Beranda / Urban / Cinta Di Ujung Botol / Misi Penyelamatan Sipil

Share

Misi Penyelamatan Sipil

Penulis: Grafz23
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-09 08:48:23

Markas Sementara Legatum Ignis – Ruang Perencanaan

Suasana ruang perencanaan terasa sunyi seperti ruang duka sebelum upacara pemakaman. Peta holografis Velmora terpampang di tengah meja bundar, memancarkan cahaya kebiruan yang pucat. Titik-titik merah menyebar seperti luka—lokasi para sipil yang terdeteksi, jalur distribusi makanan yang telah disabotase, simpul komunikasi bawah tanah, dan posisi relay yang telah diretas oleh Lucifer.

Rio berdiri di sisi meja, diam. Matanya tajam menelusuri satu demi satu titik itu. Jemarinya mengepal, menahan amarah dan kelelahan yang tak sempat ia beri ruang untuk tumbuh.

Zaria angkat bicara, suaranya rendah namun jelas. “Kalau kita bergerak untuk menyelamatkan mereka, kita buka celah ke jantung markas kita sendiri.”

Sera menyusul, sedikit lebih tegas. “Tapi kalau kita biarkan… Ignis akan benar-benar dicap organisasi pemberontak gila. Simpati publik akan runtuh.”

Semua mata menatap Rio, menunggu keputusan.

Rio mengangkat wajahnya. Sorot matanya gelap
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cinta Di Ujung Botol   Pertempuran Nyata

    Kapal akhirnya bersandar di pelabuhan kecil Pulau Vlamiere.Rio menggendong tubuh Andini yang masih lemah, langkahnya mantap menuju gedung mercusuar tua yang kini dijadikan tempat persembunyian.Viktor, sambil menunggu kedatangan Neya dan anggota aliansi lainnya, mengajak Rio berjalan menyusuri hutan mangrove di sisi timur pulau.Tak lama, di antara rerimbun pohon dan kabut tipis, seorang pria tua muncul di ambang pondok kecil.“Ayah!” seru Rio, matanya membelalak, lalu ia berlari memeluk tubuh Robby tanpa ragu.Beberapa langkah di belakang, Anna menyusul, menahan air mata, lalu ikut memeluk keduanya.“Laudya…” bisik Rio saat melihat gadis muda berdiri kaku di depan pintu, mata mereka bertemu dalam diam yang penuh makna.“Maafkan kami, Rio…” ucap Anna lirih sambil mengusap rambut putranya. “Kami menutupi banyak hal darimu. Semua demi keselamatanmu.”“Aku mengerti,” jawab Rio, suaranya bergetar, air mata menetes tanpa suara. “Cepat atau lambat, semua ini akan tetap akan meledak di hada

  • Cinta Di Ujung Botol   Peluru Di Tubuh Andini

    Ledakan tembakan menggema—peluru menghantam tembok dan tanah di sekitar Rio dan Andini. Dengan reflek cepat, Rio menarik tangan Andini, menyeretnya masuk ke dalam bunker yang pintunya terbuka otomatis."Brengsek!" Rio mengumpat sembari menuruni tangga beton yang sempit dan gelap."Mereka tahu kita datang?" tanya Andini, napasnya memburu saat mengikuti Rio di belakang.Mereka merapat ke dinding lorong bawah tanah. Dua jalur bercabang menanti di depan mereka—kiri dan kanan."Viktor, kemana kami harus pergi?" Rio menekan earpiece-nya. "Viktor? Halo?" Tapi tak ada jawaban. Hanya suara statis yang menyusup masuk.Rio menggeram. "Sialan." Tanpa ragu, ia memilih jalur kanan, mengikuti intuisi yang tak pernah sepenuhnya ia percayai.Mereka menyusuri lorong hingga tiba di sebuah pintu besi tua. Rio mengintip dari sela pintu yang terbuka sedikit. Di dalam, ruang keluarga rumah Steven—dan puluhan pasukan Dewan Vox berkumpul lengkap dengan senjata otomatis."Sial. Kita salah jalan," bisik Rio pel

