*** Ayda POV “Rasanya sakit, Pak. Sangat sakit!” Ayda terisak dalam pelukan Arya, menumpahkan rasa sesak yang mendominasi perasaannya. Tangannya bahkan mengepal kuat kemeja yang Aryda pakai untuk melampiaskan rasa kecewa dalam dada. Kepercayaan yang selama ini ia tanam, telah hancur tak tersisa. Di sela tangisannya, Ayda tersadar dan melepaskan pelukan Arya. “Saya ingin sendiri,” ucapnya dan hendak pergi. Namun, Arya menghentikan langkah Ayda dengan menarik tangannya. “Izinkan saya untuk menjelaskan semuanya, Ayda. saa mohon,” pinta Arya dengan raut wajah bersalah. Ayda yang tidak ingin mendengarkan penjelasan apapun tak menghiraukan perkataan Arya. “Tidak ada yang perlu dijelaskan, Pak. Saya sudah melihat semuanya,” Ayda yang melanjutkan langkahnya dan melepaskan genggaman tangan Arya. Sudha cukup ;uka yang ia terima. Ayda bukan wanita kuat dan pemaaf yang bisa mengabaikan rasa sakitnya. Air mata terus mengalir deras dengan tubuh gemetar. Menjauh dari Arya adalah pilihan terbaik
***Di pojok kafe, Ayda berusaha menjernihkan pikiran bersamaan segelas teh hangat yang menemaninya. Jarinya memutar perlahan ponsel yang ia letakkan di atas meja.Setelah hampir satu jam berada di kafe seorang diri, Ayda mulai merasa tenang dan perlahan bisa melupakan kejadian di lorong rumah sakit. Ia sadar sudah banyak kata terlontar dari mulutnya yang bisa melukai perasaan seseorang, termasuk Sri.Belum lagi perdebatan dengan Arya yang terjadi sebelumnya berakhir tanpa kesimpulan untuk menyelesaikan kesalahpahaman. Ayda yang memberikan Arya kesempatan untuk membuktikan perkataannya mulai cemas. Hatinya berharap Arya akan berhasil mengembalikan kepercayaannya.Akan tetapi, di sisi lain. Ayda merasa cemas dengan apa yang terjadi pada hubungannya kelak. Alunan musik yang mengiri berjalannya waktu membuat Ayda tersadar hari semakin malam dan ia harus segera pulang. Meski sebelumnya Arya sempat mengajak Ayda pulang bersama, tapi Ayda menolak dan mengatakan akan pulang seorang diri sete
“Semoga saja.” Ayda melanjutkan langkahnya bersama Arya yang memegang erat tangannya.Kesalahpahaman yang terjadi tidak bisa membuat Ayda melupakan cinta pada Arya sepenuhnya. Jauh dalam lubuk hati terdalam, Ayda tidak bisa melihat Arya terluka ataupun menderita. Dengan penuh hati-hati, Ayda membantu Arya menaiki satu persatu anak tangga untuk menuju kamar mereka.Kondisi rumah yang terlihat sepi membuat Ayda merasa lega karena tidak ada nada yang mengetahui kondisi mereka. Sudah cukup Ayda meluapkan semua emosi dalam hatinya. Kini Ayda harus kembali dengan kenyataan bahwa ia masih menjadi istri Arya.“Saya akan mengambil kotak obat,” ucap Ayda saat tiba di kamar.Arya yang masih dalam posisi berdiri menatap penuh rindu melihat senyum bahagia Ayda. “Saya akan suapin kamu makan.” Arya berusaha memperbaiki keadaan.Akan tetapi, Ayda yang tidak ingin banyak berinteraksi dengan Arya langsung menatap dingin ke arahnya. “Saya masih mampu untuk makan sendiri. Silahkan Pak Arya makan dan saya
Arya POVRasanya lega ketika dapat melihat Ayda tersenyum bahagia. meski ia harus menerima panggilan baru Ayda padanya. akan tetapi, ia sama sekali tidak merasa keberatan dan semakin jatuh cinta pada Ayda. Wanita yang dapat merubah hending jadi ramai, dingin jadi hangat, dan kesla jadi sayang. Semua yang terjadi saat ini berkat Ayda, cintanya bisa meluluhkan hati dingin Arya.“Hei awas ya!” pekik Arya saat Ayda berlari lebih dulu meninggalkannya,Kata bucin yang Ayda katakana mmebuat Arya menyadari satu hal. Untuk pertama kalinya ia bisa mengatakan hal yang sangat sulit untuk ia katakana. Bahkan ketika menjalin hubungan dengan Laras. Arya tidak pernah memanggilnya dengan sebutan sayang jika tidak terpaksa.Tak mau kalah, Arya pun menyusul langkah Ayda yang berjalan lebih dulu ke ruang perawatan Rahman. Semua kesalahpahaman telah selesai, Arya ingin meminta restu pada Rahman untuk resepsi pernikahan yang akan dilakukan. Meski sempat merasa tegang. Akan tetapi, Ayda mampu menghilangkan
