Di balik dinding logam yang dingin, Andini menarik tubuh Rio dalam pelukannya. Nafas mereka memburu, campuran antara luka dan kerinduan yang tak terucapkan. Dengan gerakan mendesak, Andini melepaskan kancing di dada Rio satu per satu, menanggalkan jarak yang tersisa di antara mereka.Rio membalas, tak lagi ragu. Bibir mereka menyatuโsebuah pertempuran rasa yang lebih panas dari api perang di luar sana. Satu per satu pakaian mereka berguguran, seperti bendera-bendera putih dari dua jiwa yang memilih menyerah pada cinta."Biarkan aku menghidupkan kembali nyalimu, Rio," bisik Andini lirih di sela ciuman mereka, tangannya membimbing arah dan kendali.Tubuhnya bergerak seirama, melingkar dan meliuk seperti tarian rahasia yang hanya mereka berdua pahami. Denting-denting hasrat bergema di ruang tersembunyi ituโirama cinta yang mengalahkan hiruk-pikuk peperangan.Keringat membasahi kulit mereka. Jemari saling menggenggam erat. Nafas berpacu, menggema di antara lenguhan dan bisikan yang melebu
Rio meraih sebilah pisau dari meja logam. Genggamannya gemetar, tapi niatnya tajam. Tanpa ragu, ia arahkan ujungnya ke leher sendiri.Namun dalam sekejap, Andini menerjang, meraih tangannya, dan menepis pisau itu.โIni yang dia inginkan, Rio! Sadarlah!โ teriak Andini, menatapnya dengan mata memerah.Rio menoleh perlahan. Nafasnya memburu. Tangannya kembali meraih pisau ituโlebih mantap kali ini.โMereka ingin darahkuโฆ maka biarlah mengalir, di depan mata pria yang menyebut dirinya ayah.โ Tatapannya menusuk ke arah Lucifer, yang hanya membalas dengan senyum sinis dari balik borgol.โSekarang aku mengertiโฆ mengapa Robby dan Anna begitu menjagaku.โ Suara Rio pecah, hampir seperti isakan. โKarena aku bukan anak mereka. Aku hanyalah kutukanโฆ dirancang sebagai tumbal bagi ambisi iblis macam dia.โPisau kembali terangkat.โCukup, Rio!โ Suara berat memotong ketegangan. Viktor muncul dari balik pintu, dipapah oleh Nadia, yang membawa koper perangkat lunaknya.Viktor menghampiri, meski tubuhnya
KARNOSA โ MALAM YANG TIBA-TIBA GELAPLampu-lampu kota padam seketika. Dari gedung pencakar langit hingga lorong sempit, gelap menyelimuti Karnosa seperti jubah kematian. Suasana yang sebelumnya tenang berubah menjadi riuh oleh teriakan dan derap langkah panik.Ponsel-ponsel di tangan warga mati serempak. Layarnya hitam legam, tak merespon sentuhan. Jaringan terputus. Tidak ada sinyal. Tidak ada suara.โApa yang sedang terjadiโฆ?โ Senno berbisik nyaris tanpa suara, matanya menatap kosong ke jalanan yang mulai kacau. Orang-orang berlari sembarangan, menabrak trotoar, saling teriak tanpa tahu arah.Lalu terdengar letusan kecilโdan satu percikan api melompat dari kabel listrik yang menjuntai di tiang utama. Dalam hitungan detik, api menjalar liar, membakar jaringan kabel yang tersambung ke gedung-gedung vital.Gedung arsip nasional terbakar. Menara komunikasi meledak. Sebuah depot milik dewan distrik roboh disapu kobaran dari dalam tanah.Senno melangkah mundur. Nafasnya tercekat. Tanganny
Tak ada yang bersuara. Semua mulut terkunci rapat. Kedatangan Asvar dan pasukannya benar-benar di luar dugaan. Padahal, tempat penelitian itu hanya dijaga oleh orang-orang kepercayaan Zaria dan Viktor.Langkah berat terdengar dari arah lorong. Suaranya memantul di dinding beton, menciptakan ketegangan di udara. "Ini bukan pengkhianatan, Rio," suara Viktor menggema, tubuhnya disangga Andini dari belakang. "Mereka sudah memegang Vireocore. Mereka tak hanya memburumuโฆ mereka ingin darahmu. Sebagai kunci utama untuk membuka sistem inti."Mata Rio menyipit. Rahangnya mengeras. "Kalau begitu, sebelum mereka memburuku... akulah yang akan menghabisi mereka."Ia melangkah keluar, tubuhnya tegap, seolah medan perang sudah menantinya di balik pintu. Andini memapah Viktor kembali ke ruang rawat, sementara Rio memanggil seluruh petinggi yang telah menunjukkan loyalitas padanya.Ia berdiri di tengah ruangan, menatap satu per satu wajah yang kini menggantungkan harapanโatau ketakutanโpadanya."Peran
Kini, di layar besar yang menyala redup, tampak ruang kerja Damien. Dipenuhi tumpukan jurnal tua, diagram biologis kompleks, dan rekaman suara yang diputar otomatis satu per satu. Di tengah layar hologram, menyala sebuah proyek bertajuk โLegacy Protocol.โ"Jika aku gagal mengendalikan Dewan..."suara Damien terdengar dalam rekamanโdingin, tenang, dan nyaris tanpa emosi. "Maka Rio akan menjadi warisanku. Tubuhnya sudah ditanam katalis Vireo sejak usia tujuh. Sel-sel lamanya telah aku hancurkan, dan kujadikan sebagai fondasi utama dari sistem ini. Dia bukan manusia biasaโdia adalah Vireo yang hidup."Rio mematung. Matanya terpaku ke layar, tapi pikirannya seperti tenggelam dalam kabut.Napasnya mulai tersengal. Tubuhnya terasa berat.โAku tidak pernah memilih iniโฆโ bisiknya, hampir tak terdengar.Lalu, gambaran holografik Damien berdiri, samar, seolah melihat langsung ke dalam jiwa Rio.Bayangan itu berbicara:"Kau tidak dipilih, Rio. Kau diciptakan. Untuk membuka legenda, membentuk era
RUANG BAWAH TANAH VOX ANTIKA โ KOTA TERTINGGAL DI BAWAH KARNOSABau tanah basah dan debu tua menusuk hidung Randu ketika pintu batu itu terbuka perlahan. Di baliknya, cahaya lentera menyala redup, memantulkan ukiran kuno di dindingโlambang mata tiga sisi, simbol Vox Antika.Langkah Randu menggema saat ia masuk. Di tengah ruangan, tiga sosok berjubah hitam berdiri mengelilingi kotak kayu yang terbukaโdan di dalamnya, gulungan perkamen dengan segel darah tua.Salah satu dari mereka berbicara.โBacalah. Maka kau akan tahu kenapa Vox memilih diam selama tiga dekade.โRandu meraih satu gulungan. Segelnya merekah begitu disentuh, dan tulisan tinta merah menari di matanya.Protokol Vireo โ Tahun Asap 91โDemi menciptakan pemimpin sempurna dan masyarakat tanpa pemberontakan, Damien dan Lucifer mencetuskan Proyek Vireo. Sistem genetika terprogramโdirancang untuk menekan rasa takut, menaikkan kepatuhan, dan menghapus kehendak bebas jika perlu. Vireo bukan hanya teknologi. Ia adalah takhta tak k