  • Cinta Di Ujung Botol   Sisa Rahasia Damien

    Di balik dinding logam yang dingin, Andini menarik tubuh Rio dalam pelukannya. Nafas mereka memburu, campuran antara luka dan kerinduan yang tak terucapkan. Dengan gerakan mendesak, Andini melepaskan kancing di dada Rio satu per satu, menanggalkan jarak yang tersisa di antara mereka.Rio membalas, tak lagi ragu. Bibir mereka menyatu—sebuah pertempuran rasa yang lebih panas dari api perang di luar sana. Satu per satu pakaian mereka berguguran, seperti bendera-bendera putih dari dua jiwa yang memilih menyerah pada cinta."Biarkan aku menghidupkan kembali nyalimu, Rio," bisik Andini lirih di sela ciuman mereka, tangannya membimbing arah dan kendali.Tubuhnya bergerak seirama, melingkar dan meliuk seperti tarian rahasia yang hanya mereka berdua pahami. Denting-denting hasrat bergema di ruang tersembunyi itu—irama cinta yang mengalahkan hiruk-pikuk peperangan.Keringat membasahi kulit mereka. Jemari saling menggenggam erat. Nafas berpacu, menggema di antara lenguhan dan bisikan yang melebu

  • Cinta Di Ujung Botol   Akhir Dari Lucifer

    Rio meraih sebilah pisau dari meja logam. Genggamannya gemetar, tapi niatnya tajam. Tanpa ragu, ia arahkan ujungnya ke leher sendiri.Namun dalam sekejap, Andini menerjang, meraih tangannya, dan menepis pisau itu.“Ini yang dia inginkan, Rio! Sadarlah!” teriak Andini, menatapnya dengan mata memerah.Rio menoleh perlahan. Nafasnya memburu. Tangannya kembali meraih pisau itu—lebih mantap kali ini.“Mereka ingin darahku… maka biarlah mengalir, di depan mata pria yang menyebut dirinya ayah.” Tatapannya menusuk ke arah Lucifer, yang hanya membalas dengan senyum sinis dari balik borgol.“Sekarang aku mengerti… mengapa Robby dan Anna begitu menjagaku.” Suara Rio pecah, hampir seperti isakan. “Karena aku bukan anak mereka. Aku hanyalah kutukan… dirancang sebagai tumbal bagi ambisi iblis macam dia.”Pisau kembali terangkat.“Cukup, Rio!” Suara berat memotong ketegangan. Viktor muncul dari balik pintu, dipapah oleh Nadia, yang membawa koper perangkat lunaknya.Viktor menghampiri, meski tubuhnya

  • Cinta Di Ujung Botol   Serangan Di Karnosa

    KARNOSA – MALAM YANG TIBA-TIBA GELAPLampu-lampu kota padam seketika. Dari gedung pencakar langit hingga lorong sempit, gelap menyelimuti Karnosa seperti jubah kematian. Suasana yang sebelumnya tenang berubah menjadi riuh oleh teriakan dan derap langkah panik.Ponsel-ponsel di tangan warga mati serempak. Layarnya hitam legam, tak merespon sentuhan. Jaringan terputus. Tidak ada sinyal. Tidak ada suara.“Apa yang sedang terjadi…?” Senno berbisik nyaris tanpa suara, matanya menatap kosong ke jalanan yang mulai kacau. Orang-orang berlari sembarangan, menabrak trotoar, saling teriak tanpa tahu arah.Lalu terdengar letusan kecil—dan satu percikan api melompat dari kabel listrik yang menjuntai di tiang utama. Dalam hitungan detik, api menjalar liar, membakar jaringan kabel yang tersambung ke gedung-gedung vital.Gedung arsip nasional terbakar. Menara komunikasi meledak. Sebuah depot milik dewan distrik roboh disapu kobaran dari dalam tanah.Senno melangkah mundur. Nafasnya tercekat. Tanganny

  • Cinta Di Ujung Botol   Vireo Core Tahap Awal

    Tak ada yang bersuara. Semua mulut terkunci rapat. Kedatangan Asvar dan pasukannya benar-benar di luar dugaan. Padahal, tempat penelitian itu hanya dijaga oleh orang-orang kepercayaan Zaria dan Viktor.Langkah berat terdengar dari arah lorong. Suaranya memantul di dinding beton, menciptakan ketegangan di udara. "Ini bukan pengkhianatan, Rio," suara Viktor menggema, tubuhnya disangga Andini dari belakang. "Mereka sudah memegang Vireocore. Mereka tak hanya memburumu… mereka ingin darahmu. Sebagai kunci utama untuk membuka sistem inti."Mata Rio menyipit. Rahangnya mengeras. "Kalau begitu, sebelum mereka memburuku... akulah yang akan menghabisi mereka."Ia melangkah keluar, tubuhnya tegap, seolah medan perang sudah menantinya di balik pintu. Andini memapah Viktor kembali ke ruang rawat, sementara Rio memanggil seluruh petinggi yang telah menunjukkan loyalitas padanya.Ia berdiri di tengah ruangan, menatap satu per satu wajah yang kini menggantungkan harapan—atau ketakutan—padanya."Peran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status