhirnya, nadanya tenang namun dingin. “Apa kau puas sekarang? Kau menang, Kayla.”Kayla tak segera menoleh. Tangannya tetap sibuk menyusun peluru ke dalam magasin.“Aku tak butuh pengakuan darimu, Andini,” suaranya rendah tapi mengandung ancaman, “karena dari awal aku tidak sedang berlomba.”“Jadi itu artinya kau memang berniat merebutnya dariku?” Kayla menoleh perlahan, tatapannya tajam dan penuh luka. Ia melangkah mendekat, pelan namun pas

  • Cinta Di Ujung Botol   Strategi penyerangan

    “Aku tahu semua ini berat untukmu, Nona,” kata Xavier dari balik kemudi, menatap Kayla lewat kaca spion. Suaranya pelan tapi penuh makna. “Tapi di dunia ini, tak semua yang terlihat… adalah kebenaran.”Ia kembali menatap jalanan berkabut di depan. Kabut pekat seperti menyelimuti masa lalu mereka yang belum selesai.Sesampainya di markas Lorent’z Base, gerbang besi terbuka perlahan. Viktor sudah menunggu, bersama para petinggi mafia Karnosa.“Kau terlihat rapuh dan menua, Xavier,” ejek Viktor, menatap pria tua itu yang dibantu turun dari mobil oleh Rio.“Itu karena si tua bangka sepertimu membuangku ke pelabuhan berhantu,” balas Xavier setengah tertawa. “Tapi sepertinya si nyonya tua malah makin cantik saja,” ia melirik ke arah

  • Cinta Di Ujung Botol   Drama Barayev Family

    Angin laut menggerakkan rantai kapal yang berkarat, menciptakan dentingan metalik yang menusuk kesunyian. Pelabuhan Southern Karnosa bagai kota hantu—bangunan kapal yang setengah tenggelam memantulkan bayangan mengerikan di air yang tercemar minyak.Kayla melangkah pelan, kulitnya merinding bukan karena dingin, tapi oleh naluri yang berteriak ada yang salah."Tempat ini terlalu sepi,"bisiknya, jari-jarinya menari di atas gagang pistol.Rio menganggap, lalu membagi tim dengan isyarat tangan. Nadia menyusur ke kiri, Kayla ke kanan, sementara ia sendiri menuju bangkai kapal kargo.Tangga besi berderak di bawah berat tubuh Rio. Bau amis ikan busuk bercampur karat memenuhi udara. Melalui jendela kabin yang retak, tak terlihat tanda kehidupan—hanya bayangan furnitur yang berserakan.

  • Cinta Di Ujung Botol   Game Changer

    "Aku bilang berhenti!"Rio melepaskan tembakan peringatan ke udara.Bang!Suaranya menggema di antara gedung-gedung kosong. Tapi Alinda terus berlari, matanya tertancap pada SUV hitam yang bergerak pelan—sengaja menunggunya.Boom!Granat meluncur dari kejauhan. Mobil pendukung Alinda terlempar ke udara, berubah menjadi bola api raksasa."Sial!"Alinda menggeram, melihat sosok bersenjata berat di atap bangunan—anak buah Viktor."Tunggu, Alinda!"Rio berlari lebih kencang. Jarak mereka semakin dekat setelah Alinda terjatuh akibat ledakan.Alinda menyelip masuk bangunan tua di samping Lorentz Base. Tubuhny

  • Cinta Di Ujung Botol    Mata-Mata Rival

    “Kau tidak bisa melakukan ini padaku, Kayla!” seru Alvin. Tangannya terangkat tinggi, matanya terpaku pada jemari putrinya yang gemetar di pelatuk.“Jangan paksa aku, Ayah.” Kayla menggeleng pelan. “Aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu. Dan aku tidak akan jatuh lagi ke dalam perangkapmu.”Pelatuk itu mulai bergerak.Perlahan, Alvin meraba sisi pintu, membukanya, lalu turun dari kendaraan.“Di luar sana, dunia tak sebaik yang kau bayangkan,” ucapnya, suaranya pelan namun menusuk. “Kau pikir aku monster? Tunggu sampai mereka yang kau lindungi menunjukkan wajah aslinya.”“Aku siap.” Kayla menatapnya da

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Dari Luar

    Alinda melangkah cepat, membuntuti Nadia menuju ruang interogasi."Apa yang kau sembunyikan di sakumu, Nadia?" tanyanya dingin, matanya mengawasi gerak tangan gadis itu.Nadia menoleh tajam. "Kenapa kau terlihat gelisah? Atau... kau yang sebenarnya menyimpan sesuatu dari kami?" tatapannya lurus menusuk.Langkah Alinda melambat. Tangannya perlahan merogoh sesuatu dibalik tubuh, menggenggam pisau yang kini terangkat setengah ke udara—siap menebas kapan saja."Syukurlah..." suara Rio terdengar dari dalam ruangan. Tubuhnya muncul dari balik pintu. "Aku perlu bicara denganmu. Dan juga Viktor." Suaranya datar, tapi tegas. Ia melirik Nadia, lalu memberi isyarat agar masuk bersamanya.

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Sistem

    Rio mengendap, mencoba mengintip melalui jendela kecil yang terlalu tinggi untuk dijangkau. Ia berjinjit, mencari sudut pandang lebih baik.“Aku sudah kirim semua file yang kau minta. Sekarang tinggal kirim uangnya ke rekeningku,” ujar suara terdistorsi dari alat pengubah suara. Rio tak bisa mengenali siapa, tapi pria yang berdiri di balik kendaraan itu…wajahnya tak asing. Rio mengenalnya. Sangat.Ia segera mundur. Harus pergi sebelum Viktor atau anak buahnya menyadari.Saat keluar dari celah itu, dari kejauhan Alinda melihatnya. Tatapannya kosong. Ia hanya memutar koin di tangan kanan, pura-pura tak melihat.

  • Cinta Di Ujung Botol   Sabotase Dari Dalam

    Langkah Viktor bergema saat menghampiri Rio. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya gelap. "Kita bertemu Damien. Sekarang," katanya datar, tanpa embel-embel penjelasan.Di halaman depan, iring-iringan kendaraan sudah menunggu. Mesin-mesin menderu pelan, seperti binatang buas yang menahan diri untuk tidak menyerang duluan.Kayla muncul dari belakang, mengenakan jaket hitam dan menenteng tablet. Matanya terus bergerak, membaca situasi."Viktor, kau yakin malam ini tak akan jadi malam terakhir kita?" tanya Kayla suara rendah, menahan keresahan"Jika Damien bicara, kita bergerak. Jika dia diam… berarti kita sudah mati sebelum sempat mulai." jawab Viktor tak menoleh, naik ke kursinya)

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status