Ayda POVHampir satu jam lamanya Ayda menunggu Arya selesai dengan pekerjaannya. Siang ini Arya sudah berjanji akan mengantar Ayda untuk pergi fitting gaun yang akan dikenakan untuk resepsi pernikahan. Akan tetapi, setelah habis tiga gelas es teh di meja Ayda. Arya tak kunjung datang menemuinya di kantin yang mulai sepi.“Ih Arya kemana sih? katanya bakal nyusul, tapi sampai sekarang belum datang juga.” Ayda berdecak kesal sambil melihat ke arah jam di tangannya.Bersamaan dengan itu, muncul Bayu yang datang dengan membawa sebuah coklat di tangannya. Wajah Ayda yang semula terlihat kesal pun berubah saat Bayu duduk di sebelahnya. “Ini untuk Mbak,” ujar Bayu sambil menyodorkan cokelat berpita merah pada Ayda.Tanpa ragu Ayda pun menerimanya. “Terima kasih, memangnya dalam rangka apa?” tanya Ayda sambil membuka bungkus cokelat dan mulai melahapnya.“Tidak dalam rangka apa-papa. Tadi saya lihat Mbak Ayda kesal. Jadi, saya kasih cokelat ini agar suasana hati Mbak kembali membaik,” jelas
“Emm.” Ayda bergumam saat Arya perlahan menggigit cokelat di sisi lainnya.Kondisi jalan yang sepi seakan mendukung aksi romantis antara Ayda dan Arya yang baru merasakan manisnya cinta. Ayda yang merasa gugup tidak bisa mengontrol perasaannya. Terlebih ketika bibir Arya mulai mendekat.Drtttt!Benda pipih yang terletak dibalik saku jas Arya menghentikan aksinya. Di tengah asmara yang berkobar, panggil dari Darma membuat Arya mengurungkan niatnya. “Maaf, saya harus angkat telepon dari nenek,” jelasnya dengan raut wajah memelas.Ayda yang merasa lega karena bibir Arya perlahan menjauh pun langsung menghabiskan cokelat di bibirnya. Maksud hati ingin menghibur Arya, tapi akhirnya Ayda yang tak siap melakukannya. Situasi di pinggir jalan membuat Ayda merasa tidak nyaman untuk melakukan hal yang akan bahaya jika dilihat orang.“Iya, Nek. Arya akan segera pulang setelah fitting gaun,” ucap Arya dan langsung menutup panggilan.Ayda yang mendengarkan percakapan Arya dengan Darma pun menahan t
“Sayang banget ya sama saya?” Pertanyaan yang terlontar membuat Ayda langsung menjauh dari Arya. “Ih ngga! Siapa yang bilang gitu,” elaknya tak berani menatap Arya. “Bilang aja. Kalau iya juga gapapa,” imbuh Arya sambil mencubit pipi Ayda dan berlari masuk ke rumah. Ayda yang merasa tak terima pun mengejar Arya yang berlari menuju kamar. Saat melewati beberapa kerabat yang masih berada di ruang tamu, Ayda berjalan pelan dan bersikap seakan semuanya baik-baik saja. Akan tetapi, setelh itu Ayda kembali mebgejar Arya yang selalu meledeknya. “Tangkap saya kalau bisa! Setelah itu saya akan mengakui bahwa cinta saya yang lebih besar untuk kamu,” serunya sambil terus berlari. Ayda yang tak mau kalah pun terus berusaha mempercepat langkahnya. Akan tetapi, saat hendak masuk ke kamar menyusul Arya. Tiba-tiba langkah Ayda terhenti saat nenek Darma menarik tangannya. “Kamu mau kemana Ayda?” tanya Darma yang sudah berdiri dihadapan Ayda. “A-ayda mau ke kamar, Nek. Memangnya kenapa? Aa ada ya
“Ramuan apa, Nek?” Ayda menatap Darma yang tersipu malu saat ingin menjelaskan tentang ramuan yang menarik perhatian.“Ah, sudahlah. Lupakan saja … yang terpenting ramuan itu bagus untuk kesehatan kalian dan bisa meningkatkan rasa cinta di antara kalian,” jawab Darma yang langsung bangkit dari duduknya.Ayda yang merasa belum puas dengan jawaban Darma pun menyusul langkah wanita paruh baya yang terlihat awet muda. Kamar yang tertata rapi dengan dekorasi modern membuat siapapun akan merasa betah berada di sana. Dengan perlahan Ayda mengikuti langkah Darma yang berjalan menuju tempat tidur.“Kamu harus segera istirahat, besok kita akan pergi ke salon,” ujar Darma sambil bersiap untuk tidur.Ketika mendengar kata salon, Ayda merasa sangat malas dan hendak menolaknya. Akan tetapi, Ayda mengurungkan niatnya saat melihat Darma mengeluarkan sesuatu dari laci meja yang terletak di samping tempat tidur.“Nenek punya sesuatu untuk kamu, bacalah!” titah Darma sambil memberikan secarik kertas pad