Brak!
Kirana terperanjat saat mendengar suara pintu yang dibanting Allaric. Kirana mengernyitkan kedua alisnya heran dengan perubahan sikap Allaric. Pria itu langsung masuk ke kamar mandi dan menyalakan kran air
Kirana melepas satu-persatu benda yang ia gunakan. Terakhir, ia melepas gaunnya dan meraih piyamanya. Tidak lama kemudian, Allaric keluar dari kamar mandi. Masih dengan wajah yang kesalnya. Namun, Kirana sama sekali tidak memperdulikannya. Ia menarik selimut dan mulai untuk memejamkan matanya.
Sebaliknya, Allaric keluar kamar dan menuju ruang kerjanya. Allaric menelpon Akan dan memintanya datang. Tidak memerlukan waktu lama, Alan pun telah berada di hadapan Allaric.
"Aku mulai muak melihat kedekatan Kirana dan pria tua itu," ucap Allaric dengan nada kesal.
"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Tuan?" tanya Alan.
"Aku mau, setelah malam ini mereka tidak
Hubungan Kirana dan Allaric kembali membaik. Keduanya sering terlihat bercanda bersama, ketika di rumah. Allaric juga sering menghubungi Kirana. Ketika ia sedang berada di kantor, begitu juga sebaliknya.Seperti saat ini, keduanya sedang menghabiskan waktu bersama di kamar."Apa yang kau pikirkan?" tanya Allaric saat melihat wanita yang ada di sampinya ini diam, sembari menatap langit-langit kamarnya."Tidak ada," jawab Kirana singkat.Allaric bangkit dan kembali meletakkan kepalanya di atas pangkuan Kirana. Ia memeluk dan mengecup perut datar Kirana."Mengapa, kau suka sekali melakukan ini?" tanya Kirana ingin tahu."Entahlah, hanya saja. Ketika, aku meletakkan kepalaku di sini. Aku merasa tenang dan aku bisa sejenak melepas kepenatan yang aku pikul," terang Allaric.Kirana membelai lembut rambut Allaric. Allaric kembali memejamkan matanya, menikmati sentuhan di kepalanya."Aku ingin kite seperti seterusnya. Tidak ada pertengkaran,
Alfaro terkejut melihat kedatangan Davindra ke kantornya. Namun, ia tetap saja bersikap tenang."Davi? Masuklah," sambut Alfaro.Davindra melangkah masuk dan duduk setelah Alfaro memberinya kode untuk menyuruhnya duduk."Ada apa, Davi? Tidak biasanya kau datang menemui Paman," tanya Alfaro."Aku ingin minta maaf, Paman," ucap Alfaro."Minta maaf? Untuk apa?" tanya Alfaro."Tentang rapat kemarin," jawab Davindra."Ada apa dengan rapat kemarin?" Alfaro kembali bertanya.Davindra pun menjelaskan semua pada Alfaro. Davindra berdalih, jika Allaric lah yang telah mempengaruhi peserta rapat untuk memojokkan dirinya. Alfaro diam mendengarkan cerita Davindra. Ia hanya menanggapi cerita Davindra dengan senyuman."Begitulah, ceritanya Paman," ucap Davindra."Baiklah, aku mengerti. Ini memang bukan kesalahanmu. Aku harap kejadian ini, bisa jadi pelajaran untukmu kedepannya," terang Alfaro."Baik, Paman. Setelah ini, aku
Davindra panik, ketika tahu kalau ibunya terkena serangan jantung dan masuk rumah sakit. Ia juga marah besar terhadap Laura. Saat tahu kalau, Laura adalah penyebab nya. Davindra segera kembali ke kediamannya, untuk bertemu Laura dan membuat perhitungan."Laura...." Davindra berteriak dengan lantang, memanggil istrinya.Laura yang baru saja selesai mandi, segera keluar saat mendengar namanya di panggil."Aku belum cukup tuli, kau tidak perlu berteriak," sanggah Laura."Apa yang kau lakukan pada mamaku?" tanya Davindra dengan penuh amarah."Memangnya apa yang aku lakukan padanya?" cetus Laura."Jangan pura-pura tidak tau, Laura," bentak Davindra tegas."Aku memang tidak tau, apa yang terjadi pada ibumu," sanggah Laura.Davindra memejamkan matanya, sembari menahan amarahnya. Selama ini ia tidak pernah ambil pusing dengan
