Alinda menatap layar itu penuh kalkulasi.
"Jadi kita jalankan 'Protokol yang di isyaratkan Damien? Tapi... Rio belum menyetujui."
Sera menoleh dengan tatapan tajam. "Rio tidak perlu tahu. Belum. Ini bukan tentang dia. Ini tentang menjaga singgasana agar tak dihancurkan musuh yang bahkan tak terlihat di peta."
Ia menekan tombol di tablet. Titik-titik merah mulai bermunculan: kedutaan rahasia, agen ganda, senat bayangan, gudang senjata. "Damien sudah menyiapkan semuanya. Yang perlu kita lakukan sekarang, hanya satu—bakar ulang struktur lama, dan bangun sistem loyalis. Kita akan paksa Velmora mencintai pemimpinnya, bahkan saat dia sedang hancur."
Alinda menggenggam koper lebih erat.
"Dan jika Randu—"
Lorong bawah tanah Velmora, dulunya jalur pembuangan lama yang terlupakan, kini menjadi pusat denyut dari operasi rahasia. Dinding lembab itu dicat ulang dengan simbol Legatum Ignis—api merah tua dalam lingkaran hitam, menandakan warisan kebangkitan yang akan membakar rezim busuk dari dalam.Zaria berdiri di depan meja taktis holografik, tangannya menunjuk peta titik-titik kelemahan jaringan loyalis Randu. Di sampingnya, Sera mengenakan setelan gelap tanpa lencana, identitasnya dihapus demi misi ini."Mulai malam ini, nama Rio akan jadi legenda. Tapi bukan untuk ditangisi," suara Zaria pelan namun tegas. "Kita akan ubah kehancuran itu menjadi bahan bakar."Sera mengangguk, lalu menekan tombol kecil di hologram. Muncul daftar nama dan wajah—agen-agen utama yang masih setia pada Randu: para perantara senjata, penge
Langit malam di Velmora tampak lebih gelap dari biasanya. Hujan deras mengguyur reruntuhan kota yang terbakar. Di sebuah lorong bawah tanah tersembunyi di balik reruntuhan Granavell, suara langkah kaki cepat bergema—terputus-putus, namun pasti.Sera membuka pintu besi tua yang berkarat. "Semua sudah siap," bisiknya ke arah dalam. Di sana, Rio berdiri dalam balutan pakaian tempur hitam. Matanya dingin. Tak ada lagi keraguan. Tak ada lagi air mata.Andini mendekat, menatap wajah pria itu untuk terakhir kalinya—setidaknya sebagai Rio yang dunia kenal. "Kau yakin soal ini?"Rio mengangguk pelan. "Selama Randu masih bernapas dan Dewan Transisi dikuasai pengkhianat, aku tak punya pilihan lain."Sera menyerahkan kapsul kecil. "Obat pelumpuh syaraf sementara. Setelah ledakan te
Layar di belakang Zaria pecah dihantam peluru yang dilepaskan Rio. Sebuah goresan tipis melintang di pipi Zaria, darah segar mengalir perlahan. Tapi dia tidak bergeming—justru tersenyum samar.“Amarahmu... itulah yang seharusnya membawamu ke tahta Damien.” ucap Zaria pelan, lalu melangkah keluar dengan dagu terangkat. Di balik langkahnya yang mantap, dia tahu: Rio akhirnya bangkit dari keterpurukan.Sera mengikuti dari belakang, langkahnya cepat. “Apa kau yakin dia akan melawan? Bukan menyerah lagi seperti sebelumnya?”Zaria menoleh separuh, senyumnya melebar sedikit. “Kau lihat sendiri tadi, Sera. Matanya... bukan mata anak hilang lagi. Itu mata seseorang yang siap membakar kota demi jawaban. Jika dia bisa melepaskan semua amarahnya—Damien muda akan terlihat seperti api unggun
Alinda segera menghubungi Sera dan Matilda. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah hotel kecil di luar zona pengawasan Granavell—cukup dekat dengan gedung walikota untuk memantau pergerakan tentara pemerintah, tapi cukup tersembunyi untuk membicarakan rencana yang melibatkan nyawa.“Tanpa Rio, semuanya terasa timpang,” ucap Alinda membuka percakapan, wajahnya lelah namun sorot matanya tajam. Ia lalu menceritakan pertemuannya dengan Dewan Bayangan Velmora—lembaga rahasia yang masih memegang kendali atas dunia bawah, meski publik mengira mereka telah punah.“Sebelas fraksi sudah menyatakan dukungan. Masih belum cukup?” tanya Sera, tercengang oleh fakta bahwa dukungan politik belum juga mengukuhkan posisi Rio.“Mereka bilang... akan membawa seseorang baru yang memperkuat posisi Rand
Alinda menatap layar itu penuh kalkulasi."Jadi kita jalankan 'Protokol yang di isyaratkan Damien? Tapi... Rio belum menyetujui."Sera menoleh dengan tatapan tajam. "Rio tidak perlu tahu. Belum. Ini bukan tentang dia. Ini tentang menjaga singgasana agar tak dihancurkan musuh yang bahkan tak terlihat di peta."Ia menekan tombol di tablet. Titik-titik merah mulai bermunculan: kedutaan rahasia, agen ganda, senat bayangan, gudang senjata. "Damien sudah menyiapkan semuanya. Yang perlu kita lakukan sekarang, hanya satu—bakar ulang struktur lama, dan bangun sistem loyalis. Kita akan paksa Velmora mencintai pemimpinnya, bahkan saat dia sedang hancur."Alinda menggenggam koper lebih erat."Dan jika Randu—"
Ledakan-ledakan itu masih terngiang di telinga Rio, meski semuanya telah berlalu. Dunia di sekitarnya seperti membeku. Bau besi terbakar, asap hitam, dan suara-suara jeritan samar masih menghantui benaknya.Dia duduk terpaku di lantai ruang kendali Arca Vault—sendirian.Neya membawa Viktor yang tak sadarkan diri keluar lebih dulu, meninggalkan Rio dalam kehampaan.Tangan Rio masih gemetar. Matanya merah. Tubuhnya bersandar lemah ke dinding.Ia sudah kehilangan segalanya.Damien—Sang Mentor yang keras kepala dan penuh strategi.Kayla—perempuan yang ia cintai namun ia curigai sampai akhir.Keduanya... pergi dalam ledakan yang seharusnya tak pernah terjadi.