Allaric kembali ke rumah sakit, saat mendapat telepon dari pamannya, Oscar yang mengatakan kalau kesehatan Victoria menurun. Allaric memang tidak menyukai sosok Victoria, tapi melihatnya terbaring tidak berdaya, timbul rasa iba di hati kecil Allaric.Apalagi, melihat raut frustasi di wajah pamannya, membuat Allaric semakin terenyuh. Ia menyingkirkan sedikit egonya dan lebih memilih untuk berdamai dengan keadaan.Kirana menunggu Allaric di rumah, sebelum ke kantor. Keduanya berjanji untuk makan siang bersama. Kirana mondar-mandir di kamarnya, menunggu Allaric pulang. Ia juga membolak-balik ponselnya, hanya untuk melihat pesan dari Allaric."Sebaiknya, Anda makan saja dahulu, Nona," ucap salah satu pelayan rumah Allaric."Tidak! Aku akan menunggunya," sahut Kirana.Kirana akhirnya memutuskan, untuk naik ke kamarnya dan menunggu Allaric di sana. Ia yakin, jika saat ini pria itu sedang sibuk dengan pekerjaan kantornya.Allaric masih berada
Hubungan Kirana dan Allaric kembali renggang. Pasalnya, akhir-akhir ini Allaric lebih banyak menghabiskan waktu di luar. Ia akan pergi pada pagi hari sekali dan pulang larut malam. Semula Kirana tidak mempersoalkannya dan menganggap jika Allaric saat ini sedang sibuk di kantornya.Hingga pada akhirnya, Kirana merasa jenuh karena seringnya di tinggal sendiri di rumah. Sebaliknya, Allaric sedang sibuk bersama Laura dan beberapa wanita teman kencannya. Ya, Allaric kembali pada kebiasaan lamanya. Bermain cinta dengan wanita yang tertarik dengan pesonanya.Seperti saat ini, Allaric sedang berada di sebuah hotel mewah dengan wanita yang ia temui di club'. Keduanyas sedang berpacu memburu kenikmatan. Hingga akhirnya, erangan panjang keluar dari bibir keduanya. Allaric segera menarik miliknya, dari dalam milik wanita itu. Ia segera memungut pakaiannya dan masuk ke kamar mandi.Setengah jam kemudian, Allaric keluar dari kamar man
"Sayang, kamu baru pulang?" sapa Allaric ramah, menyambut Kirana.Kirana diam tidak menggubris sapaan Allaric. Kirana lebih memilih meraih handuk dan masuk ke kamar mandi. Allaric hanya mengernyitkan dahinya bingung, dengan sikap acuh Kirana.Setengah jam kemudian, Kirana keluar dari kamar mandi dan melihat Allaric telah rapi dengan setelah jas formalnya."Aku ada rapat di luar, mungkin satu Minggu. Kamu tidak apa-apa, kan?" kata Allaric berusaha untuk ramah.Kirana hanya mengangguk tidak peduli. Melihat sikap aneh yang ditunjukkan Kirana, Allaric memutuskan untuk membiarkan tenang."Aku berangkat dulu, kamu jangan kemana-mana, ya," ucap Allaric."Hemm..." sahut Kirana enggan."Kamu tidak apa-apa, kan kalau aku tinggal?" tanya Allaric menyakinkan."Tidak! Aku tau, kamu pasti sibuk dengan semua kegiatan kamu selama di sana. Kamu tid
Dua hari kemudian, Allaric telah kembali. Namun, pria itu tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan, langsung menemui kliennya barunya. Alan dengan setia selalu menemaninya. Tanpa mereka duga, ternyata klien baru mereka seorang wanita cantik nan seksi."Amora." ucap wanita tinggi semampai itu, mengulurkan tangannya."Allaric." sahut Allaric menyambut uluran tangan Amora dan mengecupnya.Amora tersenyum senang, mendapat perlakuan lembut dari pria yang selama ini ia dengar dari mulut para pemujanya."Ternyata, Anda lebih tampan dari cerita yang pernah saya dengar," puji Amora."Saya harap, mereka menceritakan hal baik tentang saya," timpal Allaric."Tentu saja, mereka selalu mengatakan kalau Anda adalah seorang pengusaha muda yang sukses dan juga tampan," Amora kembali memuji Allaric."Benarkah?" sahut Allaric.Amora me
Keesokan harinya, mansion Allaric kedatangan tamu yang membuat Kirana kesal bukan kepalang. Amora, wanita sexi itu mendatangi Allaric, sebab Allaric tidak menepati janji untuk menemuinya. Pelayan membawa Amora ke ruang makan, pasalnya saat itu Kirana dan Allaric sedang menikmati sarapan."Hai, All!" sapa Amora mendekati Allaric. Amora melayangkan kecupan di kedua pipi Allaric. Pria itu hanya tersenyum, saat matanya mencuri pandang ke arah Kirana. Terlihat mata Kirana membulat kesal, saat melihat pemandangan di depannya."Siapa dia, All?" tanya Amora, ketika melihat sosok Kirana."Dia...." belum sempat Allaric mengatakan pada Amora, Kirana terlebih dahulu memotongnya."Bukan siapa-siapa." sahut Kirana beranjak meninggalkan ruang makan.Allaric tersenyum tipis, ia tidak marah dengan sikap angkuh Kirana."Apa dia marah?" tanya Amora lagi."T